Sejak 2004 pecahnya "Revolusi Oranye" di Ukraina, situasi menjadi tanpa kedamaian, pertikaian terus-menerus terjadi, perubahan pemimpin negara silih berganti tak ada habisnya.
Psycho Nasional telah turun tajam, dan standar hidup masyarakat telah turun secara signifikan. Ukraina adalah salah satu republik terkaya di bekas Uni Soviet, dan agregat ekonominya lebih tinggi 5 kali lipat dari Tiongkok, tapi sekarang lebih kecil daripada Indonesia.
Pada tahun 1991 PDB per kapita Ukraina lima kali lebih tinggi dari Tiongkok, tetapi hari ini kurang dari sepertiga Tongkok.
Model politik Barat telah menyebabkan penduduk Ukraina secara kasar terbagi menjadi dua kubu yang terus tidak akur, yang pro-Barat berada di Wilayah Barat dan yang pro-Rusia berada di Wilayah Timur Ukraina.
Bendera mereka setengah kuning dan setengah biru, seolah melambangkan afiliasi ekonomi dan politik Ukraina Timur dan Barat, dan siapa pun yang menjadi presiden hampir selalu tidak disenangi oleh setengah dari populasinya. Dan model pemilu Barat terus-menerus memperburuk perbedaan tersebut.
Pada tahun 2006 di Lapangan Kemerdekaan dan Zona Ekonomi ketika berkumpul sudah banyak mahasiswa dan anak muda yang mengibarkan bendera AS dan EU, sepertinya mereka sudah tercuci otaknya dan luntur akan rasa nasionalisme.
Belum lama sebelum Ukraina di serang Rusia, ketika Presiden Ukraina Zelensky memberikan pidato di Kongres, banyak anggota parlemen Ukraina mengibarkan bendera AS, bendera Inggris, dan bendera negara-negara Barat sebagai memprotes. Jadi Ukraina disusupi sedemikian rupa oleh anasir Barat, jadi tidak heran jika negaranya hancur.
Dari sudut pandang pihak ketiga yang relatif netral, sebenarnya pilihan terbaik bagi Ukraina adalah menghindari memilih pihak dan harus mencoba mempertahankan hubungan persahabatan dengan Rusia dan Barat dengan menjaga berjarak. Dan lebih baik menengahkan kepentingan Ukraina sendiri.
Namun, dengan tidak memiliki adanya rasa kemerdekaan diri, sulit untuk bisa mewujudkan prospek ini dalam konteks berada dalam persaingan kekuatan besar.
Pada 22 Februari 2014, demonstrasi besar-besaran pecah di Ukraina melawan Presiden Yanukovych yang pro-Rusia. Senator AS McCain sengaja melakukan perjalanan jauh ke Kyiv ibu kota Ukaraina, dengan suara lantang menyerukan mereka untuk mendukung tujuan demokratis rakyat Ukraina, sebagai akibatnya, bentrokan kekerasan pecah antara pihak yang berlawanan, dan Kyiv menjadi medan perang berdarah-darah.
Kemudian Presiden Yanukovych yang terpilih secara demokratis harus melarikan diri ke Rusia, dan akhirnya kita melihat serangan balik Rusia, termasuk mengirim pasukan ke Krimea untuk mendukung komunitas Rusia Krimea atas nama membela hak asasi manusia, yang sama seperti dalil Barat membela demokrasi dan hak asasi manusia, dan melalui referendum  untuk bergabung dengan Federasi Rusia.