Seperti yang telah dituliskan pada postingan yang lalu pasca diloloskannya UU Keamanan Nasional Hong Kong yang lalu., maka terlihat adanya keredahan dari kerusuhan di Hong Kong. Tokoh-tokoh pesuruh Hong Kong pada kabur dan sirep.
Memang 6 tahun lalu ( 2014) ketika di Hong Kong telah terjadi "Occupy Central" yang oleh sebagian media Barat disebut "Revolusi Warna Yang Agung", sebagian mereka merasa senang dengan adanya gerakan ini, mereka berkeyinkan gerakkan ini akan segera menjalar ke seluruh Tiongkok daratan seperti di Timteng.
Namun oleh para pakar Tiongkok ini diyakini probabilitas kegagalan adalah 100%, karena menurut penilaian mereka, gerakkan ini jika tidak mempengaruhi ekonomi Hong Kong dan tidak mempengaruhi kehidupan rakyat Hong Kong, maka tidak ada yang peduli meskipun jika "Occupy Central" telah dilakukan selama 100 tahun. Tetapi jika memengaruhi penghidupan rakyat Hong Kong setiap hari, pada akhirnya rakyat Hong Kong akan bangkit untuk menghentikannya. Jika Hong Kong tidak dapat menyelesaikan masalah itu sendiri, maka pemerintah pusat Beijing dapat keluar dan menyelesaikannya, tidak ada yang luar biasa.
Dan tahun lalu ketika terjadi kerusuhan Tiongkok menganggapnya semua drama ini sebagai "lelucon" , karena semua drama yang dimainkan ini benar-benar kontraproduktif. Selama kerusuhan dan kekacauan, elemen-elemen Hong Kong, para perusuh memblokir jalan-jalan, memukuli penduduk tak berdosa yang tidak setuju dengan mereka, dan mengepung polisi penegak hukum, membuat bandara lumpuh.
Mengingat Hong Kong merupakan masyarakat kapitalis yang khas, warga biasa kebanyakan hidup dan pencahariannya dibayar berdasarkan jam kerja dan dibayar berdasarkan kerja harian. Dapat dibayangkan jika lululintas dan ketertiban umum yang mempengaruhi penghidupan orang banyak di ganggu dan dihambat, akibatnya Hong Kong akan terpukul keras.
Ini melanggar kepentingan sebagian besar rakyat Hong Kong dan juga menyebabkan kemarahan rakyat seluruh negeri Tiongkok daratan. Ini benar-benar suatu yang kontraproduktif.
Kemudian pemerintah pusat Beijing menegaskan bahwa jika situasi di Hong Kong semakin memburuk dan ada kekacauan di luar kendali pemerintah SAR Hong Kong, pemerintah pusat tidak akan pernah diam berpangku tangan.
Menurut ketentuan Hukum Dasar Hong Kong, otoritas pusat Beijing memiliki metode dan ruang gerak yang memadai dan kekuatan yang kuat untuk dengan cepat memadamkan berbagai gangguan yang mungkin terjadi.
Selain itu tampaknya krisis Hong Kong sebenarnya memberi Beijing jendela peluang, dengan memanfaatkan situasi dengan baik. Mereka memilah secara komprehensif dan memikirkan semua masalah yang ter-ekspos oleh kekacauan ini. Mereka melakukan penelitian besar dan mengumpulkan pendapat secara luas, di Hong Kong, di luar Hong Kong, pandangan dari think tank dalam negeri dan luar negeri, pendapat dalam dan luar partai PKT, publik, online, offline, ekonomi, politik, hukum, mereka juga mendengarkan pendapat ahli politik dan keuangan dan sebagainya.
Dan menemukan solusi holistik untuk semua jenis masalah dan menyembuhkan semua gejala dan akar penyebabnya, dan benar-benar dan secara komprehensif melakukan pukulan yang mantap dan kuat terhadap kekuatan "pro-kemerdekaan Hong Kong".
Kemudian benar-benar mentrapkan persyaratan keseluruhan "satu negara, dua sistem" secara komprehensif dan akurat. Yang masih dalam lingkup "Konstitusi Republik Rakyat Tiongkok" dan "Hukum Dasar" Hong Kong, tampaknya Beijing  memiliki cukup ruang untuk membuat rencana dan bergerak maju, dan membuat garis bawah (bottom line) dan garis merah yang baik, sebagai "Bendungan Berpikir".
Sehingga Tiongkok sekarang dapat dipastikan telah siap dengan kartu kekuatan keras dan lunak untuk dimainkan.
Melihat hal itu sekarang, pemerintah pusat Beijing tampaknya telah membuat rencana yang mewakili kehendak rakyat negerinya setelah melakukan penelitian dan pemikiran yang cermat. Keputusan ini adalah cara yang baik untuk memangkas segala kerusuhan dan permasalahan selama ini.
Sejak 23 Mei lalu, telah dibuat kejutan besar kepada "pro-kemerdekaan Hong Kong" sehingga membuat gentar tekanan kepada pendukung yang ada di Hong Kong dan pendukung dari negara-negara Barat, juga telah membuat gentar kekuatan "pro-kemerdekaan Taiwan." Â Baca:
Kalau dilihat pasal kedua dari keputusan ini yang dengan jelas menyatakan bahwa negara Tiongkok akan dengan tegas menentang kekuatan asing untuk ikut campur dalam urusan SAR Hong Kong dengan cara apa pun, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menangkal dan mencegah, menghukum dan menjatuhkan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku juga kepada kekuatan dan perosnil asing dan luar negeri yang menggunakan Hong Kong untuk melakukan kegiatan separatis, subversi, penetrasi, dan pengerusakan Hong Kong.
Jadi disini ada kata kunci pencegahan, penindakkan, dan hukuman. Kita berbicara tentang tindakan pencegahan sebelumnya, hukuman setelahnya.
Selain itu, item lain yang dianggap sangat baik. Pemerintah Pusat Beijing membentukj badan keamanan nasional, mendirikan lembaga di Wilayah Administratif Khusus (SAR) Hong Kong sesuai kebutuhan, dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan keamanan menurut hukum. Ini dinilai sangat bagus.
Agen keamanan nasional Tiongkok akan ada di Hong Kong, yang berarti bahwa Tiongkok tidak hanya berbicara tentang undang-undang, tetapi juga mekanisme penegakan hukum yang kuat dan menjatuhkan sanksi yang kuat.
Dari desahan ketakutan dari  kekuatan "pro-kemerdekaan Hong Kong", kita dapat melihat bahwa mereka sudah takut dan jerih.
Memang mungkin dari pihak Barat dan oposisi Hong Kong melebih-lebihkan, tetapi Tiongkok berbicara tentang "memenuhi kewajiban terkait keamanan nasional sesuai dengan hukum", sehingga mereka tidak dibesar-besarkan atau dikurangi, dan fokus pada melakukan tugas sesuai dengan hukum.
Setelah keputusan ini dibuat, beberapa negara Barat ada yang  mengatakan bahwa Tiongkok telah melakukan pelanggaran terhadap "satu negara, dua sistem" menyebabkan Hong Kong kehilangan status otonomnya. Namun Tiongkok beranggapan di negara mana pun, undang-undang keamanan nasional adalah hak nasional negaranya.
Setelah Hong Kong kembali ter-renuifikasi ke Tiongkok, berdasarkan Hukum Dasar Hong Kong pasal 22, memberi wewenang kepada Pemerintah SAR Hong Kong untuk memberlakukan undang-undang untuk menjaga keamanan nasional. Namun, sangat disesalkan bahwa otorisasi pemerintah Hong Kong belum bisa menyelesaikannya, dan tidak hanya itu tidak selesai, tetapi justru terjadi distigmatisasi dan didemonstrasikan oleh operasi kekuatan musuh.
Singkatnya, Hong Kong dalam keadaan yang disebut benar-benar tidak dapat mempertahankan untuk pemeliharaan keamanan nasional. Ini tidak diperbolehkan, mengingat 23 tahun SAR Hong Kong tidak dapat menyelesaikan otorisasi ini, sehingga Kongres Rakyat Nasional Tiongkok, sebagai otoritas tertinggi di negara ini, melakukan legislasi di tingkat nasional.
Dan ternyata tanda-tanda terlihat celah keamanan nasional ini sepenuhnya dapat diblokir, dan masalahnya diselesaikan hingga tingkat bagian bawah, sehingga mendapat dukungan dan melegahkan kebanyakan warga biasa.
Maka setelah masalah Hong Kong ini terselesaikan, banyak pengamat yang melihat langkah selanjutnya adalah mengatasi dengan serius masalah kekuatan "pro-kemerdekaan Taiwan" yang oleh Tiongkok dianggap sedang merajarela sekarang.
Reunifikasi Taiwan Secara Damai atau Secara Militer
Maka akhir-akhir ini berita ini menjadi hangat diberbincangkan di media Tiongkok dan Taiwan, karena  karena beberapa media Jepang mengungkapkan bahwa pada bulan Agustus tahun ini, PLA mungkin mengadakan latihan di LTS dekat Kepulauan Bagian Selatan.
Tujuan dari latihan ini "mungkin untuk merebut Kepulauan Dongsha". Jadi, ada pertanyaan yang perlu kita pahami, mengapa memilih Kepulauan Dongsha? Dan sinyal apa yang akan dikirim oleh latihan militer ini pada bulan Agustus? Apa saja yang dilakukan dalam dua setengah bulan? Baca: ini
Mengapa pengumuman singkat dan sederhana ini bisa menarik perhatian seperti itu? Mungkin ada dua alasan utama.
Pertama-tama, dalam hal waktu, latihan ini berlangsung selama dua setengah bulan, dan rentang waktunya sangat istimewa.
Karena pada 20 Mei pidato pada pelantikan Tsai Ing-wen mencetuskan istilah baru "5.20" berada dalam rentang latihan ini, apakah ada hubungan antara keduanya?
Laporan Taiwan secara khusus menyoroti faktor waktu- "Pidato pengukuhan Tsai Ing-wen, latihan militer Tangshan Port PLA selama dua setengah bulan."
Kedua, dalam latihan PLA ini akan menggunakan amunisi hidup.
Oleh karena itu, diperingatkan bahwa semua kapal dan personel yang tidak terkait di area yang ditunjuk dievakuasi dari area keamanan besar sebelumnya dalam waktu dua setengah bulan. Sebelum periode ini, kapal tanpa berkepentingan dilarang memasuki area kontrol yang aman.
Ini menunjukkan bahwa latihan militer kali ini tidak biasa dan bukanlah search and rescue, anti-terorisme dan latihan operasi biasa bersama lainnya, itu benar-benar kekuatan nyata dengan senjata sesungguhnya.
Dari sudut pandang geografis, Pelabuhan Tangshan adalah salah satu pelabuhan penting di Tiongkok daratan, dan salah satu jendela penting untuk pengembangan keluar dari Provinsi Hebei, Koata Beijing, Tiongkok bagian Utara, dan tempat-tempat lain. Hanya berjarak 230 kilometer dari Beijing, yang penentuan lokasi latihan itu rahasia, kondisinya lebih baik di perairan bagian dalam.
Akibatnya, kapal perang dan pesawat AS yang beroperasi di dekat Laut Tiongkok Timur tidak dapat mendekati untuk pengintaian, karena area lingkungan latihan bisa sangat rahasia.
Sehingga subyek utama dari latihan ini dapat memiliki lebih banyak imajinasi. Beberapa media mengatakan bahwa latihan itu adalah untuk operasi pendaratan ke Taiwan; operasi kapal induk anti-pesawat militer AS, peperangan elektronik, anti-pesawat anti-rudal, perebutan pelabuhan, dll. Semuanya dapat dilakukan.
Di sisi lain, Qinhuangdao dan pelabuhan terkait lainnya di dekat Pelabuhan Jingtang juga merupakan pelabuhan komersial yang penting, sehingga latihan militer dengan amunisi hidup di Teluk Bohai seharusnya tidak perlu berskala besar.
Mengenai perebuatan atas Kepulauan Dongsha yang diberitakan media Jepang, beberapa pakar mengatakan bahwa jika Kepulauan Dongsha direbut dengan perang, maka Taiwan juga pasti akan ter-rebut juga.
Berita latihan militer PLA di Atol Dongsha mempunya makna politik untuk memperingatkan Taiwan dengan tidak mengesampingkan untuk membebaskan dengan tindakan militer. Jika memang ingin mengambil Pulau Dongsha itu berarti dengan perang.
Dongsha jauh dari Taiwan apakah jika Pulau Dongsha direbut Tiongkok akan baik-baik saja? Orang Taiwan itu mungkin merasa bahwa itu tidak ada dampak, dan AS kemungkinan akan meminta Taiwan untuk mundur karena dampak dari Dongsha tidak signifikan.
Namun, jika perang untuk memperluas ke area lain, itu akan memiliki dampak yang sangat serius, dan begitu dimulai maka harus dilesaikan sekali gus. Latihan kali ini bertemakan pendaratan ke Taiwan akan dilakukan oleh teater selatan yang bertanggung jawab atas garnisun LTS. Mereka menggunakan armada berupa kapal pendaratan, hovercraft, helikopter, dan marinir. Peralatan ini sebenarnya tidak akan diperlukan jika hanya untuk menangkap Pulau Dongsha. Cukup dengan empat kapal penangkap ikan yang berjejer di Pulau Dongsha sudah akan menyebabkan masalah bagi patroli laut  (Taiwan) di Pulau Dongsha.
Jadi dapat dikatakan latihan militer maritim PLA di Atol Dongsha merupakan suatu implikasi peringatan bagi Taiwan bahwa pembebasan Tiongkok daratan terhadap Taiwan jangan dikesampingkan dengan aksi militer.
Kepulauan Dongsha sangat penting karena teater selatan daratan Tiongkok untuk memasuki Selat Bashi., dan satu-satunya jalan yang harus dilewati dan dilalui untuk menuju Laut Filipina, Pasifik Barat, Taiwan dan Jepang, Semenanjung Korea. Â Jadi nilai strategisnya sangat tinggi. Karena itu, jika Tiongkok daratan ingin menyerang ke Taiwan, Pulau Dongsha harus direbut dulu, tidak peduli siapa pun rezim Taiwan yang berkuasa di atas panggung. Seperti apa yang telah penulis tuliskan pada tulisan yang lalu. Baca: ini
Selain itu perebutan Pulau Donsha tidak saja harus dilihat hanya Taiwan saja, juga tampaknya Tiongkok juga mempertimbangkan pada LTS lainnya, dan mengapa Tiongkok daratan selama ini membiarkan Dongsha. Karena untuk memantau gerbang utara LTS. Pulau ini memiliki arti strategis yang sangat besar. Dan juga untuk memenangkan melawan Jepang dan AS.
Selain itu Tiongkok juga akan was-was dengan suara-suara Pulau Dongsha akan diberikan ke AS untuk menjadi pangkalan militer sebagai kapal induk yang tak bisa tenggelam AS oleh rezim pro-kemerdekaan Taiwan.
Untuk merebut Pulau Dongsha bagi Tiongkok hanya untuk urusan 2 atau 3 jam saja. Untuk memenangkan provokasi AS di LTS selama ini, penguasaan Dongsha  yang dikombinasikan dengan Pulau Huangyan yang telah dikuasai sekarang adalah sangat penting untuk pengedalian jalur air LTS.
Selama ini Pulau Dongsha dalam keadaan aman dan damai bertahun-tahun, karena Tiongkok daratan menganut prinsip men-reunifikasi Taiwan dengan damai. Tetapi jika rezim Taiwan sekarang akan menyerahkan Pulau Donsha kepada AS, hal ini sudah melanggar garis merah dan batas bawah yang ditetapkan Tiongkok daratan. Jika hal ini hingga terjadi, maka Tiongkok daratan diperkirakan pasti mengambil tindakan dengan reunifikasi Taiwan dengan kekuatan militer.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H