Adapun untuk masalah "kedaulatan rakyat", dalam wacana Barat, sistem multi-partai plus hak pilih universal hampir sama dengan "kedaulatan rakyat". Tetapi dari sudut pandang orang Tiongkok, ini hanylah demokrasi prosedural terbaik, dan tidak terkait dengan demokrasi substantif. Demokrasi substantif adalah untuk mencapai pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang baik adalah kriteria yang paling penting. Tiongkok secara umum telah melakukan pekerjaan ini dengan baik.
Argumen Zhang berdasarkan hasil jajak pendapat lembaga servei global Dalia, yang menemukan bahwa 57% responden percaya bahwa AS dulunya adalah model demokrasi, tetapi sekarang tidak lagi. Lebih penting lagi, 72% responden AS percaya bahwa demokrasi AS tidak lagi menjadi panutan bagi negara lain.
AS Mengapa Mengadakan "Pertemuan Pucak Demokrasi"?
AS mengadakan "pertemuan puncak demokrasi" untuk membahas topik seperti "Apa yang salah dengan demokrasi Barat atau demokrasi AS?" Hal ini masuk akal, karena pada tahun 2014, sebuah artikel muncul di sampul majalah Inggris "The Economist" dengan tajuk "What's Wrong with Western Democracy". Pada saat itu, artikel itu juga mengatakan, "Demokrasi AS memiliki terlalu banyak masalah, dan selalu memilih pemimpin kelas dua." Tapi itu kutipan yang tidak akurat, atau bahkan "selalu memilih pemimpin kelas tiga", dan itu tampaknya kenyataan AS saat ini. Menurut pendapat pakar dunia luar.
Setelah membanding tentang hal di atas, Zhang membahas tentag "Kebijakan untuk Rakyat" dalam berdemokrasi, "kebijakan untuk rakyat", "to the people", semestinya adalah, "berasal dari massa untuk massa" dalam proses pengambilan keputusan yang demokratis.
Zhang ketika membandingkan banyak keputusan yang diambil antara Tiongkok dan AS, dia berpandangan bahwa kualitas pengambilan keputusan Tiongkok secara signifikan lebih tinggi daripada AS.
Menurut Zhang di bawah sistem "kebijakan rakyat" sentralisme demokrasi Tiongkok, tidak mungkin akan terjadi terjadi dua "perang bodoh", Perang Afghanistan dan Perang Irak, setelah Bush Jr berkuasa. Akibat dari hal ini masih bisa dirasakan sampai sekarang, namun tidak akan membuat keputusan bodoh sekali lagi seperti yang dilakukan Trump untuk memulai perang dagang antara Tiongkok dan AS.
Terakhir, Zhang juga berbicara tentang "rakyat yang  mengandalkan (with the people)", "bergantung pada rakyat, bersama-sama dengan rakyat". Ini bukan omong kosong.
Setiap anggota Politbiro Tiongkok memiliki kontak mereka sendiri, dan mereka harus mengunjungi tempat-tempat ini secara teratur untuk menyelidiki dan memahami situasinya. Tujuan dari "ketergantungan pada rakyat" adalah untuk memastikan bahwa kekuatan politik, kekuatan sosial, dan kekuatan modal Tiongkok mencapai keseimbangan yang menguntungkan sebagian besar rakyat.
Oleh karena itu, AS harus melakukan reformasi politik yang serius dan substantif, jika tidak negara ini akan merosot habis-habisan. Dan Zhang telah menekankan hal ini selama bertahun-tahun.