Tiongkok memiliki model ekspor khusus untuk jet tempur pembom JH-7 yaitu FBC-1, yang dapat sedikit ditingkatkan versi HJ-7 yang dinonaktifkan ini dan mengubahnya menjadi versi ekspor untuk dijual dengan harga diskon.
Agaknya Pakistan bisa sangat tertarik dengan pesawat ini. Lagipula, JH-7 dirancang dengan kemampuan untuk menyerang kapal permukaan, ditambah lagi harga senjata perdagangan luar negeri Tiongkok memiliki daya saing yang kuat.
Tidak dikesampingkan bahwa Pakistan akan membeli sejumlah pesawat-pesawat serangan udara untuk melawan Angkatan Laut India.
Jadi singkatnya, kenyataan ke depan pembom-pembom JH-7 perannya akan semakin berkurang di PLA. Bagaimana pun jet tempur pembom ini secara bertahap akan mundur dari dinas aktif di AL dan AU PLA.
Meningkatkan Alutsista Untuk Antisipasi Provokasi dan Tekanan AS
Pada bulan Januari dan Juni tahun ini, pesawat terbang AS telah terbang memprovokasi di atas Selat Taiwan sebanyak dua kali. Pihak Tiongkok berulang kali mengkritik perilaku provokatif pihak AS, tetapi pihak AS mengabaikannya.
AS secara blak-blakan menyatakan bahwa Tiongkok tidak memiliki yurisdiksi dan tidak mengakui Taiwan milik Tiongkok. Dan siap mengirim tentara untuk membelas separatis di Pulau Taiwan.
Selama ini Tingkok tidak pernah mencegah kapal sipil dan komersial melintasi Selat Taiwan, tetapi Tiongkok menyatakan memiliki kedaulatan dan yurisdiksi atas Selat Taiwan, dan Tiongkok merasa memiliki hak untuk mencegah pesawat militer dan kapal perang melewati Selat Taiwan.
Tiongkok selalu akan memantau dan mengusir kapal perang dan pesawat asing yang melewati Selat Taiwan.
Menurut pihak Tiongkok alasan mengapa Tiongkok tidak menggunakan meriam dan rudal untuk menyerang adalah untuk melakukan yang terbaik untuk menjaga perdamaian di Selat Taiwan, untuk menghindari perang dengan rakyat Taiwan, dan untuk menghindari konflik militer yang sengit antara Tiongkok dan AS.