Dengan jatuhnya rubel maka, akan menimbulkan gagal bayar hutang korporat yang pinjam pakai dollar AS atau Euro. Ingat, gagal bayar karena force majeur politik  tidak membuat downgrade rating Bond. Korporasi Rusia akan Happy. Bisa ngemplang hutang.
Pernah ingat tahun 1998 kasus skandal Long-Term Capital Management (LTCM), yang mengakibatkan kerugian bank besar di AS mencapai US$ 1 triliun. Ini disebabkan karena surat utang Rusia gagal bayar. Nah kalau sekarang terjadi gagal bayar lagi, itu yang akan menjadi korban adalah bank-bank besar di Eropa dan AS. resikonya pasti akan lebih besar dari tahun 1998.
Apakah kalau surat utang Rusia gagal bayar lantas Rusia collapsed? Juga tidak. Rusia bisa gunakan system keuangan Tiongkok, yang sudah punya perjanjian billateral swap dengan banyak negara, terutama di ASIA dengan korea dan Jepang termasuk Indonesia. Likuiditas RMB sangat kuat dan diakui IMF sebagai reserved currency selain USD dan Euro. Kalau AS marah ke Tiongkok karena bantu Rusia, itu berarti AS lakukan gol bunuh diri. Mengapa? Tiongkok adalah kreditur utama AS untuk nomboki APBN mereka yang deficit.
Apakah dampaknya akan serius dengan larangan beroperasi maskapai penerbangan Rusia di negara yang ikut menjatuhkan sanksi? Hal itu kecil karena Putin sudah membuat keputusan. Melarang udara Rusia dipakai untuk  lalulintas udara penerbangan terutama bagi negara yang ikut menjatuhkan sanksi.Â
Semua rudal darat udara Rusia sudah standby. Setiap pesawat komersial yang melintasi udara Rusia terancam kena rudal. Dan itu pernah dikakukan oleh Rusia dengan jatuhnya Korean Airline dan MAS. Jadi pesawat dari Eropa atau Australia mau ke negara Asia pasti nyerempet udara Rusia. Apalagi batas udara Rusia dengan Korea, Tiongkok dan Jepang itu sangat tipis sekali. Jadi lewat mana?
Jadi berita horor tentang ancaman ekonomi Sekutu Barat dan AS kepada Rusia di media hanya konsumsi orang awam saja, tapi jika diteliti lagi hal ini menguntungkan secara politik bagi elit sekutu yang stres memikirkan penurunan ekonomi dan inflasi tak terkendali bagi mereka.
Akibatnya banyak Taipan atau pemodal Eropa yang takut akan terombang-ambing oleh krisis dollar AS seperti krisis keuangan 1998 dan 2008, sehingga mereka mulai menghindari risiko terlebih dahulu. Membeli aset mata uang dunia yang stabil, ini merupakan metode langsung yang telah digunakan oleh para Taipan pemodal Eropa dalam beberapa dekade terakhir.
Hanya kali Ini berbeda dari krisis keuangan masa lalu. Kali ini, para Taipan pemodal Eropa tidak memilih dolar AS, dan aset moneter seperti yen Jepang yang telah meningkat nilainya terhadap RMB, dan aset mata uang lainnya, tetapi mereka meningkatkan jumlah pembelian RMB (renminbi), bahkan karena mereka membeli terlalu banyak, lembaga keuangan Tiongkok di luar negeri ditutup sementara. Â
Pembelian ini mencapai level tertinggi baru dalam empat tahun terakhir, langkah pemodal Eropa kali ini benar-benar tidak terbayangkan sebelumnya.
Bahkan banyak profesional di lingkaran keuangan Tiongkok sendiri di Tiongkok mengatakan bahwa mereka sedang menyaksikan sejarah berubah.
Meskipun data pertumbuhan ekonomi Tiongkok memang baik dalam sepuluh tahun terakhir memperlihatkan optimisme, dan telah menduduki peringkat kedua di ekonomi utama dunia selama bertahun-tahun, dan mereka mengharapkan negara-negara besar lainnya di dunia untuk mau mengakui pecapaian mereka, tapi tampaknya hari-hari yang diharapkan mereka tiba, ketika melihat Eropa sedang berbondong-bondong membeli RMB, orang Tiongkok terasa mereka sedang bermimpi.