Sejak itu, Wang Haiyun mendukung reunifikasi damai antara kedua sisi selat (Tiongkok daratan dan Taiwan) pada tahun 2001, dan dia dapat menunggu dengan sabar, tetapi hari ini 20 tahun kemudian, Wang Haiyun percaya bahwa pandangannya telah berubah. Apa yang dulu dia dukung bukanlah penyatuan kembali (reunifikasi) secara damai. Kini dia menunjukkan reunifikasi dengan kekuatan.
Jadi mengapa pandangannya berubah? Wang Haiyun mengemukakan alasan utama mengapa perjalanan pikirannya mengalami perubahan besar dalam 20 tahun ini. Dia percaya bahwa 20 tahun yang lalu, kekuatan pro-kemerdekaan Taiwan belum menjadi besar.
Pada saat itu, hubungan antara Tiongkok dan AS masih dalam masa bulan madu, dan AS tidak secara aktif menggunakan Taiwan sebagai pion untuk merongrong dan mengganggu Tiongkok daratan.
Oleh karena itu pada saat itu, dia percaya bahwa kedua sisi selat akan tetap dalam keadaan damai yang konsisten, dan menunggu sampai saatnya matang untuk reunifikasi secara damai. Tetapi setelah 20 tahun ternyata perkembangan situasinya berubah.
Situasi Taiwan sekarang, pendukung pro-kemerdekaan Taiwan tampak merajarela, dikarenakan dikampanyekan melalui pendidikan, media, opini publik, melalui opini populer, yang menciptakan suasana bagi yang tidak mendukung Taiwan independen tersingkirkan dan mustahil untuk hidup.
Dalam keadaan demikian bagi yang pro-unifikasi tidak mungkin hidup, terus ditekan, maka untuk mencapai reunifkasi dengan damai sudah terlihat tidak mungkin.
Selain itu, legislatif Taiwan juga telah mengubah undang-undang tersebut, menutup semua pintu menuju reunifikasi secara damai.
Karena sudah tidak ada cara untuk melakukan konsultasi politik antara kedua sisi selat (Tiongkok daratan dan Taiwan). Bagaimana bisa berbicara tentang reunifikasi secara damai? Dan sekarang AS telah menjadikan Taiwan sebagai pion, lebih-lebih lagi setelah Trump berkuasa, dia dengan aktif memainkan Taiwan sebagai pion untuk dijadikan game antara AS dan Tiongkok.
Pada saat ini Taiwan harus direunifikasi Tiongkok daratan sebagai impian dari seluruh rakyat Tiongkok untuk menuju impiannya "Kebangkitan Nasional Tiongkok," jika masalah Taiwan masih belum terunifikasi, maka akan ada celah besar dalam kebangkitannya.Â
(Ini bisa dibayangkan dengan Kemerdekaan RI. jika Papua belum terbebaskan, untungnya dengan tekad dan semangat rakyat Indonesia atas dorongan Presiden RI, Soekarno kala itu yang mencetuskan Trikora, upaya pemerintah RI melakukan banyak upaya dengan tujuan mengembalikan Irian Barat/Papua Barat menjadi bagian dari Indonesia.Â
Dari segi diplomasi, persiapan Indonesia yaitu mendekati berbagai negara seperti Australia, India, Pakistan, Selandia Baru, Thailand, Jerman, Britania Raya, dan Perancis agar tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda dari segi ekonomi, pada tanggal 27 Desember 1958, presiden Soekarno mengeluarkan undang-undang nomor 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia)
Karena itu, Tiongkok  harus bersatu untuk dapat melakukan kebangkitan nasional yang nyata. Dan untuk mencapai reunifikasi, namun melihat situasi sekarang reunifikasi damai tidak ada harapan. Tentu saja, harus dilakukan reunifikasi dengan kekuatan. Ini adalah pandangan baru Wang Haiyun.
Poin penting kedua, mengagendakan jadwal waktu reunifikasi yang pasti. Hal ini sudah tidak dapat ditunda-nuda tanpa batas waktu. Karena banyak pendapat yang mengatakan, jangan khawatir tentang reunifikasi pelan-pelan saja, jika generasi sekarang belum berhasil mungkin generasi berikutnya bisa.