Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Buku "Captialism on a Ventilator" Dihapus dari Daftar Amazon Book?

28 April 2021   14:41 Diperbarui: 28 April 2021   21:13 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku berjudul "Capitalism on a Ventilator: The Impact of COVID-19 in China & the US". Seperti yang dikemukakan oleh judulnya, buku ini membahas perbedaan sikap kedua negara terhadap pandemi, menyoroti kurangnya infrastruktur dukungan sosial AS yang kontras dengan pengeluarannya yang besar untuk infrastruktur militer, polisi, dan penjara.

Sebuah buku yang mensurvei dan membandingkan reaksi AS dan Tiongkok terhadap pandemi COVID-19, baru-baru ini dihapus dari daftar penjualan Amazon - platform e-commerce teratas di AS, sebuah langkah yang kembali mengungkap sikap bias AS terhadap "kebebasan berbicara"  kata pengamat.

Amazon melarang penjualan buku "Capitalism on a Ventilator", dianggap sebuah buku esai yang anti-imperialis terkemuka. Buku tersebut meneliti peran kapitalisme dalam memperburuk pandemi dan membandingkan tindakan efektif Tiongkok dengan kegagalan AS.

Seorang jurnalis independen dan berpengaruh AS Max Blumenthal memberikan tanggapannya di Twitter mengatakan  Amazon berlebihan. 

Buku itu sudah ditemukan tidak tersedia lagi di Amazon pada awal November 2020, tanggal penerbitannya adalah 24 September 2020.

Di Amazon, buku tersebut terdaftar sebagai "tidak dicetak lagi - persediaan terbatas". Namun, penerbit mengatakan buku itu tidak pernah "tidak dicetak lagi", dan tersedia dari situs web penerbit.

World View Forum, penerbit buku, menerima pesan dari Amazon pada 24 September 2020, hari debut buku tersebut di Amazon, mengatakan bahwa buku tersebut "tidak sesuai dengan pedoman [Amazon]," lapor situs web Workers World.

World View Forum segera mencoba untuk membalikkan keputusan Amazon dan memberikan lapisan otentikasi informasi, yang tidak pernah dibalas oleh Amazon.

"Capitalism on a Ventilator: The Impact of COVID-19 in China & the U.S (Kapitalisme pada Ventilator: Dampak COVID-19 di China & AS)" adalah antologi baru yang membandingkan tanggapan efektif Tiongkok terhadap COVID-19 dengan tanggapan bencana di AS. Ini mendorong kembali kampanye rasis yang anti-Tiongkok di media.

Karena semakin memusuhi pendirian AS terhadap Tiongkok, dan lonjakan rasisme anti-Asia yang menyertainya, merupakan tantangan besar untuk menemukan printer dan distributor buku ini.

Bab-bab tersebut mencakup artikel dari banyak penulis yang diterbitkan, termasuk: Ajamu Baraka, Monica Moorehead, Mumia Abu-Jamal, Margaret Kimberley, Vijay Prashad, Lee Siu Hin, Sara Flounders, Carlos Martinez, Kevin Zeese, Deirdre Griswold, Max Blumenthal dan banyak lagi.

Upaya untuk menempatkan "Capitalism on a Ventilator" di situs web perusahaan besar berubah menjadi perjuangan selama beberapa bulan dengan penjual buku online terbesar di dunia - Amazon. Amazon Books menjanjikan kemudahan penempatan, pemenuhan pesanan terbaik, dan kurangnya sensor, tetapi gagal mereliasaikannya.

Pemblokiran Amazon atas buku ini adalah contoh nyata dari sensor perusahaan AS. Amazon memberi tahu penerbit: "Karena sifat informasi seputar virus corona yang berubah dengan cepat, kami merujuk pelanggan ke sumber resmi untuk mendapatkan saran tentang pencegahan atau pengobatan virus. Amazon berhak menentukan konten apa yang kami tawarkan sesuai dengan pedoman konten kami. Buku Anda tidak sesuai dengan pedoman kami. Akibatnya, kami tidak menawarkan buku Anda untuk dijual. "

Terlepas dari klaim bahwa mereka hanya menerbitkan "sumber resmi untuk nasihat" tentang COVID-19, Amazon telah mengizinkan buku yang mempromosikan teori konspirasi liar - mengatakan bahwa virus itu dibesar-besarkan, tipuan atau buatan manusia dan bahwa masker serta karantina tidak berguna. Amazon juga telah membuat daftar produk yang merupakan "obat" dukun berbahaya untuk COVID-19.

Di balik penyensoran

Permusuhan terhadap Tiongkok sebagai kebijakan nasional AS berdampak pada setiap area diskusi. Hal ini tercermin dalam perang dagang, sanksi, dan operasi militer, dalam pembatalan pertukaran pendidikan, olahraga, dan budaya, serta dalam penindasan liputan apa pun pada tingkat pencapaian apa pun dengan Tiongkok. Tidaklah mengherankan jika itu meluas ke pemblokiran buku.

Banyak bab penting dalam antologi ini ditulis pada bulan Maret, April, dan Mei 2020 seiring dampak penuh pandemi COVID-19 melanda AS dan orang-orang secara aktif mencari jawaban. Mengapa Tiongkok melakukan jauh lebih baik dalam menahan COVID-19 dan menyelamatkan nyawa?

Pertanyaan-pertanyaan yang mulai ditanyakan oleh pekerja di seluruh dunia mengirim outlet media AS dan platform perusahaan swasta ke dinding sensor dan represi politik.

Jadilah bagian dari menantang kebohongan dan rasisme media perusahaan.

Buku ini membuat perbandingan komprehensif tentang anti-pandemi antara Tiongkok dan AS. Jadi, konten spesifik apa yang terlibat dalam perbandingan tersebut? Mengapa Amazon akhirnya memutuskan untuk menghapusnya dan list penjualannya?

Ada pengamat yang berpendapat, karena "political correctness(kebenaran politik)" di Barat sudah menjadi merajarela saat ini, maka dalam politik di AS, mereka tidak bisa hanya berbicara tentang ras atau agama. Jika mereka ingin berbicara tentang Tiongkok, mereka akan sering mengalami intimidasi.

Ini mungkin karena "political correctness" jangka panjang terlalu lama menekan kebebasan berbicara orang AS, akhirnya orang AS memilih Trump. Dia pada dasarnya mengabaikan "political correctness" ucapannya penuh dengan meriam, yang benar, yang palsu, dan yang tidak pantas untuk anak-anak, apa pun dia berani mengatakannya.

Kini di AS ada kata-kata yang sudah tidak bebas boleh dikatakan, yang pertama "AS akan menjadi nomor dua di dunia" kata-kata ini sekali-kali jangan dikemukakannya.

Yang kedua adalah "Pencegahan dan pengendalian pandemi Tiongkok jauh lebih baik daripada AS" Hal ini tidak boleh banyak dibicarakan.

Apa itu "political correctness/kebenaran politik"?

Konsep "political correctness" berawal dari sebuah konsep yudisial pada abad ke-19 di AS yang bermula di bidang peradilan.

Pada saat itu, AS mewajibkan semua istilah yang digunakan di pengadilan harus sesuai dengan kebiasaan peradilan. Jika ketentuan hukum atau prinsip konstitusional didefinisikan dalam satu bahasa, kini ahli bahasa dan sosiologi Prancis membandingkan "kebenaran politik" Eropa. Definisi yang bulat adalah opini publik yang sangat dominan, yang berarti bahwa jika kebanyakan orang mengatakan atau berpikir demikian, itu "benar secara politis",  jika tidak,  maka itu tidak benar.

Pertanyaannya adalah siapa yang tahu bahwa ini mayoritas dan itu minoritas. Dulu, kita mungkin masih bisa mencari tahu mana yang paling banyak diketahui orang.

Tapi hari ini sudah menjadi rahasia umum ada pihak-pihak yang secara pribadi, memanipulasi kebenaran politik, dan menggunakan tongkat besar ini untuk mengontrol masyarakat, mengontrol pemikiran pemilih, dan mengontrol industri penerbitan. Kontrol semacam inilah yang dapat mengontrol seluruh masyarakat Barat dan menjadi tongkat/senjata hidup-mati di bidang politik dan ideologis.

Buku "Capitalism on a Ventilator" diambil dari rak dan dilarang dijual di Amazon. Mungkin pertanyaan pertama yang akan ditanggapi semua orang adalah buku apa yang bisa diterbitkan, buku apa yang tidak bisa diterbitkan, dan buku apa yang akan dilarang untuk dijual. Standar ini akan sulit di kemukakkannya. Agar lebih mudah bagi semua orang untuk memahaminya, kita harus mengungkapkannya seperti ini.

Apa Isi Buku "Capitalism on a Ventilator." Yang Dilarang Dijual Amazon Book 

Jadi ada berita baru-baru ini bahwa Amazon.com telah memutuskan untuk melarang penjualan sebuah buku "Capitalism on a Ventilator." Seperti yang telah dikemukakan di muka. Buku itu juga memiliki subjudul "Dampak Virus Covid-19 di Tiongkok dan Amerika Serikat."

Buku ini telah mengumpulkan 55 artikel yang membandingkan Tiongkok dan AS tentang pencegahan dan pengendalian pandemi, dari pengujian asam nukleat hingga standar medis, dari asuransi kesehatan hingga kemampuan mobilisasi sosial, dan sebagainya.

Membuat perbandingan yang sangat komprehensif antara Tiongkok dan AS, di mana pencegahan dan pengendalian pandemi berbeda, dan akhirnya sampai pada kesimpulan yang sangat sederhana dan lugas bahwa sosialisme Tiongkok telah menang atas kapitalisme Amerika.

Tetapi Amazon memutuskan untuk melarang penjualan buku ini. Kemudian Amazon mengirim surat ke penerbit buku ini, dan utusan ini menulisnya seperti ini: "Kami memutuskan untuk menyediakan konten berdasarkan pedoman konten kami. Buku Anda tidak memenuhi pedoman kami, jadi kami tidak lagi menjual buku Anda. Sedangkan untuk informasi terkait pandemi Covid-19, masyarakat disarankan untuk mendapatkan saran pencegahan atau pengobatan virus dari jalur resmi. Jika ingin kami (Amazon) mereview buku ini, silahkan update informasi detail buku ini, termasuk judul, cover , deskripsi produk, dll., dan kirim ulang sekali."

Setelah menerima surat di atas, penerbit buku (Capitalism on a Ventilator) segera memberi Amazon informasi baru dan sertifikasi baru, tetapi mereka ternyata tidak dapat mengeluh tentang keputusan Amazon dan tidak mungkin, karena email Amazon dikirim dari alamat non-reply.

Jadi apa yang digembar--gemborkan Amazon selalu mengatakan bahwa liputan bukunya adalah yang terluas di dunia, paling mudah diakses, terlaris, dan tidak ada sistem sensor, terbesar di dunia, dan penjual buku online jarang menghapus buku dari list penjualan, menjadi dipertanyakan.

Jadi ada pengamat yang melihat hal ini sebagai berikut:  pertama menunjukkan bahwa ada absurditas dalam pemberitahuan ini. Karena seperti kita tahu bahwa pada saat itu di bulan September tahun lalu, Tiongkok juga membicarakan masalah ini pada saat itu, yaitu, ada berapa banyak orang Amerika yang dapat mempercayai pejabat AS saat itu. tentang pencegahan, pengendalian dan pengobatan informasi pandemi Covid-19.

Seperti yang pernah penulis muat pada tulisan terdahulu, pada bulan Juli Paul Alexander penasihat kedokteran AS  dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, masih mendesak Departemen Kesehatan AS untuk menerapkan kekbalan kelompok (herd community) terhadap Covid-19. Orang muda dan sehat, anak-anak AS dibutuhkan untuk segera menginfeksi diri mereka sendiri untuk menyebarkan virus, agar menumbuhkan kekebalan, dan membantu mencegah penyebaran virus. Dan Alexander tetap menjabat sampai September 2020.  Justru pada saat itu pandemi di AS sudah tidak terkendali.  baca:

Kontroversi HAM di Barat dan AS Terlihat Dalam Pandemi Covid-19

https://www.kompasiana.com/makenyok/6045d7ed8ede4825454306e3/kontroversi-ham-di-barat-dan-as-terlihat-dalam-pandemi-covid-19?page=all#section2

Tetapi banyak orang telah mengetahui, selama masa proses pencegahan dan pengendalian pandemi ini hingga saat ini, Amazon telah menjual sejumlah besar propaganda supremasi kulit putih atas nama kebebasan berbicara, termasuk rasisme supremasi kulit putih, virus Covid-19 buatan manusia dll, dan berbagai buku teori konspirasi.

Apa yang diceritakan dalam buku tersebut yang membuat kekuatan kapitalis AS di belakang Amazon begitu ketakutan sehingga harus dibredel dan tidak berani dibicarakan?

Pertama-tama, buku ini melakukan hal yang sangat baik, yaitu mencantumkan seluruh jadwal untuk wabah Covid-19 di AS dari awal epidemi hingga akhir tahun 2020.

Jadi semua bukti yang disebutkan dalam buku itu menunjukkan bahwa Tiongkok pertama kali berkomunikasi dengan CDC Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS pada 31 Desember 2019, dan urutan gen virus diteliti pada awal Januari 2020.

Dari papar itu menunjukkan, Tiongkok telah bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah pandemi dan telah memberi dunia waktu yang cukup untuk merespons.

Dalam buku ini juga menyebutkan bahwa pada Januari 2020, Tiongkok telah mengeluarkan peringatan kepada lembaga ilmiah besar internasional.

tetapi pada saat itu, politisi  dan media AS menertawakan Tiongkok daripada mendengarkan peringatan seperti itu. Mereka mengabaikan peringatan tersebut dan akhirnya menyebabkan negara AS terjadi jumlah kematian akibat Covid-19 terbesar di dunia.

Dalam buku ini juga dituliskan bahwa para anti-Tiongkok di AS menyebutkan pandemi ini sebagai "Chernobyl" Tiongkok karena mereka ingin melihat sistem medis Tiongkok runtuh sepenuhnya dan akhirnya mengakibatkan terjadi kematian dalam jumlah besar.

Kemudian diikuti dengan depresi ekonomi, yang akan berakibat Tiongkok di-isolasi dan dikecam oleh komunitas internasional, yang akhirnya membangkitkan kemarahan dan pemberontakan rakyat Tiongkok, dan mengarah pada disintegrasi dan kehancuran dari negara komunis Tiongkok.

Tapi ironisnya kenyataan, Tiongkok dengan cepat dan efektif mengatasi pandemi ini, sementara pemerintahan Trump jatuh ke dalam bencana total. AS tidak hanya menjadi negara yang paling terpukul dengan jumlah infeksi dan kematian tertinggi, tetapi juga jatuh ke dalam dilema keruntuhan ekonomi dan melonjaknya pengangguran seperti itu.

Bahkan tidak dapat memberikan perlindungan dasar bagi pribadi staf medis, pandemi tersebut ternyata justru menjadi "Chernobyl" bagi AS.

Dalam buku ini menganalisis banyak faktor dalam pembentukan "Chernobyl" di AS. Salah satunya adalah Trump dan para pengikutnya yang fanatik telah menggunakan label rasis "virus China", yang tidak hanya bertentangan dengan fakta. juga menghambat studi objektif tentang rute penularan virus, menyebabkan AS jatuh ke dalam situasi yang semakin memalukan.

Buku ini juga secara khusus menyebutkan bahwa krisis ini sebagian besar disebabkan oleh AS yang menempatkan kepentingan komersial/bisnis di atas nyawa rakyatnya. Maka akibatnya biaya hidup dan ekonomi yang besar yang ditimbulkan oleh pandemi ini tidak bisa dihindari. Tetapi AS menolak untuk mengadopsi metode Tiongkok yang telah terbukti efektif.

Buku ini juga menjelaskan bagaimana Tiongkok dengan cepat mengatasi pandemi selangkah demi selangkah, dan kemudian mulai membantu negara lain atas dasar ini, termasuk transfer masker, alat uji, ventilator, dan bantuan lain ke negara-negara Amerika Latin, negara-negara Timur Tengah, dan negara-negara Afrika. .

Buku ini juga secara khusus menulis bahwa ketika Tiongkok telah berhasil mengatasi pandemi dan berhasil memastikan kelancaran perekonomian, sedangkan ribuan orang di AS hidup dalam kebohongan dan meninggal dalam sistem medis negara yang berada di ambang kehancuran.

Pandemi Covid-19 ini telah mengubah Tiongkok dan AS menjadi dua kutub ekstrem dalam sejarah manusia.

Sumber: www.9news.com.au
Sumber: www.9news.com.au

Dalam buku ini juga secara khusus menganalisa dan mengutuk bencana yang diakibatkan oleh kapitalisme AS, dengan mengatakan bahwa korban tewas dalam pandemi kali ini di AS diiringi dengan keruntuhan kapitalis terparah sejak Great Depression (Agustus 1929-Maret 1933).

Populasi AS kurang dari seperempat dari Tiongkok, tetapi jumlah kematian akibat Covid-19 adalah 80 kali lipat dari Tiongkok.

Pada 31 Maret 2021, jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di AS telah melebihi 31,14 juta, yaitu 303 kali lipat dari Tiongkok, dan jumlah kematian melebihi 564.000, yaitu 116 kali lipat dari China.

Populasi Tiongkok adalah 4,2 kali lipat dari AS. Jika dihitung secara konsep metematis rasa aman per kapita dari tertular Covid-19, maka rasa aman per kapita Tiongkok adalah 1.272 kali lipat dari AS. Jika dihitung dengan rasa aman bahwa setiap orang bebas dari kematian akibat Covid-19, maka rasa aman orang Tiongkok  adalah 487 kali lipat dari AS.

Maka ada yang membandingkan keunggulan sistem Tiongkok dan keunggulan sistem AS telah sepenuhnya ditunjukkan dalam pencegahan dan pengendalian pandemi kali ini, tetapi pendekatan pemerintah AS bukanlah untuk mereformasi sistemnya sendiri. Sebaliknya, dengan kerja sama aktif dari media, dia mengalihkan perhatiannya dengan melempakan dosanya kepada Tiongkok.

Jadi penulis buku ini telah menghabiskan banyak waktu untuk menunjukkan poin yang sangat penting, yaitu, di seluruh kelas penguasa AS, melakukan yang terbaik untuk melakukan satu hal, yaitu mengontrol narasi tanggung jawab dari pandemi global ini. harus mengontrol siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana menarasikannya.

Mereka terlalu takut bahwa rakyat AS akan bangkit, yang menuntut sistem politik terbelakang AS, maka pemerintah AS bekerja sama sepenuhnya dengan berbagai media yang dikendalikan oleh kekuatan modal (kapitalis AS) untuk mencegahnya.

Pada 31 Oktober 2020, "The New York Times" menurunkan sebuah artikel uraiannya sangat representatif.  Bagaimana mereka menggambarkan model anti pandemi ini di mata mereka?

Strategi kediktatoran Tiongkok efektif, tetapi mencekik. Saat ini, pendekatan AS adalah menyia-nyiakan kehidupan kapitalisme daripada kehidupan sosialisme yang berharga.

Belum lama ini, Presiden AS Biden mengatakan sesuatu, dia mengatakan bahwa kita (AS) berada di tengah-tengah perdebatan mendasar tentang arah dunia kita di masa depan.

Ada satu pandangan yang beranggapan, mengingat semua tantangan yang dihadapi AS dan Barat, dari Revolusi Industri 4.0 hingga pandemi global, otokrasi adalah jalan keluar terbaik. Yang lain percaya bahwa demokrasi adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini.

Kita sebenarnya bisa melihat dari pidato ini bahwa AS sudah menjadi negara yang kurang percaya diri. Biden mengatakan bahwa kita ingin membuktikan bahwa model kita bukanlah peninggalan sejarah yang ketinggalan zaman. Faktanya, AS berada pada saat paling tidak percaya diri.

Keberhasilan besar mengatasi pandemi Tiongkok dan ledakan ekonomi telah menembus rasa kehadiran yang tak tertandingi di dunia, membuat negara-negara Barat tidak dapat mengabaikan keberhasilan model Tiongkok.

Meskipun media Barat terus berkomentar negatif dan menyebarkan desas-desus dan memfitnah terhadap Tiongkok setiap hari, ternyata tmereka sangat salah. Masa kini di era Internet seluler, kertas tidak dapat menahan api, dan banyak orang biasa di Barat melihatnya dengan semakin jelas kenyataan keberhasilan Tiongkok.

Perbedaan antara model anti pandemi antara Tiongkok dan AS sebenarnya adalah perbedaan antara kedua sistem politik tersebut. Satu sistem mengutamakan kehidupan manusia, sistem lain mengutamakan kepentingan komersial/ekonomi, hasilnya sama sekali berbeda.

Keberhasilan model anti-pandemi Tiongkok telah membawa tekanan psikologis yang luar biasa kepada pemerintah Barat seperti AS, dan mereka seringkali berubah menjadi kemarahan karena rasa malu dikarenakan kegagalannya.

Beberapa pemimpin Barat dan politisi sayap kanan telah menuduh Tiongkok dan WHO dengan segala macam fitnah, mencoba mengalihkan perhatian publik dari kegagalan pemerintah dalam perang melawan pandemi. Sejauh ini, pandemi di AS telah menyebabkan ratusan kali lebih banyak kematian daripada Tiongkok, dan jumlah absolut orang yang terinfeksi adalah 300 kali lebih banyak daripada Tiongkok.

Sejauh ini, tidak ada pejabat yang dimintai pertanggungjawaban, dan tidak ada perusahaan yang dimintai pertanggungjawaban dan dibawa ke pengadilan.

Apakah sistem yang kurang akunbilitas dan sistem yang kurang koreksi kesalahan ini menyalahkan karena kekurangan medapatkan ventilator? Tidaklah heran jika sistem demikian akan membawa kemerosotan negara. Demikian pendapat sebagian pemerhati dan analis.

 Dan bahkan sebagian permerhati dan analis ini mengajukan proposisi teoritis, apakah sistem kapitalis Barat yang diwakili AS telah kehilangan kemampuan untuk mereformasi dirinya sendiri saat ini?

Kapitalisme berusaha mempertahankan jalan eksistensinya, dan pada saat yang sama mereka mengalami kontradiksi yang sama, krisis yang sama, dan terjadi krisis demi krisis.

Jika ada perubahan, itu artinya sementara, tetaikenyataan krisis terus berulang, kita telah melihat beberapa kemajuan teknologi dalam sejarah, dan kemajuan teknologi ini juga telah meredakan beberapa krisis dalam keadaan tertentu.

Namun pada saat yang sama, kita mendapati bahwa kemajuan teknologi seringkali menciptakan kondisi untuk krisis yang lebih besar. Sama seperti ekonomi internet, telah menciptakan kekayaan baru di satu sisi, tetapi pada saat yang sama membawa tantangan baru bagi semua aspek sistem kapitalisme.

Dari intensifikasi jurang antara si kaya dan si miskin hingga pendalaman perpecahan politik, kita bahkan bisa mengaplikasikan apa yang disebut kritik sejarah Timur oleh filsuf Jerman Hegel pada saat itu. Dia mengatakan bahwa sejarah Timur bergolak sesuka hati tanpa adanya perkembangan apapun, demikian dia gambarkan sejarah Timur untuk sejarah non sejarah, yaitu sejarah stagnan. Sehingga Lenin pernah mendekrisipkan tentang imperalisme sebagai tahap yang sekarat dan membusuk, dan imperialisme sebagai sebuah tahapan khusus dari kapitalisme.

Dalam tulisanBung Karno "Kaptialisme  Bangsa Sendiri" ada menuliskan : Kapitalisme yang melahirkan imperialisme modern yang membikin kita dan hampir seluruh bangsa berwarna menjadi rakyat yang cilaka...( Dibawah Bendera Revolusi).

Namun seharusnya kemampuan untuk maju seiring waktu dan membuang hal-hal yang sudah ketinggalan zaman. Jika kita amati dari sublasi/subaltion (meniadakan dan mempertahankan elemen dalam proses dialektik) ini, tampaknya sistem kapitalis dunia saat ini pada dasarnya telah kehilangan kemampuannya untuk meng-subalsi atau menundukkan diri, yaitu kehilangan kemampuannya untuk mereformasi dirinya sendiri.

Dalam pengertian ini, apa yang disebut sejarah stagnan Timur asli Hegel mungkin hanya gambaran sebenarnya dari dunia kapitalis Barat saat ini.

Pengaruh Internet Dan Media Sosial

Dengan kebangkitan Internet, beberapa perubahan telah dimulai. Di masa lalu, kita pikir cukup jelas bahwa industri penerbitan Barat arus utama pada dasarnya, jika itu melibatkan politik, politik  masyarakat dan ekonomi, itu akan menjadi neoliberal .

Lalu ada yang non-mainstream, yang umumnya ada yang cendrung ke kiri dan kanan. Jadi ini umumnya jumlah bukunya sedikit, dan jumlah pembaca yuga sedikit, dan jumlah buku yang diterbitkan juga sedikit.

Tapi sekarang platform Internet keluar? Ada beberapa perubahan, terutama karena masyarakat Barat sendiri telah mengalami perubahan yang luar biasa.

Misalnya, jika kita melihat jajak pendapat di AS, 50% anak muda setuju dengan sosialisme. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Saat ini mereka lebih sensitif dari sebelumnya.

Kembali berbicara tentang apa yang disebut "political correctness" , koreksi formal di Barat. Ini adalah konsep perubahan, dan ini adalah opini publik tertentu yang disetujui oleh kebanyakan orang.

Misalnya, kebanyakan orang mengira itu hitam, lalu ada yang mengatakan itu hitam, naka itu dianggap "benar secara politis", jika kebanyakan orang mengira itu putih, maka dikatakan  itu putih. Maka itu dianggap "benar secara politis".

Yang disebut "political correctness/kebenaran politik" sebenarnya, ini adalah politik yang digeneralisasikan, yang ada di mana-mana.

Kemudian Barat menjadi terobsesi, dan filosofinya cenderung ekstrem. Akibatnya, Barat telah menghadapi masalah besar sejauh ini, dan itu sendiri  sebagai akibat dari "political correctness" nya sendiri.

Apa masalah terbesar yang disebabkan oleh "political correctness/kebenaran politik" ini? Akibatnya tidak bisa melihat masalah secara realistis. Kita bisa lihat ketika Trump di AS masih di atas panggung dan ketika Partai Demokrat menyerangnya, dikatakan hampir semua tanggung jawab ada di tangan Trump. Saat itu, menyerang Tiongkok dan menyerang secara gencar, namun kurang fokus. Tetapi setelah Trump lengser, Biden datang menjabat dengan kekacauan ini dan dia menyadari bahwa dia tidak dapat mengatasinya.

Kemudian Biden mulai menggeser kontradiksi. Jadi masalah terbesar dengan sistem AS sekarang adalah tidak dapat melakukan reformasi yang mendalam, karena reformasi ini tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu empat tahun. Menurut analis itu kemungkinan memerlukan waktu 20 tahun, konsekunensinya tidak ada pemerintah yang punya sistem yang berpandangan jauh ke depan, serta berkemampuan untuk berpikir seperti itu.

Ini isu strategis, bagaimana hubungan Tiongkok-AS akan berkembang di masa depan? Bagaimana perkembangannya dalam tiga tahun, lima tahun, sepuluh tahun, dan dua puluh tahun ke depan? Tampaknya melihat perkembangan situasi sekarang Tiongkok sudah lama memikirkannya, tapi AS tampaknya tidak memikirkannya. Demikian menurut beberapa pandangan pengamat.

Kalau diamati Tiongkok memiliki rencana jangka panjang, tujuan jangka menengah, dan memiliki ukuran jangka pendek. Seperti apa telah dibicarakan di depan tentang akuntabilitas. Banyak orang mungkin memiliki ilusi sebelumnya, karena ketika mereka tidak cukup tahu tentang Barat, mereka berpikir bahwa Barat selalu mengiklankan dirinya sendiri dan sistem akuntabilitasnya sempurna. Apa yang terjadi ketika orang biasa mempertanyakan kesalahannya, dan akhirnya mereka menemukan bahwa orang biasa mungkin bisa menolak. Tetapi menolaknya sama sekali tidak berguna, jadi akuntabilitas ini tidak dapat diubah menjadi efisiensi sama sekali. Ini mungkin kognisi yang sangat jelas sekarang.

Sistem pertanggungjawaban di Barat dinyatakan dengan gamblang, yaitu pemilihan umum diadakan setiap empat tahun. Di beberapa negara mungkin bisa lima tahun. Jika pemerintahan ini gagal, maka akan diubah.

Kemudian, jika pemeritah bertanggung jawab kepada masyarakat modern di abad ke-21 setiap empat tahun sekali, ini terlalu lambat, dan harganya terlalu tinggi. Pemerintah itu dipilih, tidak peduli seberapa buruk pemeritnahan/rezim itu melakukannya. Bagaimanapun pemerintahan tersebut merasa sudah dipilih "mayoritas"  rakyatnya, itu masalah besar. Jadi sebenarnya ini adalah sistem tanpa akuntabilitas.

Mengapa Barat sampai terjadi hal pada titik seperti itu hari ini? Mengapa AS sampai pada titik seperti itu? Ini sangat terkait erat dengan mereka, dengan political coorectness/kebenaran politiknya, dan mereka telah  terpenjarakan dengan pemikiran mereka.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Barat dari abad ke-18 atau ke-19 hingga saat ini, ini adalah pertama kalinya dunia dipenjara sedemikian parahnya. Sungguh tidak menyangka untuk melihat bahwa dunia sedang mengalami perubahan yang luar biasa.

Ada pengamat yang pesimis milihat AS dan Barat akan merangkul "komunitas manusia takdir bersama (community of human destiny)" , karena ada tiga kontradiksi utama saat ini. Terutama dengan adanya kontradiksi antara  kebangkitan Tiongkok dan Barat. Kontradiksi utama kedua, kontradiksi Islam dan Kristen Yudaisme. Yang ketiga kontradiksi antara kapital industrinya sendiri dan kapital finansial transnasional di Barat. Yang dikhawatirkan sekarang adalah bahwa dua kontradiksi utama mereka akan meningkat.

Bagaimana pertempuran dimulai selama P.D.II bukanlah pertarungan pertama antara Uni Soviet dan Jerman, tetapi antara Jerman dan Prancis.

Jadi kita tetap harus waspada dengan dunia ini, harus bisa menjaga kedamaian dan ketenangan kehidupan umat manusia di muka bumi ini..... Beruntung kita memiliki Pancasila yang patut kita pelihara dan kembangkan terus untuk kerukunan dan perkembangan berbangsa dan bernegara NKRI....

Sumber: Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri

NY Times

Counter punch

Workers

9news

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun