John Ross, Mantan direktur kebijakan ekonomi dan bisnis untuk Walikota London.
Apa itu demokrasi? Siapa yang mendefinisikan demokrasi? Disini akan dikemukakan pandangan para cendekiawan dan pejabat terkemuka di atas ini untuk mencari tahu lebih banyak tentang definisi demokrasi dan narasi yang bersaing di baliknya.
Menurut Le Yucheng, mengatakan bahwa sistem demokrasi tidak bisa menjadi "flying peak/terbang ke puncak" dan pembangunan demokrasi tidak membutuhkan "guru". Melihat kembali sejarah Tiongkok dalam mengeksplorasi demokrasi sejak zaman modern, Tiongkok telah mengalami banyak penderitaan dan membayar harga yang mahal karena sekadar meniru model demokrasi asing.
Menurut cendekiawan Singapura Kishore Mahbubani, dengan mengutip mendiang pemimpin Lee Kuan Yew, mengatakan antara lain: Ujian akhir dari sebuah sistem politik adalah apakah sistem itu dapat meningkatkan standar hidup mayoritas rakyatnya.
Menurut Kishore, dia belum melihat ini di AS, dari sejumlah besar data menunjukkan bahwa standar hidup lebih dari setengah rakyat AS tidak berubah dalam 30 tahun terakhir, tetapi 1% orang AS terkaya memiliki kekayaan mayoritas sumber daya. Jika AS yang seperti itu masih bisa menjadi model bagi dunia, maka akan menjadi masalah yang sangat besar.Â
Sistem demokrasi AS telah gagal dan secara bertahap menjadi pemerintahan chaebol (chaebol = salah satu dari lebih dari dua lusin konglomerat yang dikendalikan keluarga yang mendominasi ekonomi Korea Selatan. Sementara keluarga pendiri tidak selalu memiliki saham mayoritas di perusahaan, keturunan pendiri sering mempertahankan kendali berdasarkan hubungan lama dengan bisnis).
Menurut hasil jajak pendapat terbaru Harvard University Kennedy School, yang dirilis menunjukkan bahwa 52% anak muda AS percaya bahwa demokrasi AS sedang bermasalah, dan hanya 7% anak muda AS yang percaya bahwa demokrasi AS itu sehat.
Ini adalah salah satu peringatan, Â karena orang muda cenderung memiliki mata yang lebih cerah dan tajam daripada generasi tua.
Menurut Eric Li S.M mengatakan: Demokrasi tidak boleh  hanya peduli pada keadilan prosedural seperti model Barat. Dia mengumpamakan seperti perusahaan, sebagai contoh untuk menggambarkan sudut pandangnya.Â
Dia mengatakan bahwa seseorang mengatakan kepadanya bahwa ada perusahaan yang merugi selama 20 tahun, tanpa pelanggan, dan teknologi juga kurang bagus, tapi prosedur manajemennya bagus, direksinya standar banget, kalian harus beli saham perusahaan ini, apakah bukan konyol (absurd) katanya.
Memang prosedur demokrasi setiap negara berbeda, tetapi hasil dari pemerintahan yang demokratis setidaknya harus memuaskan kebanyakan rakyatnya.Â