Tapi kali ini aneh. Harga minyak mentah dan dolar AS sama-sama naik. Jelas ini adalah kesepakatan antara AS dan Arab Saudi.
Arab Saudi bekerja sama dengan AS untuk mendongkrak harga minyak dan dolar AS. Ini tampaknya trik Biden, setelah dia menjabat, guna mendorong pemulihan ekonomi AS.
Biden mengusulkan program bantuan sebesar US$ 1,9 Triliun (stimulus) yang niscaya akan menyebabkan sejumlah besar dolar AS dikeluarkan secara berlebihan, untuk menyerap pengeluaran dolar yang berlebihan ini perlu menaikkan harga minyak internasional.
Sehingga pada saat yang sama, ini dapat meringankan krisis kewajiban AS dan juga sangat bermanfaat bagi pasar saham AS. Jika harga minyak mentah terus naik, pasti akan meningkatkan biaya banyak industri yang bergantung pada bahan bakar, dan juga akan sangat membantu promosi energi bersih. AS adalah pengekspor energi utama, dan harga minyak meningkat yang kondusif untuk pengembangan industri energi AS.
Negara-negara yang sangat bergantung pada minyak impor, seperti Tiongkok, India, dan Jepang, akan sangat menderita akibat kenaikan harga minyak mentah ini.
Tiongkok merupakan importir minyak utama, pada tahun 2020 mengimpor 542,4 juta ton minyak. Ini mencapai rekor tertinggi, dan ketergantungannya pada negara asing juga naik menjadi 73%.
Mengapa Tiongkok Tetap Tenang Saja
Keamanan energi minyak bumi perlu diperhatikan, dalam arti tertentu, keamanan pasokan minyak dari luar negeri Tiongkok menentukan keamanan energi minyak bumi Tiongkok.
Karena ada sebuah negara di benua Afrika yang menjual setengah dari minyaknya ke Tiongkok dan menjadi reservoir yang aman bagi minyak Tiongkok.