Seperti kita semua tahu bahwa NATO, sebagai aliansi militer, berprinsip pertahanan kolektif, yaitu, ketika satu anggota menghadapi agresi, itu dianggap sebagai agresi terhadap semua anggota. Sekarang Biden sendiri dengan jelas menyatakan bahwa Ukraina bukan anggota NATO, jadi AS tidak memiliki kewajiban untuk mengirim pasukan setelah Ukraina diserbu.
Rusia sebagai "penyulut api", memiliki sejarah panjang "marah" pada AS, sehingga setidaknya dapat ditelusuri kembali ke memori kolektif banyak orang Rusia, setelah dis-integrasi Uni Soviet dan Partai Komunis Uni Soviet telah jatuh, negara adidaya Uni Soviet telah hancur, dan banyak orang Rusia mengira setelah Uni Soviet dan Partai Komunis Uni soviet hancur, mereka bisa menjadi anggota dunia Barat, tetapi mereka tidak menyangka bahwa Barat tidak pernah mau menerima Rusia dan terus melihat Rusia sebagai ancaman dan musuh.
Dengan dimanifestasikan ekspansi NATO terus menerus ke arah timur. Awalnya, NATO dan Pakta Warsawa adalah produk dari Perang Dingin. Dengan berakhirnya Perang Dingin dan bubarnya Pakta Warsawa, NATO seharusnya juga  harus diakhiri.
Tapi sebaliknya NATO bukan saja tidak dibubarkan, AS juga ingkar janji kepada pemimpin Soviet untuk tidak memperluas NATO ke timur, sehingga Rusia merasa terhina dan terancam.
Menurut pejabat senior Rusia NATO telah maju selangkah demi selangkah untuk mengurangi ruang strategis Rusia. Bahkan ada yang mengumpamakan, mula pertama seorang (NATO) mengatakan untuk meminjam garasi, kemudian dia berkata bahwa saya ingin untuk tinggal di rumahmu, setelah tinggal di rumahnya, akhirnya mengatakan mau tidur dengan istrinya, perumpamaan ini mungkin kasar, tetapi banyak alasan mengapa Rusia akhirnya "mengobarkan/menyulut  api".
Jadi kini Rusia mengempur Ukraina untuk menarik tiga garis merah bagi NATO:
Yang pertama, meminta janji untuk tidak pernah mengizinkan Ukraina bergabung dengan NATO.
Yang kedua, menghentikan penyebaran senjata ofensif di perbatasan Rusia
Yang ketiga, mengurangi kehadiran militer di sekitar Rusia
Tapi AS dan NATO telah secara terbuka menyatakan penolakan mereka terhadap tuntutan Rusia, tetapi beberapa negosiasi diplomatik masih berlangsung di antara kekuatan besar Eropa, terutama Jerman dan Prancis. Secara umum, dalam situasi ini mereka bertindak sebagai "pemadam kebakaran". Banyak negara Eropa, terutama Jerman, sangat bergantung pada Rusia untuk energi dan tidak ingin meningkatnya ketegangan terjadi di Ukraina, Â juga enggan disandera oleh strategi AS terhadap Rusia.