Chien-Shiung Wu adalah seorang fisikawan eksperimental dan partikel Tionghoa-Amerika yang memberikan kontribusi signifikan dalam bidang fisika nuklir dan partikel. Wu bekerja di Proyek Manhattan, di mana dia membantu mengembangkan proses pemisahan uranium menjadi isotop uranium-235 dan uranium-238 melalui difusi gas.
Pada tahun 1950-an, Chien-Shiung Wu fisikawan partikel membuat penemuan penting yang mengubah apa yang kita pikir kita ketahui tentang cara kerja alam semesta kita yang mengubah fisika selamanya.
Tidak memenangkan hadiah Nobel yang oleh banyak kalangan sebagai korban pelanggaran paritas kemudian dikonfirmasi oleh banyak eksperimen, menyebabkan Lee dan Yang berbagi hadiah Nobel Fisika tahun 1957 - sementara Wu tidak mendapatkan apa-apa. Sepertinya dia adalah korban dari seksisme yang sangat lazim dalam fisika dulu dan mungkin bahkan sekarang.
Pada 16 Februari 1997 pada usia 84 tahun. Wu Jianxiong atau Chien-Shiung Wu meninggal dunia karena sakit di rumahnya di New York.
Abunya kemudian ditempatkan di Sekolah Menengah Mingde di Provinsi Jiangsu, Tiongkok, yang merupakan kampung halamannya.
Sebelum meninggal, Wu telah berpartisipasi dalam "Proyek Manhattan" Amerika dan membantu pembuatan bom atom pertama.
Warga Dunia Luar Biasa
Meskipun memegang kewarganegaraan Amerika pada saat kematiannya, keluarganya menguburkan abunya di Tiongkok, dengan batu nisannya bertuliskan, "Dia adalah warga dunia yang luar biasa dan orang Tionghoa selamanya."
Jadi apa prestasi Chien-Shiung Wu di bidang ilmiah? Mengapa dia membantu orang Amerika membuat bom atom, mengubah kewarganegaraannya, dan tetap disebut sebagai orang Tionghoa selamanya?
Pada tahun 1936, Chien-Shiung Wu yang berusia 24 tahun melakukan perjalanan ke AS untuk belajar di University of California, departemen/fakultas fisika Berkeley.
Dia berspesialisasi dalam penelitian fisika nuklir. Setelah itu, dia pergi ke Smith College yang terkenal di Boston sebagai asisten profesor, dan segera pindah ke Princeton untuk mengajar fisika kepada pejabat militer yang berpartisipasi dalam program pertahanan.
Karena interaksi jangka panjangnya dengan pejabat militer, serta kemampuan pribadinya yang luar biasa, Wu dengan cepat dipilih oleh otoritas AS untuk bergabung dengan misi rahasia Departemen Pertahanan tingkat tertinggi -- "Proyek Manhattan."
Wu menjadi satu-satunya wanita Tionghoa yang ikut dalam aksi pembuatan bom atom, masuk laboratorium di Universitas Columbia sebagai ilmuwan senior.
Chien-Shiung Wu memberikan kontribusi yang cukup besar pada produksi bom atom Amerika.
Hingga hari ini, sebagian besar pembangkit listrik tenaga nuklir menggunakan batang bahan bakar paduan zirkonium untuk mencegah tumpahnya gas yang menyerap neutron, yang terinspirasi oleh karya Wu.
Trinity Test -1945
Pada 16 Juli 1945, dengan suara detuman keras, bom atom pertama dalam sejarah manusia berhasil diledakkan di sebuah gurun di New Mexico.
Senjata termal ini, yang paling kuat dan mematikan dalam sejarah manusia, mengantarkan era baru dalam sejarah militer dunia.
Tiga minggu kemudian, militer AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Bom Fat Man yang dijatuhkan di Nagasaki, itu adalah alat peledak plutonium. Perangkat ledakan plutonium lebih efisien dan kuat daripada bom uranium jenis senjata seperti bom Little Boy yang diledakkan di atas Hiroshima.
Di bawah ketakutan dan intimidasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, Perang Dunia II akhirnya berakhir, dan Tiongkok juga mengakhiri perang 14 tahun melawan Jepang.
Karena itu, beberapa orang percaya bahwa kontribusi Chien-Shiung Wu pada "Proyek Manhattan" memiliki arti penting yang tak terukur bagi Tiongkok.
Kedua bom atom ini menyelamatkan banyak orang dari mengorbankan hidup mereka di medan perang.
Kenyataan, sebagai satu-satunya wanita Tionghoa yang berpartisipasi dalam "Proyek Manhattan", Wu menggunakan metode uniknya untuk mengakhiri perang dan menyelamatkan banyak orang yang menderita dalam kobaran api perang.
Selain tidak menerima penghargaan Hadiah Nobel, Wu telah menerima penghargaan National Medal of Science yang dipersembahkan oleh Presiden AS, Comstock Prize in Physics yang diberikan oleh National Academy of Science, Medali Albert Einstein dari Albert Einstein Society, Promeranchuk Prize dari the Institute of Theoretical and Experimental Physics di Moskow, dan Wolf Prize in Physics dari Israel.
Singkatnya, dia memenangkan setiap penghargaan ilmiah besar yang ada. Terlepas dari prestasinya yang tinggi di luar negeri, Wu tidak lupa bahwa dia adalah orang Tionghoa dan selalu peduli dengan perkembangan penelitian ilmiah di Tiongkok.
Ayahnya, Zhong-Yi Wu, adalah seorang pendidik yang mendirikan "Sekolah Kejuruan Wanita Ming-De" di kampung halamannya dan ini menjadi panduan penting untuk pertumbuhan Chien-Shiung Wu di masa kecil.
Setelah lulus dari sekolah dasar, Wu diterima di Sekolah Normal Putri Kedua Suzhou dengan nilai yang sangat baik. Pada usia 18 tahun, dia terdaftar kuliah di Departemen Matematika di Universitas Pusat Nanjing dengan beasiswa.
Karena pengaruh Madame Curie, dia memiliki minat yang besar pada fisika dan dipindahkan dari Jurusan Matematika ke Jurusan Fisika.
Di sini, Wu benar-benar memulai jalan mencari ilmiah yang sunguh-sunguh. Mungkin dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan dinamai/dijuluki dengan "Madame Curie" bertahun-tahun kemudian.
Pada saat itu, Tiongkok sedang dalam masa kekacauan internal dan eksternal. Dan tidak ada cukup kondisi baginya untuk mempelajari fisika lebih lanjut dan mendalam.
Setelah berpikir panjang, Wu memutuskan untuk sementara meninggalkan tanah airnya dan pergi ke AS, di mana penelitian ilmiahnya paling maju, untuk mempelajari  fisika Wu tahu bahwa negara dan bangsanya masih berada di saat paling berbahaya, tetapi kekuatannya sendiri terlalu lemah.
Dia hanya bisa menimbah pengetahuan fisika yang lebih maju di AS untuk mencapai peremajaan/kebangkitan bangsa Tiongkok.
Pada tahun 1936, Wu meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke AS untuk belajar. Beberapa tahun kemudian, Wu jatuh cinta dan menikah dengan Yuan T. Lee, seorang fisikawan Tionghoa-Amerika yang terkenal.
Dalam perjalanan hidup yang panjang, suaminya, Yuan T. Lee, memainkan peran besar baik dalam kehidupan pribadi maupun penelitian akademiknya, menjadi tokoh kunci yang tak tergantikan dalam perjalanannya menuju kesuksesan.
Keduanya adalah patriot, tetapi karena Tiongkok sedang dalam masa Perang Melawan Penjajahan Jepang, mereka tidak dapat pulang untuk mengabdi pada negaranya.
Untungnya, Wu mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam "Proyek Manhattan" yang mempercepat penyerahan Jepang dan berkontribusi pada bangsa Tiongkok.
Ketika Wu dan Yuan T. Lee berada di Tiongkok, mereka selalu tidak puas dengan kebijakan non-perlawanan terhadap penjajah Jepang dari Chiang Kai-shek.
Setelah berakhirnya perang melawan penjajah Jepang, mereka marah kepada Chiang Kai-shek karena melancarkan perang saudara.
Setelah berdirinya RRT, Wu dan suaminya sangat ingin segera kembali ke tanah air mereka, tetapi mereka harus menyerah karena hubungan antara RRT dan AS belum mereda.
Akhirnya, pada tahun 1971, dengan kunjungan Henry Kissinger, hubungan Tiongkok-AS kembali normal, dan Chen-Ning Yang adalah ilmuwan Tiongkok pertama yang kembali ke Tiongkok daratan untuk berkunjung.
Chen-Ning Yang atau Frank Lee adalah seorang fisikawan teoritik Tionghoa-Amerika, Â lahir 22 September 1922, Hobei, Anhwei,Tiongkok, yang memberikan kontribusi signifikan pada statistika mekanika, sistem integral, ukuran teori, partikel fisika dan fisika benda terkondensasi.
Penelitiannya dengan Tsung-Dao Lee menunjukkan bahwa paritas---simetri antara fenomena fisik yang terjadi pada right-handed and left-handed coordinate systems (tangan kanan dan sistem koordinat tangan kiri) ---dilanggar ketika partikel elementer tertentu meluruh.
Sejak penemuan ini, fisikawan telah mengasumsikan bahwa simetri paritas adalah hukum universal seperti kekekalan energi atau muatan listrik. Selain ini juga studi lain dalam fisika partikel yang menghasilkan Yang dan Lee menerima penghargaan Hadiah Nobel untuk Fisika pada tahun 1957.
Sampai penemuan ini, fisikawan telah mengasumsikan bahwa simetri paritas adalah hukum universal seperti kekekalan energi atau muatan listrik. Ini dan studi lain dalam fisika partikel menghasilkan Yang dan Lee Hadiah Nobel untuk Fisika pada tahun 1957.
Antara 1966--1999 dia menjadi profesor fisika Albert Einstein di State University of New York di Stony Brook, AS dan setelahnya menjadi profesor emeritus. Selain jabatan tadi, juga menjadi guru besar di universitas lain, yakni di Universitas China Hong Kong sejak 1986 dan Universitas Tsinghua, Beijing, RRT sejak 1998.
Dua tahun kemudian setelah hubungan kembali normal antara RRT-AS, Wu dan suaminya memulai perjalanan mereka kembali ke Tiongkok. Mereka pertama kali tiba di Guangzhou, mereka kembali ke kampung halaman mereka di Liuxiang, dan akhirnya sampai di Balai Besar Rakyat di Beijing.
Pada saat itu, pasangan Chien-Shiung Wu dan Yuan bertemu dengan PM Zhou Enlai, salah satu pemimpin RRT. Mereka berbicara tentang masalah penelitian ilmiah Tiongkok selama lebih dari enam jam, memberikan banyak saran berharga kepada PM Zhou.
Sejak saat itu, Chien-Shiung Wu dan Yuan telah kembali berulang kali ke Tiongkok dari AS selama beberapa tahun berturut-turut untuk memberikan kuliah dan memberikan saran konstruktif untuk banyak proyek penelitian ilmiah di negara asalnya, serta memberikan dukungan yang memadai.
Ikut Menumbuhkan Talenta di Kampung Halaman
Bagaimana dapat mempromosikan pengembangan jangka panjang dari karya penelitian ilmiah di Tiongkok? Chien-Shiung Wu dan Yuan sangat memahami bahwa RRT tidak kekurangan orang berbakat/talenta, melainkan perlu membangun lingkungan pendidikan yang baik untuk penelitian ilmiah.
Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Tiongkok tidak bisa hanya mengandalkan satu atau dua orang terkenal di masa depan, tetapi harus dimulai dengan pendidikan.
Pada tahun 1978, Wakil Presiden Bao Zhongmou dari University of Science and Technology of China (Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok) memimpin delegasi ke AS untuk menghadiri pertemuan tahunan pengguna akselerator sinkrotron elektron yang diadakan di Universitas Stanford.
Pada pertemuan tersebut, Chien-Shiung Wu dan Yuan memberikan pengantar mendetail kepada rekan senegaranya tentang dinamika komunitas ilmiah AS, dan menggunakan pengetahuan dan pengalaman profesional mereka untuk membuat saran kunci untuk desain teknik akselerator sinkrotron yang sedang dibangun Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok.
Anggota delegasi dari University of Science and Technology of China sangat terinspirasi dan dengan hangat mengundang pasangan tersebut untuk mengunjungi mereka.
Chien-Shiung Wu menerima undangan tersebut dan melakukan penyelidikan seksama dan analisis terperinci di Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok.
Mereka juga memberikan dua laporan kepada dosen dan mahasiswa, "Neutrinos in the 1980s (Neutrinos di tahun 1980-an)" dan "Progress in High Energy Physics Research and High Energy Accelerators (Kemajuan dalam Riset Fisika Energi Tinggi dan Akselerator Energi Tinggi)", untuk membantu mahasiswa mengakses pengetahuan fisika tercanggih di dunia saat ini.
Pada bulan September 1984, National Synchrotron Radiation Laboratory dari University of Science and Technology of China akan melakukan terobosan, dan Yuan serta Wu sekali lagi kembali ke negara asal mereka untuk memberikan bimbingan akademik.
Selama bertahun-tahun mereka di AS, mereka selalu memperhatikan perkembangan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi Tiongkok serta pengembangan bakat/talenta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, setelah kematian Chien-Shiung Wu pada tahun 1997, dia meminta keluarganya untuk menguburkan abunya di Sekolah Menengah Mingde di kampung halamannya, untuk menginspirasi setiap siswa untuk berjuang demi pengembangan ilmu pengetahuan Tiongkok.
Pada konferensi peringatan yang diadakan untuknya di Universitas Peking, Li Zhengdao mengutip  perkataa Madame Curie untuk mengevaluasinya. "Kita tidak boleh hanya mengingat prestasinya dalam pekerjaannya, tetapi juga keberhasilannya dalam pengetahuan, akhlak mulia dan kepribadiannya, yang sangat menentukan masa depan dan sejarah."
Meskipun Chien-Shiung Wu tidak menerima Hadiah Nobel, dia memiliki sesuatu yang lebih berharga daripada Hadiah Nobel, namanya sering disebut bersama raksasa fisika yang melakukannya, seperti Curie, Einstein, Fermi, dan Feynman, kontribusinya di bidang fisika dan usahanya untuk pembangunan perdamaian umat manusia sudah cukup untuk membuat icon.
Meskipun berada di negara asing, Chien-Shiung Wu diam-diam masih menyumbangkan setiap pengetahuan dan pengalamannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Tiongkok. Dia masih merasa adalah orang Tiongkok selamanya.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
https://www.britannica.com/biography/Chien-Shiung-Wu
https://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/truman-bombtest/
https://ahf.nuclearmuseum.org/ahf/history/trinity-test-1945/
https://www.washingtonpost.com/lifestyle/2021/12/13/chien-shiung-wu-biography-physics-grandmother/
https://www.nobelprize.org/prizes/physics/1957/yang/biographical/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H