Presiden AS Joe Biden pada pertengahan April 2021 mengumumkan rencana untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan pada 11 September, menambahkan beberapa bulan ke batas waktu 1 Mei yang dicapai dalam kesepakatan antara pemerintahan pendahulunya, Donald Trump, dan Taliban setelah pembicaraan yang mengecualikan pemerintah Afganistan.
Penarikan terakhir tentara AS yang diperintahkan oleh Biden dimulai pada 1 Mei ketika jumlah tentara AS antara 2.500 dan 3.500, dan dapat diselesaikan segera pada 4 Juli. Semua pasukan internasional, termasuk 7.000 tentara NATO, akan berangkat pada 11 September.
Shaheen mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Taliban telah berkomitmen untuk memberikan jalan yang aman bagi pasukan AS saat mereka mundur dari Afghanistan dan bahwa kelompok bersenjata Taliban tidak akan menyerang mereka. "Kami tetap setia pada itu," kata Shaheen.
"Kami belum menyerang mereka selama penarikan mereka. Bahkan [ketika] mereka melanggar penarikan penuh 1 Mei dari Afghanistan -- tetap saja, kami belum menyerang mereka sementara kami sepenuhnya mampu melakukan itu."
Para pejabat AS mengatakan kepada kantor berita The Associated Press pada hari Kamis (24 Juni) bahwa sekitar 650 tentara AS diperkirakan akan tetap berada di Afghanistan untuk memberikan keamanan bagi para diplomat setelah Washington menarik pasukannya untuk mengakhiri kehadiran militernya selama 20 tahun di negara itu.
Bereaksi terhadap laporan tersebut, Shaheen mengatakan kepada Osama Bin Javaid dari Al Jazeera di Doha bahwa jika AS melakukannya, itu akan melanggar perjanjian yang bertujuan untuk mengakhiri perang terpanjang AS yang terjadi antara Washington dan Taliban di ibukota Qatar pada bulan Februari 2020.
"Kami telah menandatangani perjanjian Doha dan itu dinegosiasikan dengan pihak Amerika selama 18 bulan. Mereka telah sepakat dan berkomitmen bahwa mereka akan menarik semua pasukan militer, penasihat, dan kontraktor mereka dari Afghanistan," kata Shaheen.
"Saya pikir itu jelas melanggar kesepakatan itu," tambahnya.
"Jika mereka tinggal di sini (Afganbistyan), maka saya pikir itu semacam kelanjutan dari pendudukan. Mereka telah melanggar dan kami sepenuhnya memiliki hak untuk bereaksi," kata Shaheen.
Taliban Dan Pemerintah Afganistan Menyambut Baik Investasi Tiongkok
Menyebut Tiongkok sebagai negara bersahabat, Taliban mengatakan mereka menyambut baik investasi Beijing dalam rekonstruksi Afghanistan yang dilanda perang.
"Kami menyambut mereka (Tiongkok). Jika mereka memiliki investasi tentu kami menjamin keamanan mereka. Keamanan mereka sangat penting bagi kami," kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam wawancara baru-baru ini dengan surat kabar South China Morning Post.
"Kami telah ke Tiongkok berkali-kali dan kami memiliki hubungan baik dengan mereka," katanya. "Tiongkok adalah negara sahabat yang kami sambut untuk rekonstruksi dan pengembangan Afghanistan."
Pernyataan menyambut investasi Tiongkok datang ketika AS dan pasukan sekutu keluar dari Afghanistan setelah perang 20 tahun.
AS dan Taliban menanda-tangani kesepakatan Februari lalu, membuka jalan bagi pasukan asing untuk menarik diri dari Afghanistan, pembebasan tahanan, mengeluarkan para pemimpin Taliban dari daftar hitam teror, dan dukungan internasional untuk membangun kembali negara itu.
Keluarnya pasukan asing telah menyebabkan Taliban meningkatkan tekanan pada pemerintahan Kabul dengan banyak distrik yang jatuh di luar kendali pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani.
Selain mengambil alih pemerintahan distrik, Taliban melanjutkan diplomasi mereka ketika delegasi baru-baru ini mengunjungi Iran dan Rusia.
Taliban Tidak Mengizinkan Tanah Afganistan Digunakan Separatis Asing Untuk Melawan Negara Lain
Juru bicara Taliban mengatakan kelompoknya tidak akan mengizinkan "kelompok separatis, termasuk Gerakan Islam Turkistan Timur atau ETIM," beroperasi di Afghanistan. "Ya, itu tidak akan diizinkan masuk."
"Orang-orang dari negara lain yang ingin menggunakan Afghanistan sebagai situs (untuk melancarkan serangan) terhadap negara lain, kami telah membuat komitmen bahwa kami tidak akan mengizinkan mereka apakah itu individu atau entitas terhadap negara mana pun termasuk Tiongkok," kata juru bicara itu. . "Ini adalah komitmen kami berdasarkan perjanjian Doha. Kami mematuhi kesepakatan itu."
Tahun lalu, Washington menghapus ETIM dari daftar kelompok terornya, membuat marah Beijing yang menganggap kelompok tersebut diduga mengobarkan masalah di Xinjiang, di mana Tiongkok telah dituduh mengasimilasi budaya dan tradisi etnis Uyghur, yang sebagian besar adalah Muslim.
Taliban "mewarisi al-Qaeda" dari pemerintahan mantan Presiden Afghanistan Burhanuddin Rabbani, kata Shaheen. "Al-Qaeda milik era masa lalu dan tidak akan diizinkan beroperasi di negara ini lagi."
Menyusul kepergian pasukan AS, kata juru bicara Taliban, "perlu (untuk) mengadakan pembicaraan, dengan Beijing."
"Kami dulu mengizinkan (al-Qaeda) untuk tinggal di Afghanistan karena mereka tidak memiliki tempat di negara lain," kata juru bicara itu, bersikeras bahwa "sekarang tidak ada lagi anggota al-Qaeda di Afghanistan."
"Kami tidak akan mengizinkan perekrutan atau menjadikan pusat pelatihan atau penggalangan dana apa pun untuk kelompok mana pun di Afghanistan," tegasnya, dengan mengatakan: "Jika ada orang yang bersembunyi dan kami menemukan mereka, kami akan memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat (tinggal)."
Taliban Mengatakan Tiongkok Teman Afganistan, Bersumpah Tidak Menjadi Tuan Rumah Militan Uyghur
Taliban mengatakan mereka melihat Tiongkok sebagai teman Afghanistan dan meyakinkan Beijing bahwa mereka tidak akan menjadi tuan rumah bagi militan Islam Uyghur dari provinsi Xinjiang yang bergejolak.
Komentar itu muncul ketika Taliban membuat keuntungan teritorial di negara yang dilanda perang di tengah penarikan pasukan AS. Mereka mengklaim menguasai 85% wilayah Afganistan selama ini.
Beijing khawatir bahwa di bawah pemerintahan Taliban, Afghanistan akan menjadi pusat Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM), kelompok separatis yang bersekutu dengan Al-Qaeda yang melancarkan pemberontakan di Xinjiang.
Xinjiang (Tiongkok) yang kaya sumber daya berbagi perbatasan sepanjang 80 km dengan Afghanistan.
Suhail juga mengatakan Taliban tidak akan lagi mengizinkan pejuang separatis Uyghur Xinjiang Tiongkok melakukan gerakan di Afganistan, beberapa di antaranya sebelumnya mencari perlindungan di Afghanistan, untuk memasuki Xinjiang.
Taliban juga akan mencegah al-Qaeda atau kelompok teroris lainnya beroperasi di sana, katanya.
Tiongkok tampaknya sangat kritis terhadap langkah AS untuk menarik pasukannya tanpa menstabilkan proses perdamaian di Afghanistan, Tiongkok pekan ini telah meminta sekutu dekatnya Pakistan untuk meningkatkan kerja sama guna mengatasi risiko keamanan di negara yang dilanda perang itu menyusul penarikan pasukan AS dan sekutunya.
"(Tiongkok dan Pakistan) perlu mempertahankan perdamaian regional bersama. Masalah di Afghanistan adalah tantangan praktis yang dihadapi Tiongkok dan Pakistan," terutama perluasan terorisme internasional dan regional, Menlu tiongkok Wang Yi mengatakan pada hari Selasa (19 Juni 2021) dalam pertemuan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik dengan Pakistan.
Sementara penarikan pasukan AS dan kebangkitan Taliban seharusnya secara strategis menguntungkan Tiongkok karena Taliban memiliki hubungan dekat dengan Pakistan, baik Islamabad maupun Beijing khawatir karena mereka menghadapi ancaman dari kelompok militan Islam yang merupakan bagian dari Al-Qaeda dan Taliban.
Tiongkok telah mengincar investasi skala besar di Afghanistan karena negara itu memiliki cadangan tembaga, batu bara, besi, gas, kobalt, merkuri, emas, litium, dan thorium yang belum tereksploitasi terbesar di dunia, senilai lebih dari satu triliun USD.
Pada tahun 2011, Tiongkok National Petroleum Corporation (CNPC) memenangkan tawaran USD 400 juta untuk mengebor tiga ladang minyak selama 25 tahun, yang mengandung sekitar 87 juta barel minyak.
Perusahaan Tiongkok juga telah memperoleh hak untuk menambang tembaga di Mes Aynak di provinsi Logar.
Sikap Tiongkok
Tiongkok Tampaknya akan berperan aktif dalam situasi Afghanistan di masa depan dan memberikan landasan yang baik, dan akan menggunakan pengaruhnya dengan sangat hati-hati.
Tampaknya Afganistan (dan Talibvan) percaya bahwa Tiongkok tidak akan datang ke Afghanistan untuk "mengisi" kekosongan yang ditinggalkan oleh penarikan pasukan AS. Selama ini AS secara paksa menginvasi Afghanistan dan pernah dengan ambisius mencoba mengubah sistem sosial politiknya dan memimpin pembangunan kembali negara itu.
Sebagai tetangga Afghanistan yang bersahabat, Tiongkok berprinsip seperti selama ini yang telah dilakukan di dunia, tidak akan mengubah posisi dan prinsip dasar Taliba dan Afgasnnistan serta tidak mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan. Dan hanya akan memberi Afghanistan bantuan yang diperlukan dalam kapasitasnya, dan tidak akan pernah memiliki ide untuk memimpinnya.
Afghanistan memiliki jiwa dan tradisi budaya yang melekat, yang secara luas disebut sebagai "makam bagi penjajah/kolonialis"
Dalam empat puluh tahun terakhir ini, Uni Soviet dan AS telah runtuh di sana, dan Tiongkok tidak akan pernah memasuki Afghanistan dengan cara seperti Soviet dan AS, mereka memastikan bahwa Tiongkok tidak akan pernah menjadi "yang ketiga" setelah mereka.
Advokasi Tiongkok Terhadap "Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai" bukanlah hanya sekedar slogan, tetapi menjadi moto sejati untuk penanganan masalah internasional yang kompleks, karena sesuai dengan realitas internasional dan merupakan sharing bersama terbesar dari kepentingan mendasar sebagian besar negara, sehingga secara efektif memandu tingkah laku diplomatis Tiongkok, sehingga memungkinkan untuk dapat melakukannya dengan baik untuk masalah yang paling sulit.
Stabilitas Afghanistan merupakan kepentingan dan keprihatinan besar bagi Tiongkok, dan tentu saja mereka bersedia untuk secara aktif membantu dalam merealisasi awal perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, dan merasa memiliki hak untuk mempromosikan pembicaraan damai.
Pertemuan Perwakilan Pemerintah Afganistan dan Taliban di Teheran Iran
Pembicaraan damai tingkat tinggi antara pihak Afghanistan yang bertikai mengikuti diskusi berbulan-bulan di Qatar yang terhenti oleh kebuntuan diplomatik dan meningkatnya kekerasan.
Sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah pembicaraan pada hari Kamis (8 Juli) mengatakan pemerintah Afghanistan dan Taliban setuju bahwa "perang bukanlah solusi untuk masalah Afghanistan" dan bahwa semua upaya harus diarahkan untuk mencapai solusi politik yang damai.
Kedua belah pihak juga sepakat untuk melanjutkan pembicaraan tentang mekanisme khusus untuk mencapai perdamaian abadi dan mendirikan negara Islam pada pertemuan berikutnya yang lokasi atau tanggalnya tidak disebutkan.
"Kedua belah pihak mengutuk serangan yang menargetkan rumah orang, masjid dan rumah sakit dan mengarah pada kehancuran, dan juga mengutuk penghancuran lembaga-lembaga publik dan menyerukan hukuman para pelakunya," kata pernyataan itu, merujuk pada pembicaraan yang diselenggarakan oleh Teheran sebagai kesempatan untuk memperkuat solusi politik.
Dalam pernyataan lain pada hari itu, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif berterima kasih kepada kedua belah pihak atas pertemuan dan memprioritaskan rakyat Afghanistan.
"Keberanian dalam damai lebih penting daripada keberanian dalam perang karena untuk perdamaian, seseorang harus berkorban dan mengesampingkan tuntutan maksimal dan mempertimbangkan tuntutan pihak lain," katanya.
Zarif meminta kedua belah pihak untuk memanfaatkan kesempatan untuk berbicara dan mengakhiri pertempuran demi kepentingan rakyat Afghanistan. Dia menekankan bahwa Iran akan selalu siap untuk memfasilitasi lebih banyak pembicaraan.
Saat membuka pembicaraan pada hari Rabu (7 Juli), Zarif menyambut baik kepergian musuh AS dari perbatasan timurnya tetapi memperingatkan: "Hari ini, rakyat dan pemimpin politik Afghanistan harus membuat keputusan sulit untuk masa depan negara mereka."
Selama ini banyak negara di sekitar Tiongkok telah menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang erat dengan Tiongkok, dan Afghanistan tidak akan menjadi pengecualian dalam jangka panjang.
Halaman penderitaan yang dibawa AS ke Afghanistan telah berubah, dan halaman baru sedang dibuka di negara itu. Masih belum pasti apakah itu akan menjadi perang saudara atau rekonsiliasi. Juga tidak dapat diprediksi apa yang akan membawa negara itu dari kekacauan yang telah terjadi selama ini.
Tetapi Tiongkok jelas akan selalu menjadi tetangga Afghanistan yang baik hati yang bersedia membantu. Tiongkok tentu saja hanya ingin Afghanistan mengekspor energi positif dan tidak akan pernah pergi ke sana untuk menyebabkan tragedi.
Evakuasi Warga Tiongkok Dari Afganistan Â
Sebelumnya, sebuah berita tentang "22 kasus yang dikonfirmasi dari penerbangan masuk pertama ke Wuhan, 30 kasus infeksi tanpa gejala" telah diposting di Internet. Jumlah diagnosis yang dikonfirmasi yang mengejutkan ini segera menyebabkan banyak kontroversi. Pusat Perlindungan Konsuler Kementerian Luar Negeri Tiongkok kemudian mengklarifikasi penerbangan MF8008 di internet resmi mereka bahwa itu adalah tugas evakuasi dari Afghanistan. Netizen yang mengetahui kebenaran berita itu menyatakan "selamat datang terhadap rekan senegaranya"
Banyak netizden berharap rekan senegara dan staf medis yang mengevakuasi akan melindungi diri mereka sendiri dan aman dan sehat. Ini adalah "pemulangan" yang Mengharukan. Yang lebih menggembirakan adalah bahwa setelah "ppemulangan" ini, 212 keluarga akan menikmati kegembiraan berkumpul kembali dengan keluarga mereka.
Perlu diketahui, ada banyak gunung di sekitar Bandara Kabul dan medannya rumit. Pada periode pendaratan sedang bersuhu tinggi, turbulensi, dan angin sering berhembus. Ini adalah pertama kalinya penerbangan sipil Tiongkok menggunakan pesawat berbadan lebar untuk terbang ke Bandara Kabul. Data pengenalan penerbangan untuk referensi relatif langka. Ketinggian aman terendah Pegunungan Hara Koram hampir 30.000 kaki, dan cuacanya kompleks dan berubah-ubah.
Kali ini misinya sungguh ketat dan berat, risikonya tinggi. Awak pesawat yang terdiri dari satuan pasukan yang cakap, sebelumnya telah melakukan misi penting seperti pengangkutan pasukan penjaga perdamaian PBB dan beberapa penerbangan evakuasi luar negeri. Sebelum melakukan misi ini mereka melakukan latihan simulasi take off landing terlebih dahulu.
Pada akhirnya, misi berhasil ditunaikan dengan baik, namun ada dua episode terjadi dalam misi ini yang menarik. Sehari sebelum jadwal lepas landas pertama, tim yang terdiri lebih dari 70 orang mengetahui bahwa ada satu orang yang karena dampak dari situasi domestik di Afganistan terlambat tiba di Bandara Kabul tepat waktu, mengingat penerbangan charter itu tidak mudah, setelah berkonsultasi diputuskan untuk menunda tanggal penerbangan pada 2 Juli, biarkan rekan senegaranya dapat ikut bergabung kembali pulang ke tanah airnya.
Kapten pilot itu menuturkan: "Pada 2 Juli 2021, ketika pintu pesawat ditutup, dan hendak lepas landas, saya diberitahu bahwa ada seorang penumpang yang tidak bisa datang tepat waktu dan sedang dalam perjalanan ke bandara. Jadi menunggu penumpang ini satu jam, mengingat penerbangan ini tidak mudah, kita tidak bisa meninggalkan seorang pun rekan negara kita."
Penanggung jawab Xiamen Airlines yang relevan bertanggung jawab atas misi ini telah telah merumuskan rencana jaminan lengkap, mengambil langkah-langkah pencegahan pandemi terbaik dalam hal perlindungan personel, perlindungan makanan, dan perlindungan darat untuk memastikan keselamatan penumpang. Melakukan tes antigen dua kali saat naik pesawat sesuai persyaratan inspeksi, antara lain laporan terbaru harus diperiksa dalam waktu 48 jam.
Pejabat itu mengatakan bahwa evakuasi darurat Tiongkok terhadap warga perantauan ini juga karena Taliban di Afghanistan terlihat belum ada kepastian tindakan selanjutnya dan sulit bagi mereka untuk melakukan dialog yang berarti dengan pihak lain hanya dengan mengandalkan kebijakan diplomasi.
Oleh karena itu, Tiongkok harus mengandalkan bantuan mitra lain untuk menekan Taliban agar memaksa Taliban duduk di meja perundingan dan bekerja sama dengan Tiongkok dalam mediasi masalah Afghanistan untuk mencapai tujuan akhir memadamkan konflik.
Pemerintah Afganistan tidak dapat menghentikan serangan Taliban, bahkan pembicaraan damai dengan perwakilan Taliban yang sedang diadakan di Iran, sulit untuk membujuk Taliban untuk menghentikan serangan. Oleh karena itu, harus ada kekuatan besar untuk menghalangi Taliban dan menciptakan peluang untuk pembicaraan damai antara pihak-pihak di Afghanistan, dalam hal ini Rusia dapat memainkan peran seperti itu.
Dalam hal ini, harian "Izvestia" Rusia menunjukkan bahwa jika Taliban tidak menghentikan serangan, sejumlah besar militan dan pengungsi akan mengalir ke negara-negara selatan CIS, yang akan menjadi ancaman bagi Rusia saat itu.
Rusia sebenarnya telah mengatakan dengan sangat jelas bahwa jika Taliban tidak menghentikan operasi ofensif militer, tidak menutup kemungkinan bahwa Rusia akan melakukan intervensi militer dalam mengatasi situasi di Afghanistan, yang akan menjadi masalah besar bagi Taliban.
Lagi pula, begitu Rusia campur tangan dalam perang, Taliban mungkin akan dipukul kembali ke pegunungan utara untuk masuk ke gua-gua seperti hari-hari awal Perang Afghanistan.
Harus jelas bagi Taliban bahwa AS telah mengeluarkan ancaman, dan bahwa militer AS kemungkinan akan menggunakan metode pertempuran jarak jauh untuk mendukung operasi pemerintah Afghanistan.
Sebelumnya, pemerintah Republik Afganistan -- Presiden Ashraf Ghani  telah menerima usulan Tiongkok untuk membentuk pemerintahan koalisi yang melibatkan semua pihak.
Jadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan Taliban sekarang adalah menerima saran dari Tiongkok dan Rusia, menghentikan serangan, duduk dan bernegosiasi dengan semua pihak, dan menghindari membiarkan AS campur tangan dalam situasi di Afghanistan lagi, ddengan demikian barulah ada harapan untuk perdamaian di Afghanistan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin memimpin konferensi pers reguler pada 9 Juli.
Wartawan: Menurut laporan, militer AS meninggalkan Pangkalan Angkatan Udara Bagram semalaman tanpa memberitakan lebih dahulu, sehingga menyulitkan pemerintah Afghanistan untuk mengambil alih dan meneybabkan kehilangan sejumlah besar perbekalan. Khal ini menimbulkan kritik dari peerintah Afgannistan dan komunitas internasional, bagaimana Tiongkok mengomentarinya ?"
Jawaban Wang: Banyak fakta menunjukkan bahwa antara moralitas internasional dan kepentingan pribadi, yang terakhir selalu menjadi pilihan AS telah mempromosikan apa yang disebut sistem demokrasi liberal di banyak tempat di seluruh dunia, dan memaksa gejolak, perang, terorisme, dan arus pengungsi akibat perubahan rezim, gejala sisa masih sulit dihilangkan. AS telah mencemooh tanggung jawab dan kewajibannya, dan tidak sabar untuk menarik pasukannya dari Afghanistan, melemparkan kekacauan dan situasi perang pada rakyat Afghanistan dan negara-negara regional, semakin mengungkap kemunafikan di balik kedok AS dalam "membela demokrasi".
Sebagai tetangga dekat Afghanistan yang bersahabat, Tiongkok selalu mendukung rakyat Afghanistan dalam menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayahnya, serta menyerahkan nasib negara di tangannya sendiri.
Tiongok selalu berpegang pada prinsip "rakyat Afghanistan memimpin dan memiliki" dan berkomitmen untuk mempromosikan penyelesaian politik masalah Afghanistan.
Tiongkok bersedia bekerja sama dengan masyarakat internasional dan negara-negara di kawasan itu untuk terus mempromosikan proses perdamaian dan rekonsiliasi di Afghanistan dan membantu Afghanistan mencapai perdamaian dan stabilitas sejak dini. Demikian pernyataan resmi dari Tiongkok.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
AAA, C-R.org, SCMP, Al Jazeera, Britannica
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H