Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Masalah Tiongkok untuk Mereunifikasi Taiwan

17 Juli 2020   18:42 Diperbarui: 18 Juli 2020   15:31 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut laporan, bahkan sistem penentuan posisi tergantung pada GPS milik AS. Dapat dikatakan bahwa kontrol udara dan kontrol laut sepenuhnya masih di luar kendali Tiongkok sendiri.

Kemampuan serangan jarak jauh presisi tinggi sangat kurang, dan bahkan lebih sulit untuk menembus pertahanan benteng yang kuat di sepanjang pantai Pulau Taiwan. Selain itu, pada saat itu, kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan belum menjadi besar, dan harapan untuk penyatuan kembali secara damai masih ada.

Hubungan Tiongkok-AS masih dalam "masa bulan madu", oleh karena itu, Tiongkok sangat menentang penetapan "jadwal" secara membabi buta untuk serangan fisik ke Taiwan, dan lebih-lebih untuk "mengerahkan armada laut besar-basaran".

Pertimbangannya jika dilakukan dengan membabi buta dan tidak bertanggung jawab pasti akan gagal. Dan bahkan akan mengganggu lajunya kebangkitan Tiongkok.

Tapi setelah 20 tahun berlalu, lingkungan dalam dan luar negeri telah berubah secara dramatis. Mayjend. Wang Haiyun sekarang mendesak untuk "Mengintensifkan persiapan dan menggunakan kekuatan untuk reunifikasi Taiwan". Dengan pertimbangan alasan-alasan sebagai berikut:

Pertama, situasi di pulau Taiwan telah mengalami perubahan besar, harapan untuk reunifikasi secara damai sudah tidak ada, dan kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan telah tumbuh, tidak hanya otoritas Partai Democratic Progressif (DPP/Minjintang) yang bertekad untuk mengejar kemerdekaan Taiwan

Bahkan opini publik tentang Taiwan tersebut pada umumnya telah mengarah ke pro-kemerdekaan Taiwan, dan bahkan Kuomintang telah berkembang menjadi partai pro-kemerdekaan Taiwan yang merapat ke DPP. Prospek kekuatan pro-unifikasi terpadu menjadi kekuatan politik utama Taiwan tidak ada lagi. Tidak mungkin lagi mewujudkan reunifikasi Taiwan dengan cara damai.

Kedua, sebuah negara besar dunia yang sedang bangkit tidak bisa tetap dalam keadaan terpecah untuk waktu lama. (ingat reunifikasi Jerman Timur dan Barat; reunifikasi Irian Barat/Papua Barat pada Ibu Pertiwi Indonesia).

Tiongkok juga menganggap prasyarat akan kebangkitan tanah airnya merupakan satu misi yang sakral, hanya dengan mereunifikasi seluruh wilayah negaranya secara menyeluruh barulah dapat dikatakan statusnya benar-benar bangkit di dunia, dan kebangkitan Tiongkok baru benar-benar baru dapat dikatakan bangkit sesungguhnya.

Ketiga, jika masalah Taiwan tidak terselesaikan, keamanan nasional Tiongkok tidak dapat ditingkatkan secara mendasar. Tidak mungkin bagi Tiongkok untuk mengendalikan rantai pertahanan pulau pertama Taiwan tanpa merebutnya untuk diunifikasi, dan ancaman keamanan terhadap lautan Tiongkok akan sulit dieliminasi (dihilangkan).

Untuk mengembangkan AL Tiongkok menjadi AL lautan lepas juga akan menghadapi banyak kendala, sehingga program "membangun negara sebagai negara maritim" seperti yang diamanahkan dalam Kongres Nasional Tiongkok ke-18 akan menjadi tidak jelas prospeknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun