Baru-baru ini, seorang Mayjend. PLA yang pernah menjabat sebagai diplomat bagi Tiongkok Wang Haiyun menulis sebuah artikel. Dalam artikel ini, dia percaya reunifikasi dengan damai untuk Taiwan tidak ada harapan.Â
Dia percaya harus dengan kekuatan militer, masalah reunifikasi Taiwan harus segera mungkin di selesaikan, dan harus diagendakan jadwal bertindak dan untuk mengatur masa depan Taiwan kemudian tidak akan ada kesulitan.
Saat ini dia adalah konsultan senior Institut Strategi Internasional Tiongkok, konsultan senior Asosiasi Tiongkok untuk Kerjasama Shanghai, Pusat Penelitian Nasional, wakil ketua Asosiasi Riset Sejarah Hubungan Tiongkok-Rusia, Direktur tetap Masyarakat Tiongkok-Rusia-Eropa Timur-Asia Tengah, seorang profesor terkemuka di Universitas Pertahanan Nasional, dan Institut Hubungan Internasional Nanjing Ajun Profesor, Anggota Komite Akademik Penelitian Pembangunan Sosial Eurasia Pusat Penelitian Pengembangan Dewan Negara, Direktur Pusat Penelitian Diplomasi Energi Yayasan Studi Internasional Tiongkok dan Direktur Eksekutif Pusat Penelitian Strategis, Penasihat Khusus untuk Pusat Penelitian Asia Tengah Rusia Universitas Fudan, Majalah Ekonomi Minyak Bumi Internasional, Majalah Ekonomi Minyak Bumi Internasional Penasihat akademik dan posisi akademis lainnya, akademisi asing dari Institut Hukum Keamanan Pertahanan Rusia.
Wang Haiyun dilahirkan di sebuah keluarga miskin di Kabupaten Juye, orang tuanya memiliki sembilan anak. Pada tahun 1958, dia diterima di Sekolah Menengah No. 1 Juye, lulus enam tahun kemudian. Setelah lulus dari sekolah menengah, dia diterima di Departemen Bahasa Asing Universitas Shandong.Â
Pada tahun 1969, Universitas Wang Haiyang lulus. Menurut kebijakan nasional, dia meningalkan sekolah dan tugasnya ditangguhkan. Segera, negara memilih sekelompok bakat cadangan diplomatik. Dia dipilih dan dikirim ke peternakan tentara di Tangshan, Hebei selama satu tahun.Â
Selanjutnya, dia dikirim ke Universitas Studi Asing Beijing untuk kembali belajar selama satu setengah tahun. Pada Februari 1973, Wang Haihai bergabung dengan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA), bekerja di Staf Umum, mempelajari teori militer asing.Â
Pada 1990-an, dia dikirim ke Kedutaan Besar RRT di Uni Soviet sebagai wakil atase militer. Kemudian, dia dipromosikan menjadi pangkat perwira militer dari angkatan darat, angkatan laut dan udara dan dianugerahi pangkat jenderal.
Wang Haiyun adalah salah satu pemimpin redaksi Rusia dari edisi lima volume di Penerbit Rakyat "Rusia Era Yeltsin". Menerjemahkan bersama Stanislav Zaharovich Ziznin buku "Diplomasi Energi Rusia".
Makalah Wang Haiyun tentang reunifikasi Taiwan yang baru, pokok terpentingnya ada tiga point.
Dia lebih menyarankan berbicara lebih sedikit dan melakukan lebih banyak hal praktis, ini juga merupakan salah satu pedoman yang harus diikuti orang Tiongkok dalam masyarakat saat itu. Karena perang adalah peristiwa besar bagi rakyat, perang tidak dapat dianggap enteng.
Sejak itu, Wang Haiyun mendukung reunifikasi damai antara kedua sisi selat (Tiongkok daratan dan Taiwan) pada tahun 2001, dan dia dapat menunggu dengan sabar, tetapi hari ini 20 tahun kemudian, Wang Haiyun percaya bahwa pandangannya telah berubah. Apa yang dulu dia dukung bukanlah penyatuan kembali (reunifikasi) secara damai. Kini dia menunjukkan reunifikasi dengan kekuatan.
Jadi mengapa pandangannya berubah? Wang Haiyun mengemukakan alasan utama mengapa perjalanan pikirannya mengalami perubahan besar dalam 20 tahun ini. Dia percaya bahwa 20 tahun yang lalu, kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan belum menjadi besar.
Pada saat itu, hubungan antara Tiongkok dan AS masih dalam masa bulan madu, dan AS tidak secara aktif menggunakan Taiwan sebagai pion untuk merongrong dan mengganggu Tiongkok daratan.
Oleh karena itu pada saat itu, dia percaya bahwa kedua sisi selat akan tetap dalam keadaan damai yang konsisten, dan menunggu sampai saatnya matang untuk reunifikasi secara damai. Tetapi setelah 20 tahun ternyata perkembangan situasinya berubah.
Situasi Taiwan sekarang, pendukung pro-kemerdekaan Taiwan tampak merajarela, dikarenakan dikampanyekan melalui pendidikan, media, opini publik, melalui opini populer, yang menciptakan suasana bagi yang tidak mendukung Taiwan independen tersingkirkan dan mustahil untuk hidup.
Dalam keadaan demikian bagi yang pro-unifikasi tidak mungkin hidup, terus ditekan, maka untuk mencapai reunifkasi dengan damai sudah terlihat tidak mungkin.
Selain itu, legislatif Taiwan juga telah mengubah undang-undang tersebut, menutup semua pintu menuju reunifikasi secara damai.
Karena sudah tidak ada cara untuk melakukan konsultasi politik antara kedua sisi selat (Tiongkok daratan dan Taiwan). Bagaimana bisa berbicara tentang reunifikasi secara damai? Dan sekarang AS telah menjadikan Taiwan sebagai pion, lebih-lebih lagi setelah Trump berkuasa, dia dengan aktif memainkan Taiwan sebagai pion untuk dijadikan game antara AS dan Tiongkok.
Pada saat ini Taiwan harus direunifikasi Tiongkok daratan sebagai impian dari seluruh rakyat Tiongkok untuk menuju impiannya "Kebangkitan Nasional Tiongkok," jika masalah Taiwan masih belum terunifikasi, maka akan ada celah besar dalam kebangkitannya.Â
(Ini bisa dibayangkan dengan Kemerdekaan RI. jika Papua belum terbebaskan, untungnya dengan tekad dan semangat rakyat Indonesia atas dorongan Presiden RI, Soekarno kala itu yang mencetuskan Trikora, upaya pemerintah RI melakukan banyak upaya dengan tujuan mengembalikan Irian Barat/Papua Barat menjadi bagian dari Indonesia.Â
Dari segi diplomasi, persiapan Indonesia yaitu mendekati berbagai negara seperti Australia, India, Pakistan, Selandia Baru, Thailand, Jerman, Britania Raya, dan Perancis agar tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda dari segi ekonomi, pada tanggal 27 Desember 1958, presiden Soekarno mengeluarkan undang-undang nomor 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia)
Karena itu, Tiongkok  harus bersatu untuk dapat melakukan kebangkitan nasional yang nyata. Dan untuk mencapai reunifikasi, namun melihat situasi sekarang reunifikasi damai tidak ada harapan. Tentu saja, harus dilakukan reunifikasi dengan kekuatan. Ini adalah pandangan baru Wang Haiyun.
Poin penting kedua, mengagendakan jadwal waktu reunifikasi yang pasti. Hal ini sudah tidak dapat ditunda-nuda tanpa batas waktu. Karena banyak pendapat yang mengatakan, jangan khawatir tentang reunifikasi pelan-pelan saja, jika generasi sekarang belum berhasil mungkin generasi berikutnya bisa.
Namun sebenarnya yang mengatakan menunda-nunda, dalam hatinya tidak ingin reunifikasi. Karena degan menunda-nunda itu merupakan prokrastinasi atau zona yang tidak jelas, dalam zona ini akan menjadi kesempatan mereka untuk mengambil keuntungan, dan ini tentu yang paling disukai spekulan.
Wang Haiyun menyerukan untuk mempersiapkan tindakan yang secara khusus menetapkan 8 persiapan tindakan khusus.
Menurutnya reunifikasi harus dilakukan segera dan cepat, sebelum melakukan reunifikasi daftar nama penjahat pro-kemerdekaan Taiwan harus diumumkan, dan orang-orang tersebut disebut sebagai penjahat perang.
Dan analis Taiwan yang pro-unifikasi bahkan mengusulkan secara khusus mengambil tindakan "pemenggalan" penjahat perang ini terlebih dahulu agar tidak menyakiti yang tidak bersalah.
Dan ada juga yang mengusulkan reunifikasi model "Shi Lang" dengan mengambil pulau-pulau penting sekitar Taiwan, kemudian memaksa rezim Taiwan untuk menyerah, sehingga tercapai reunifikasi dengan kekuatan dulu kemudian yang terjadi reunifikasi dengan damai, seperti apa yang telah penulis posting dalam tulisan yang lalu. Â Baca : Latihan Militer PLA Di Sekitar Pulau Dongsha Laut Tiongkok Selatan
Di antara delapan tindakan khusus Wang Haiyun, yang paling menyolok dan sangat penting adalah kedua di atas, mengambil dulu pulau penting sekitar Taiwan kemudian memaksa rezim Taiwan untuk menyerah, dan "memenggal" para pemimpin pro-kemerdekaan sebagai penjahat perang.
Kedua tindakan ini yang paling khusus, dan kita dapat melihat reunifikasi model Wang Haiyun adalah dengan kekuatan dan berjadwal.
Delapan Alasan Tindakan Khusus Mayjend. Wang Haiyun
Pertimbangan utama pada saat itu adalah bahwa tentara PLA baru saja mengakhiri mode "hari yang terlalu ketat", beberapa "keterampilan trengginas" belum terbentuk, dan alutsista masih tertinggal.Â
Alutsista militer AS berada satu atau dua generasi di depan, dan peralatan tempur udara tidak sebagus tentara Taiwan, apalagi masih belum memiliki gugus tempur formasi kapal induk.Â
Menurut laporan, bahkan sistem penentuan posisi tergantung pada GPS milik AS. Dapat dikatakan bahwa kontrol udara dan kontrol laut sepenuhnya masih di luar kendali Tiongkok sendiri.
Kemampuan serangan jarak jauh presisi tinggi sangat kurang, dan bahkan lebih sulit untuk menembus pertahanan benteng yang kuat di sepanjang pantai Pulau Taiwan. Selain itu, pada saat itu, kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan belum menjadi besar, dan harapan untuk penyatuan kembali secara damai masih ada.
Hubungan Tiongkok-AS masih dalam "masa bulan madu", oleh karena itu, Tiongkok sangat menentang penetapan "jadwal" secara membabi buta untuk serangan fisik ke Taiwan, dan lebih-lebih untuk "mengerahkan armada laut besar-basaran".
Pertimbangannya jika dilakukan dengan membabi buta dan tidak bertanggung jawab pasti akan gagal. Dan bahkan akan mengganggu lajunya kebangkitan Tiongkok.
Tapi setelah 20 tahun berlalu, lingkungan dalam dan luar negeri telah berubah secara dramatis. Mayjend. Wang Haiyun sekarang mendesak untuk "Mengintensifkan persiapan dan menggunakan kekuatan untuk reunifikasi Taiwan". Dengan pertimbangan alasan-alasan sebagai berikut:
Pertama, situasi di pulau Taiwan telah mengalami perubahan besar, harapan untuk reunifikasi secara damai sudah tidak ada, dan kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan telah tumbuh, tidak hanya otoritas Partai Democratic Progressif (DPP/Minjintang) yang bertekad untuk mengejar kemerdekaan Taiwan
Bahkan opini publik tentang Taiwan tersebut pada umumnya telah mengarah ke pro-kemerdekaan Taiwan, dan bahkan Kuomintang telah berkembang menjadi partai pro-kemerdekaan Taiwan yang merapat ke DPP. Prospek kekuatan pro-unifikasi terpadu menjadi kekuatan politik utama Taiwan tidak ada lagi. Tidak mungkin lagi mewujudkan reunifikasi Taiwan dengan cara damai.
Kedua, sebuah negara besar dunia yang sedang bangkit tidak bisa tetap dalam keadaan terpecah untuk waktu lama. (ingat reunifikasi Jerman Timur dan Barat; reunifikasi Irian Barat/Papua Barat pada Ibu Pertiwi Indonesia).
Tiongkok juga menganggap prasyarat akan kebangkitan tanah airnya merupakan satu misi yang sakral, hanya dengan mereunifikasi seluruh wilayah negaranya secara menyeluruh barulah dapat dikatakan statusnya benar-benar bangkit di dunia, dan kebangkitan Tiongkok baru benar-benar baru dapat dikatakan bangkit sesungguhnya.
Ketiga, jika masalah Taiwan tidak terselesaikan, keamanan nasional Tiongkok tidak dapat ditingkatkan secara mendasar. Tidak mungkin bagi Tiongkok untuk mengendalikan rantai pertahanan pulau pertama Taiwan tanpa merebutnya untuk diunifikasi, dan ancaman keamanan terhadap lautan Tiongkok akan sulit dieliminasi (dihilangkan).
Untuk mengembangkan AL Tiongkok menjadi AL lautan lepas juga akan menghadapi banyak kendala, sehingga program "membangun negara sebagai negara maritim" seperti yang diamanahkan dalam Kongres Nasional Tiongkok ke-18 akan menjadi tidak jelas prospeknya.Â
Hanya dengan mereunifkasi nasional wilayahnya secara lengkap baru dapat mengalahkan AS untuk mempertahankan Tiongkok dan mengalahkan tekanan AS, sehingga untuk mempertahankan tekanan sekutu AS-Jepang tidak perlu terpaksa pengerahan militer pertahanan Tiongkok yang harus dimundurkan garisnya secara signifikan.
Dan garis pertahanan maritim Tiongkok dapat didorong maju ke pulau rantai kedua, dan situasi strategis LTS bisa sangat meningkat. Dengan kata lain, memecahkan masalah Taiwan memiliki pemahaman besar pada perang Tiongkok melawan AS untuk memenangkan segala kekacauan dan tekanan yang dilakukan AS terhadap Tiongkok, untuk itu mempunyai makna yang dalam.
Keempat, dalam situasi hubungan Tiongkok-AS telah bergerak menuju konfrontasi penuh. Mempertahankan "perjuangan tanpa putus" melawan AS seharusnya tidak lagi menjadi pertimbangan dalam penyelesaian masalah Taiwan, jika suatu hari masalah Taiwan tidak terselesaikan, Taiwan akan menjadi titik awal yang penting bagi AS untuk menekan Tiongkok. AS tidak mungkin akan menghentikan mendukung pro-kemerdekaan Taiwan.
Akibatnya, Tiongkok tidak akan pernah damai. AS tidak hanya akan terus menjual alutsista ke Taiwan, tetapi juga secara terbuka melakukan latihan militer bersama dengan militer Taiwan, dan tidak mengesampingkan kemungkinan penempatan pasukan AS di Taiwan.
Cepat atau lambat AS akan merobek wajah Tiongkok dengan menggunakan masalah Taiwan. Kesabaran yang berkelanjutan akan membuat AS lebih agresif dan mendukung kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan dengan lebih terang-terangan.
Kelima, Tiongkok kini sudah memiliki kekuatan komprehensif yang kuat untuk mereunifikasi Taiwan dengan kekuatan, tidak hanya kepemimpinan partai yang bijak, tetapi juga sudah menjadi kehendak bersama seluruh rakyat, partai, pasukan (Tiongkok) untuk mencapai kesatuan yang lengkap sesegera mungkin.
Prestasi luar biasa telah dicapai dalam pembangunan pasukan, dan tingkat kesiapan tempur telah meningkat pesat. Tiongkok juga memiliki kemampuan kendali penuh atas kendali udara dan laut di medan pertempuran Selat Taiwan. Tiongkok mampu menang untuk merenuifikasi Taiwan.
Ekonomi nasional Tiongkok dapat memberikan dukungan material dan teknis yang dapat diandalkan untuk operasi militer melawan Taiwan. Tiongkok telah berkembang menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia.
Negara manufaktur pertama, dengan kategori ekonomi lengkap dan kemampuan yang kuat untuk mendukung perang, terutama kapasitas pasokan peralatan pertempuran utama tidak lagi menjadi masalah mengalami kemacetan pemasokan.
Keenam, pengaruh internasional telah meningkat pesat, dan tekanan internasional untuk reunifikasi Taiwan dengan kekuatan diperkirakan akan miliki inisiatif yurisprudensi internasional.
Pengaruh internasional Tiongkok yang belum pernah terjadi sebelumnya dan penyatuan Taiwan memiliki prinsip-prinsip hukum internasional. Wang Haiyun percaya bahwa selain AS dan beberapa sekutu dekatnya, hanya akan ada sedikit pihak yang berani melakukan intervensi. Dikatakan bahwa reunifikasi dengan kekuatan tidak akan menghadapi tekanan kuat dan pembatasan dari komunitas internasional.
Singkat kata, sikonnya sudah tepat, selama angkatan bersenjata Tiongkok secara solid mempersiapkan pertempuran militer dan mengadopsi strategi dan taktik yang benar dan memiliki kendali penuh atas kemenangan angkatan bersenjata, pertimbangan khusus untuk persiapan dan tindakan angkatan bersenjata ini adalah:
1. Melakukan mobilisasi seluruh partai dan seluruh tentara dan rakyat pada waktu yang tepat, menyusun dokumen di dalam partai dan tentara, menyampaikannya langkah demi langkah pada waktu yang tepat, dan memobilisasi seluruh partai dan seluruh tentara untuk mempersiapkan persiapan ideologis, politik, militer dan ekonomi. Media juga harus melakukan panduan opini publik yang diperlukan dalam arah ini pada waktu yang tepat dan memobilisasi opini publik.
2. Amandemen "UU Anti-Sekresi/separatis" (Anti-Secession Law) untuk menindak secara tegas bagi yang mempromosikan kemerdekaan Taiwan dan yang menciptakan kemerdekaan Taiwan.Â
Bahkan barang siapa yang melakukan "Kejahatan Separatisme". Selain itu juga menerbitkan daftar nama para pro-kemerdekaan Taiwan dan kemudian menyita propertinya yang ada di Tiongkok daratan, pulau Taiwan, Hong Kong dan Makau. Berdasarkan undang-undang ini, memulai pencarian secara global dan pencegahan dengan tegas.Â
Untuk menahan kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan, memenangkan hati dan pikiran rakyat pulau Taiwan, dan mendorong kekuatan prounifikasi di pulau Taiwan, juga dapat mempertimbangkan penerapan pembatasan negara dan individu dengan pertukaran militer, dan bahkan sanksi, yang akan menjebak otoritas Taiwan dari isolasi internasional.
4. Front persatuan dan sistem khusus harus telah mulai melakukan misi untuk divisi di Taiwan. Melalui kerjaan front persatuan yang aktif, kekuatan pro-unifikasi Taiwan harus diorganisasir agar siap ikut menyambut persiapan unifikasi dan ikut berpartispasi dalam upaya pasca perang.Â
Untuk mendorong sebagian besar kekuatan politik di Taiwan untuk membersihkan situasi keseluruhan dan menjadi kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan., dan menarik garis secara khusus, terutama harus melakukan pekerjaan men-disintergrasi internal angkatan perang Taiwan, sehingga angkatan perang Taiwan menjadi disintegrasi atas tekanan ini, sehingga satuan tentara menjadi bubar tanpa harus berperang.
5. Dalam taktik pertempuran, usahakan sedapat mungkin untuk membersihkan atau menstrilkan negara-negara asing terlebih dahulu, kemudian merebut Taiwan dalam satu gebrakan. Pertama merebut Jinmen Matsu dan Kepulauan Dongsha direbut kembali, dan merapat ke Kepulauan Penghu, kemudian dilakukan blokade militer faktual di pantai timur Pulau Taiwan. Promosikan perpecahan politik di pulau itu, mengumpulkan dan mengorganisir kekuatan pro-integrasi. Pada saat itu, seluruh negara harus dinyatakan dalam masa darurat perang.
6. Mengumumkan untuk "memenggal" pemimpin pro-kemerdekaan Taiwan, melakukan misi serangan bedah dan dengan satu gerakan menghancurkan departemen pimpinan puncak dan lembaga komando. Setelah operasi kampanye penyerangan dimulai, kekuatan inti harus dikonsentrasikan pada tempat persembunyian pemimpin utama otoritas Taiwan, lokasi pemimpin, pos komando militer, area alutsista militer, dan fasilitas keamanan utama, membuatnya menjadi lumpuh. Santuan tempur artileri dalam pemboman jangan tanpa pandang bulu, jangan hancurkan fasilitas ekonomi dan mata pencaharian rakyat biasa, dan fokuskan pada sasaran militer dan politik saja.
7. Setelah persiapan daya tembak yang kuat siap, operasi pendaratan ke pulau Taiwan dilakukan dalam tiga dimensi dalam skala besar diluncurkan dengan dukungan daya tembak yang kuat (bombardir). Yang penting adalah merebut fasilitas pertahanan pantai, situs militer, dan kota-kota penting. Di antaranya, Â memberikan peran penuh pada pasukan khusus, operasi melawan Taiwan harus dilakukan dengan perang kilat, dan pada dasarnya berusaha untuk berakhir sebelum pasukan militer AS diluncurkan untuk membantu.
8. Menerima dengan baik para tentara dan perwira Taiwan yang menyerah, dan membersihkan para tentara yang tidak menyerah, setelah menyerang dan mendarat di pulau Taiwan, dengan cepat membangun sistem pertahanan di pulau Taiwan, dan mengatur sistem manajemen militer di seluruh pulau Taiwan. Pada saat yang sama, berupaya  menarik simpati pada warga  di pulau itu, menstabilkan hati warga di pulau itu, memulihkan ekonomi di pulau itu sesegera mungkin, dan melindungi mata pencaharian warga pulau Taiwan. Dan hal itu sangat mungkin dilakukan, tidak akan menjadi masalah karena perebutan Taiwan akan dilakukan dalam waktu seminggu.
Kesulitan terbesar untuk mereunifikasi Taiwan adalah untuk menghadapi kemungkinan konfrontasi militer dengan AS dan sanksi ekonomi AS. Mereka pasti akan melakukan apa pun untuk tidak kehilangan jembatan penting untuk merongrong Tiongkok.
Begitu AS menyadari bahwa Tiongkok akan mengambil tindakan militer terhadap Taiwan, negara itu pasti akan mengambil tindakan politik, ekonomi, dan militer.
AS pasti akan mengirim armada kapal induk, mengumpulkan pasukan militer di angkatan udara Asia-Pasifik untuk menghalangi Tiongkok, dan menghalangi operasi militer Tiongkok. Ada bahaya konfrontasi militer dan konflik militer AS-Tiongkok.
Tapi mengingat kedua negara kekuatan nuklir yang ada "kesepakatan saling menjamin untuk menghindari kehancuran" AS tampaknya tidak benar-benar berani untuk terburu-buru meluncurkan perang besar-besaran terhadap Tiongkok, yang dikarenakan adanya gerakan militer Tiongkok membebaskan Taiwan.
Terlebih lagi, berperang di depan pintu rumah Tiongkok, dalam hal ini Tiongkok memiliki keuntungan letak geografi dan segala dukungan tenaga logistik dan lainnya, maka AS akan berpkir dua kali untuk berperang dengan Tiongkok untuk masalah ini.
Karena itu Wang Haiyun berpandangan ada harapan untuk membatasi intervensi AS pada konfrontasi militer dan konflik militer. Namun persiapan tempur harus didasarkan andaikata intervensi militer AS yang lebih besar itu terjadi. Untuk mencegah perang Tiongkok-AS, Tiongkok harus berusaha untuk mendapatkan simpati internasional sebanyak mungkin saat melakukan pengerahan militer penuh.
Di-antaranya menarik simpati pada Rusia, Jepang, dan Korsel sangat penting, terlebih Rusia tidak hanya anggota tetap Dewan Keamanan PBB, tetapi juga memiliki hak veto untuk menghentikan AS dari meluncurkan sanksi komprehensif terhadap Tiongkok.
Selain itu, kekuatan militernya di Timur Jauh dan Pasifik dapat menjadi pengawasan utama pada manuver militer AS, yang dapat memainkan peran penting dalam mencegah menyediakan pasokan aluitisista canggih kepada rezim Taiwan untuk pertempuran strategis, pengawasan untuk hal ini akan sangat penting.
Baik Jepang dan Korea Selatan adalah sekutu militer AS dan  pasukan militer AS ada di dalam negaranya. Jika Tiongkok dapat memenangkan sikap negatif Jepang dan Korea Selatan dalam bekerja sama dengan operasi militer AS, itu akan sangat bermanfaat bagi Tiongkok.
Menanggapi sanksi ekonomi yang tidak terhindarkan dari AS akan menjadi tugas yang sangat sulit. Harus siap untuk memisahkan AS dari ekonomi regional Tiongkok, siap terhadap AS untuk memobilisasi negara-negara sekutu dekatnya untuk menekan ekonomi Tiongkok, dan mempersiapkan menghadapi AS untuk menggunakan hegemoni keuangannya untuk menjatuhkan sanksi keuangan kepada Tiongkok. Perlu bagi Tiongkok untuk menjalani kehidupan ekonomi yang ketat dan bersiap untuk lebih mandiri, Tiongkok juga harus mempertimbangkan bahaya embargo maritim AS terhadap Tiongkok.
Tiongkok harus menyelesaikan pembangunan saluran atau jalur kesiapan tempur minyak dan gas sesegera mungkin, dan untuk menstabilkan daerah-daerah sekitarnya juga merupakan tugas strategis yang harus dihargai tinggi. Hindari negara-negara tetangga memprovokasi Tiongkok saat dalam menghadapi pertempuran dengan AS, agar tidak mengharuskan Tiongkok menghadapi pertempuran di kedua front.
Jadi persiapan moilisasi perang harus menyeluruh penyebaran militernya, bukan hanya arah pantai, kekuatan pesisir saja, terutama untuk mencegah India yang mungkin akan menusuk dari belakang Tiongkok. Jika ini terjadi Wang Haiyun mengusulkan segera memberi balasan yang keras sekali, untuk menghilangkan kekhawatiran ketidakmampuan Tiongkok untuk mereunifikasi Taiwan.
Selain itu Tiongkok harus bisa bertarung dalam pertarungan hukum internasional dan pertarungan opini publik internasional.Ini sangat penting bagi Tiongkok untuk mengurangi tekanan internasional dan mengusahakan sebanyak mungkin negara untuk mendukung pihak Tiongkok.
Dalam hal ini, Tiongkok memiliki banyak kekurangan yang perlu dihilangkan sesegera mungkin. Beberapa praktik yang tidak patut perlu disesuaikan sesegera mungkin untuk memaksimalkan antusiasme patriotik dari kekuatan yang positif dan memenangkan simpati dan dukungan dari komunitas internasional. Demikian menurut pandangan Wang Haiyun.
Pandangan Analis Taiwan Pro-reunifikasi
Seorang analis Taiwan mengatakan, mengapa Wang Haiyun mengemukan reunifikasi dengan kekuatan oleh Tiongkok darat harus dalam seminggu?
Karena yang paling ditakuti adalah intervensi AS. Namun, intervensi hanya bisa dilakukan AS setelah disetujui oleh Kongres, dan Kongres harus mempertimbangkan arah opini publik,sebelum meloloskan persetujuannya.
Setelah Kongres mempersetujuannya nota dikirim ke Gedung Putih, maka Presiden barulah dapat memerintah militer AS untuk terlibat, dan ini setidaknya harus memakan waktu proses selama 10 hari atau lebih, tapi biasanya pada dasarnya lebih dari 2 minggu.
Namun analis Taiwan yang pro-unifikasi berpendapat lain, mengapa harus "Dimulai dengan Perang dan Diakhiri dengan Perdamaian" karena mereka yakin jika dimulai dengan perang, rezim pro-kemerdekaan Taiwan dalam dua minggu akan menyerah, dan kedua belah pihak rezim Taiwan dan Tiongkok daratan sudah akan menanda-tangani perjanjian perdamaian.
Jika kedua sisi yang sebangsa telah sepakat untuk bersatu kembali, itu akan menjadi urusan dalam negeri Tiongkok. Sudah tidak ada lagi alasan AS untuk ikut campur tangan, dan punya ruang untuk melakukan intervensi.
Namun bagaimanapun model Shilang yang paling ditakuti oleh warga Taiwan pro-kmerdekaan. Karena model Shilang adalah cotoh hidup bagi mereka, kenyataan Shilang pertama mengambil dulu sebuah pulau Penghu kemudian Zheng Chenggong menggertak penguasa di Taiwan kala itu, maka dengan cepat mereka menyerah tanpa bertarung.
Maka bisa saja tanpa pertumpahan darah dan perdamaian bisa tercapai. Penguasaan Shilang atas Taiwan kala itu dapat terlaksana dengan damai. Dan itu tercapai dengan pertama menguasai pulau Penghu sebagai batu locatan.
Saat Tsai Ing-wen memenangkan pemilu tahun 2006 sebagai pemimpin Taiwan dan pemilu tahu 2020 dia terpilih kembali dengan lancar denganmendapatkan 8,17 juta suara. Oleh karena itu, wajar jika proporsi jajak pendapat yang mendukung kemerdekaan Taiwan menjadi sangat tinggi.
Tapi menurut analis pro-unifikasi skor 70% dari skor dukungan tidak cukup tinggi, tetapi menurutnya kita harus tahu bahwa suatu hari Taiwan benar-benar dipersatukan kembali. Kemudian datanglah ke tempat pemungutan suara lagi, berapa persen orang Taiwan yang mendukung penyatuan kembali? Analis  mengatakan akan mnenjadi 99%, pada saat itu, dan giliran yang mendukung kemerdekaan Taiwan akan kurang dari 1%.
Menurut analis Taiwan ini adalah mentalitas warga Taiwan. Siapa pun yang berkuasa akan mendengarkan siapa, sehingga tiga poin utama reunifikasi secara damai dalam artikel Wang Haiyun telah menjadi tertutup, dan cara damai tidak ada harapan lagi.
Sedang Taiwan harus diunifikasi, jika tidak ada unifikasi, tidak ada yang namanya kebangkitan nasional Tiongkok, dan reunifikasi dengan kekuatan menjadi satu-satunya jalan sekarang. Harus dilakukan secepat mungkin supaya menghindari intervensi AS.
Pasca Reunifikasi
Maka dapat ditrapkan "satu negara dua sistem" model Hong Kong seperti yang telah dilaksankan selama ini  dengan dikombinasi dengan UU Kemanan Nasional yang baru diloloskan Kongres Nasional Tiongkok 30 Juni 2020 dan efektif berlaku mulai 1 Juli 2020, serta disesuai dengan sikon Taiwan.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri.
https://world.huanqiu.com/article/9CaKrnJRMt3
https://user.guancha.cn/main/content?id=342069
https://today.line.me/tw/article/ Â Â Â
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/05/14/asia-pacific/china-military-drill-taiwan/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H