Meski pukulan semacam ini tidak terlalu berdampak esensial pada situasi perang, hal itu jelas akan memberikan tekanan lebih pada pemerintah Rusia secara politik. Kekalahan di tiga aspek ini sudah membuat Putin cukup marah.
Akibatnya Rusia melakukan dua hal: Pertama, mengebom kota-kota seperti Kyiv. Menurut berita jaringan surat kabar Rusia pada 15 April waktu setempat, dari larut malam 14 hingga dini hari 15 April waktu setempat, beberapa ledakan hebat terjadi di Kyiv dan sekitarnya, dan terjadi pemadaman listrik di banyak tempat di daerah tersebut.
Menurut laporan, anggota parlemen Duma Negara Rusia Sheremet Mikhail Sergeyevich sebelumnya mengatakan sudah waktunya untuk serangan balasan terhadap pusat kendali pengambilan keputusan di Kyiv setelah pasukan Ukraina melancarkan serangan ke wilayah Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pengumuman pada 15 April waktu setempat yang mengatakan bahwa tentara Rusia menggunakan rudal "Kaliber" untuk mencapai sasaran militer yang terletak di pinggiran Kiev, kecuali Kyiv, yang terkena serangan udara di pagi hari pada waktu setempat 15 April adalah Kota selatan Kherson, kota timur Kharko, Kota barat Ivano-Frankkovsk dibom.
Mengenai operasi militer Rusia kali ini, pejabat Ukraina belum memberikan tanggapan. Menurut pengumuman Kementerian Pertahanan Rusia pada 15 April, tentara Rusia akan meningkatkan jumlah dan skala serangan rudal terhadap fasilitas militer di Kyiv. Mengapa Rusia tiba-tiba menyerang begitu banyak kota?
Ini tampaknya untuk pembalasan atas serangan Ukraina di daratan Rusia, dan sinyal ini menunjukkan bahwa tentara Rusia dapat meningkatkan serangan militernya di lebih banyak fasilitas di Ukraina pada hari-hari berikut ini.
Kekhawatiran berikutnya adalah apakah Rusia akan menggunakan senjata yang lebih besar dan mematikan untuk melakukan serangan militer terhadap sasaran utama di kota-kota besar Ukraina seperti Kyiv?
Faktanya, melalui operasi militer Rusia ini, kita dapat melihat bahwa senjata presisi-panduan militer Rusia tidak cukup. Pada saat yang sama, juga tidak ada rudal balistik jarak menengah yang secara serius membatasi efektivitas tempur tentara Rusia.
Menurut pandangan pengamat militer, andaikata Rusia memiliki sejumlah besar rudal balistik jarak pendek dan menengah, rudal jelajah atau sejumlah besar peluncur roket dengan jangkauan presisi tinggi 400 kilometer seperti Tiongkok, pertempuran akan jauh lebih mudah. Disayangkan militer Rusia tidak cukup kuat dalam hal ini. (Itulah kemungkinan mengapa dari mula meletusnya perang AS mengancam Tiongkok untuk tidak bersekutu dengan Rusia dalam perang ini?).
Maka dari itu bagi Rusia mau tidak mau harus mengerahkan stok alutsista tanknya  yang banyak mereka miliki untuk menyerang, hanya saja itu berarti akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk bertarung dalam pertempuran ini, dan tentu saja akan lebih banyak orang yang akan terbunuh.