Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pembangunan Pangkalan AL Ream Kamboja Menjadi Rebutan AS dan Tiongkok

13 Agustus 2023   17:13 Diperbarui: 13 Agustus 2023   18:01 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum ini AS selalu berlaku seperti polisi dunia, selalu melakukan penyelidikan menurut kehendaknya kepada negara kecil seperti Kamboja, bahkan jika perlu melakukan tindakan militer, tetapi sekarang "moralitas" dunia telah berubah dan menjadi lebih adil. Negara-negara kecil juga dapat mendapatkan sandaran dan dukungan dan berani menolak permerasan dan penindasan AS.

Kini tampaknya AS sudah tidak bisa lagi menggunakan "moralitas" dunia menuruti "moralitas" AS. AS harus bisa terbiasakan dengan adanya pangkalan militer Tiongkok di luar negeri.

Tiongkok tampaknya merasa perlu berbuat lebih banyak untuk membantu AS terbiasa dengan hal semacam ini.  Tiongkok perlu membangun lebih banyak "terminal kontainer" dan "kebun sayur" yang mengejutkan AS. Proyek "peningkatan dan transformasi" Pangkalan AL Ream sudah hampir selesai.

Ini mengejutkan AS, tapi yang lebih mengejutkan adalah kecepatan pembangunannya. Tiongkok mengadakan upacara peletakan batu pertama dengan pihak Kamboja pada 8 Juni 2022, dan akan selesai segera setelah setahun lebih.

Saat itu, AS mengira butuh waktu sekitar tiga tahun untuk membangun pelabuhan militer tempat kapal induk bisa berlabuh, dan AS merasa masih punya banyak waktu untuk menghentikannya.

Gedung Putih memperkirakan selama tegang waktu ini bisa membuat berhasil "revolusi warna", karena perhitungan dan pengalaman AS untuk membangun kereta bawah tanah dari New York ke New Jersey butuh 7 tahun.

Sumber: Washington Post
Sumber: Washington Post

Pangkalan AL Ream terletak di Provinsi Sihanoukville, barat daya Kamboja, menghadap ke Teluk Siam, kurang dari 1.000 kilometer dari Selat Malaka, dan di sebelah barat adalah bagian tersempit dari Semenanjung Malaysia-Kra Isthmus. Sebelumnya adalah sebuah pelabuhan kecil yang hanya kapal seberat 2.000 ton paling besar yang bisa berlabuh di sana, dan panjangnya sangat terbatas.

Hanya kapal patroli kecil yang dapat berlabuh di sana. Setelah perang saudara Kamboja benar-benar berakhir pada tahun 1997, ekonomi perlu berkembang sepenuhnya. Saat itu Kamboja merasa tepat pada waktunya dengan perkembangan pesat ekonomi Tiongkok.

Namun masalah terbesar di Kamboja adalah pembangunan infrastruktur yang terlalu terbelakang, oleh karena itu Pelabuhan Sihanoukville bagian utara direncanakan menjadi pelabuhan komersial besar sebagai pusat pembangunan ekonomi, sedangkan di sisi lain pelabuhan kecil Ream akan diubah menjadi pangkalan angkatan laut modern untuk memperkuat kekuatan pertahanan angkatan lautnya.

Mengapa membangun pangkalan yang bisa berlabuh kapal induk? Mampu memarkir kapal induk bukan berarti kapal induk akan masuk. Ini terutama agar kapal patroli kecil bisa lebih banyak berlabuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun