Ini terutama yang telah terjadi di Jerman pada tahun 1930-an yang  sangat berbeda, dan sekarang semua orang telah melihat konsekuensinya yang sungguh mengejutkan.
Sekarang semua orang pasti berpikir apa penyebab terjadinya populisme kali ini? Adakah penawarnya?
Menurut para pakar timbulnya populisme dasarnay ada dua: Yang pertama karena ada gap antara si kaya dan si miskin. Padahal, gap antara si kaya dan si miskin juga penyakit lama, tapi kali ini penyebab gap antara si kaya dan si miskin. telah berubah. Menurut beberapa pakar ada tiga faktor.
Pertama adalah globalisasi, globalisasi dapat mengalokasikan modal dengan sangat masuk akal. Dari perspektif global, ini belum tentu benar untuk negara tertentu.
Misalnya ponsel Apple yang ditemukan oleh orang Amerika, tetapi diproduksi di Tiongkok atau negara dunia ketiga lainnya. Bagi masyarakat Amerika, tidak ada cara untuk sharing atau berbagi manfaat dari penemuan produk ini. Hanya segelintir elit Apple saja  yang mendapatkan keuntungan monopoli. Ini adalah faktor pertama.
Faktor kedua adalah perkembangan otomasi dan robotika yang telah menyebabkan banyak pekerjaan di industri tradisional menghilang. Kita tahu bahwa setelah Trump berkuasa, dia menuduh Tiongkok dan beberapa negara berkembang lainnya. Karena mereka ini, di AS kehilangan pekerjaan ini.
Tetapi menurut statistik AS sendiri, 90% pekerjaan (hilang) sebenarnya disebabkan oleh kemajuan teknologi.
Faktor ketiga adalah finansialisasi ekonomi Barat. Finansialisasi termasuk kemajuan teknologi yang telah disebutkan di atas, dan konsekuensinya sama, yaitu hanya sedikit orang yang mendapatkan untung, baik Wall Street maupun penemu teknologi, tapi kebanyakan orang tidak hanya tidak dapat berbagi manfaat ini, tetapi justru yang dirugikan.
Jadi ketiga alasan di atas ini telah menyebabkan melebarnya jurang antara si kaya dan si miskin, termasuk menyusutnya kelas menengah. Jadi ini alasan pertama mengapa populisme meningkat di Barat. Ini bisa dianggap sebagai hasil tak terelakkan yang diabwa oleh kemajuan zaman.
Alasan kedua, struktur etnis di Barat tiba-tiba mengalami perubahan yang sangat mencolok. Alasan ini sebenarnya dapat ditelusuri kembali setelah Perang Dunia II (PD II). Setelah PD II, terjadi peningkatan pesat ekonomi di Eropa dan AS, yang menyebabkan kekurangan tenaga kerja yang parah.
Karena banyak anak muda tewas dalam PD II. Mereka mengira bekas jajahan itu memperkenalkan sejumlah besar tenaga kerja asing, yang tidak hanya mengurangi kekurangan tenaga kerja, umtuk mengembangkan ekonomi. Â Saat itu memang situasi win-win, tetapi seiring waktu berjalan ada dua konsekuensi, yang tidak diharapkan siapa pun.