"(Tiongkok dan Pakistan) perlu mempertahankan perdamaian regional bersama. Masalah di Afghanistan adalah tantangan praktis yang dihadapi Tiongkok dan Pakistan," terutama perluasan terorisme internasional dan regional, Menlu tiongkok Wang Yi mengatakan pada hari Selasa (19 Juni 2021) dalam pertemuan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik dengan Pakistan.
Sementara penarikan pasukan AS dan kebangkitan Taliban seharusnya secara strategis menguntungkan Tiongkok karena Taliban memiliki hubungan dekat dengan Pakistan, baik Islamabad maupun Beijing khawatir karena mereka menghadapi ancaman dari kelompok militan Islam yang merupakan bagian dari Al-Qaeda dan Taliban.
Tiongkok telah mengincar investasi skala besar di Afghanistan karena negara itu memiliki cadangan tembaga, batu bara, besi, gas, kobalt, merkuri, emas, litium, dan thorium yang belum tereksploitasi terbesar di dunia, senilai lebih dari satu triliun USD.
Pada tahun 2011, Tiongkok National Petroleum Corporation (CNPC) memenangkan tawaran USD 400 juta untuk mengebor tiga ladang minyak selama 25 tahun, yang mengandung sekitar 87 juta barel minyak.
Perusahaan Tiongkok juga telah memperoleh hak untuk menambang tembaga di Mes Aynak di provinsi Logar.
Sikap Tiongkok
Tiongkok Tampaknya akan berperan aktif dalam situasi Afghanistan di masa depan dan memberikan landasan yang baik, dan akan menggunakan pengaruhnya dengan sangat hati-hati.
Tampaknya Afganistan (dan Talibvan) percaya bahwa Tiongkok tidak akan datang ke Afghanistan untuk "mengisi" kekosongan yang ditinggalkan oleh penarikan pasukan AS. Selama ini AS secara paksa menginvasi Afghanistan dan pernah dengan ambisius mencoba mengubah sistem sosial politiknya dan memimpin pembangunan kembali negara itu.
Sebagai tetangga Afghanistan yang bersahabat, Tiongkok berprinsip seperti selama ini yang telah dilakukan di dunia, tidak akan mengubah posisi dan prinsip dasar Taliba dan Afgasnnistan serta tidak mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan. Dan hanya akan memberi Afghanistan bantuan yang diperlukan dalam kapasitasnya, dan tidak akan pernah memiliki ide untuk memimpinnya.
Afghanistan memiliki jiwa dan tradisi budaya yang melekat, yang secara luas disebut sebagai "makam bagi penjajah/kolonialis"
Dalam empat puluh tahun terakhir ini, Uni Soviet dan AS telah runtuh di sana, dan Tiongkok tidak akan pernah memasuki Afghanistan dengan cara seperti Soviet dan AS, mereka memastikan bahwa Tiongkok tidak akan pernah menjadi "yang ketiga" setelah mereka.