Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Melihat Tindakan AS Mempermalukan Tiongkok dalam Beberapa Dekade

9 Mei 2020   20:00 Diperbarui: 11 Mei 2020   16:44 10623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Martabat negara selalu tak terpisahkan dari kehormatan dari aib individu. Jika kita menyadari hal ini, orang ada yang akan lebih memperhatikan martabat negara. 

Meskipun energi pribadi sangat terbatas, sejumlah kecil kekuatan yang berdedikasi selalu dapat membuka jalan bagi negara untuk kemajuan ke depan, meskipun mungkin itu akan membuat negara sedikit memalukan sesaat, tapi itu akan membuat anak cucu kita untuk lebih waspada. 

Agar mereka menyadari bahwa tanah pijakannya adalah tanah tumpah darah ibu pertiwinya bagi bangsanya. Dan seperti apa yang pernah dikatakan Bung Karno pada pidato HUT RI 17 Agustus 1966 “Jasmerah /Jangan Sekali-kali Meninggalkan (Lupa) Sejarah”.

Namun di sini penulis hanya akan melihat kilas balik beberapa tindakan AS terhadap Tiongkok yang menonjol dalam mempermalukan bangsa Tiongkok dalam beberapa dekade lalu sejak RRT berdiri (1 Oktober 1949). Dan yang menjadi motivasi mereka untuk mengejar ketertinggalannya.


Aib Pertama Peristiwa Kapal Kargo “Galaxy” Pada 1993

Sumber: www.sofreight.com
Sumber: www.sofreight.com
Pada 23 Juli 1993, AS memperoleh informasi intelijen, dan tanpa alasan apa pun menuduh kapal kargo Tiongkok Galaxy memuat bahan baku senjata untuk Iran, dan mengancam sanksi terhadap Tiongkok secara semenah-menah.

Pada saat yang sama, AS mengirim dua kapal perang dan lima helikopter ke laut lepas internasional di mana "Galaxy" berada. Setelah boarding dan inspeksi paksa ditolak oleh pihak Tiongkok, mereka menutup layanan GPS di wilayah laut di mana Galaxy berada. Sehingga menyebabkan Galaxy kehilangan arah dan buta posisi seketika dan terpaksa berhenti di posisi itu, tanpa berani berlayar lebih lanjut.

Akibatnya kru dan awak kapal Tiongkok ini terkurung di kabin panas dan kering di tengah Samudra Hindia dengan tuduhan yang semenah-menah dari AS ini. 

Penahanan yang berat berlangsung selama tiga minggu ini, menyebabkan kurangnya makanan dan minuman air segar bagi para awak kapal, sehingga untuk mendapatkan makanan mereka melakukan melalui penangkapan ikan. Karena kurangnya air tawar dan sayuran, kulit mereka pada melepuh.

Kapal-kapal yang datang untuk menolong juga mengalami kesulitan menemukan posisinya, karena AS telah mengubah para meter GPS di kawasan tersebut. 

Dan tampaknya Galaxy saat itu juga tidak membawa instrumen penentuan posisi, dan mungkin memberi informasi posisinya dengan tidak tepat karena adanya modifikasi dari signal GPS yang dikerjai AS ini sebagai sang pemiliki satelit GPS selama ini.

Pada akhirnya, mengingat ketidak berdayaan dan mempertimbangkan kehidupan para awak kapal tersebut, Tiongkok akhirnya menyerah, mempersilahkan AS memeriksa semua kargo yang dicurigai. Namun akhirnya memang tidak menemukan barang yang mereka tuduhkan. Namun AS menolak untuk minta maaf atas tindakannya tersebut.

Peristiwa sebenarnya yang terjadi setelah terjadi negosiasi yang alot, pada 28 Agustus 1993 siang, personel AS dan Saudi disertai oleh personel Tiongkok untuk melakukan inventarisasi dan menelusuri inspeksi di atas kapal kargo tersebut. 

Pada pukul 10:10 pagi pada tanggal 29 Agustus, pemeriksaan pembongkaran dimulai. Pertama, diperiksa peti kemas yang ditujukan untuk Iran. Amerika membuka 25 peti kemas dari Tiongkok ke Iran satu per satu. 

Pada pukul 11 malam, semua peti kemas yang dikirim dari Tiongkok (termasuk melalui Hong Kong) ke Iran telah dibongkar dan diperiksa. Bahan senjata kimia yang disebut adalah thiodiglycol dan thionyl chloride. 

Pada 30 Agustus, AS mengusulkan untuk menyelidiki semua kontainer yang mereka duga ada di kapal dari Tianjin Xingang dan Shanghai Port. Tiongkok menyetujui permintaan AS.

Namun, hasilnya tidak ditemukan. Pihak Amerika panik, mereka menduga bahwa info "intelijen" salah. Nomor kontainer yang diinfokan oleh agen-agen intelijen AS adalah CSAQ3101 dan CSAQ3102. Jadi pihak Amerika mengusulkan untuk mencari kontainer CSAQ3010, yang serupa dan membingungkan, dan Tiongkok setuju. 

Tetapi ketika mereka membukanya, isinya berupa kartu poker yang diperuntukkan bagi Pakistan. Sekitar pukul 11:00 malam, 49 kontainer yang dikirim dari Tiongkok ke Iran yang dicurigai diperiksa dan dibongkar. Tetapi kenyataannya pihak Amerika tetap tidak menemukan apa pun.

Menurut kesepakatan yang dicapai pada pembicaraan tersebut, semua kontainer yang dimuat dalam "Galaxy" dibongkar dan diperiksa. Sampai semua 628 kontainer yang ada dalam "Galaxy" dibongkar dan diperiksa dengan teliti, namun dua jenis bahan kimia, thiodiethylene glycol dan thionyl chloride, bahan untuk senjata kimia yang dituduh oleh AS tidak dapat ditemukan.

Dalam menghadapi fakta-fakta ini, pihak AS harus mengakui fakta. Pada 1 p.m. pada 4 September, perwakilan Tiongkok, AS dan Arab Saudi secara resmi menandatangani "Laporan Investigasi" dari "Galaxy", membenarkan bahwa kapal kargo "Galaxy" tidak memuat bahan kimia yang disebutkan sebelumnya.

Tindakan terhadapTiongkok ini yang sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang telah diperlakukan dengan alasan yang sewenang-wenang, dapat dikatakan suatu penghinaan terhadap bangsa dan negara Tongkok.

Aib kedua: Konfrontasi Tiongkok-AS di Laut Kuning Pada Tahun 1994

Sumber: naval-encyclopedia.com
Sumber: naval-encyclopedia.com
Periode hubungan bulan madu Tiongkok-AS dapat dikatakan berakhir pada Oktober 1994. Saat itu AS mengirim gugus tempur Kapal Induk Armada Pasifik Barat “USS Kitty Hawk” ke Laut Kuning dengan alasan sanksi terhadap Korea Utara untuk menutup pantai barat Korea Utara.

Pada saat itu hubungan Tiongkok-AS juga masuk dalam pusaran krisis karena insiden penjualan jet temput F-16 AS kepada Taiwan. Kedua belah pihak menghentikan semua pertukaran militer, dan sebagian Laut Kuning di bagian laut lepas (perairan internasional) ditutup AS tanpa pemberitahuan kepada Tiongkok terlebih dahulu, ini tampaknya disengaja AS. 

Tanpa pemberitahuan ini justru dapat menimbulkan insiden yang tidak disengaja. AS mengirim gugus kapal induk di perbatasan perairan teritorial Tiongkok. 

Pada saat itu, ketika gugus tempur kapal induk AS yang melakukan pelayaran tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada negara berada di sekitar perairan tersebut, kebetulan kapal selam tempur nuklir Tiongkok kelas Han, baru saja menyelesaikan latihan lepas pantai dan kembali ke permukaan.  Kebetulan berada di sekitar gugus kapal induk AS tersebut.

Dalam peristiwa tersebut AS bukannya menghindar, sebaliknya mengirim pesawat anti-kapal selam dengan menebarkan (chevron) sonobouye (sonar) anti-kapal selam untuk melakukan pelacakan posisi kapal selam Tiongkok, ini suatu tindakan yang membahayakan kapal selam Tiongkok.

Karena dalam tindakan ini, langkah selanjutnya biasanya adalah serangan anti-kapal selam, pesawat anti-kapal selam lepas landas, sonar anti-kapal selam ditebarkan, dan persiapan pertempuran dilakukan dengan seksama. Perilaku militer AS ini tidak berbeda dengan locking/mengunci target pada radar dalam pertempuran udara.

Kapal selam nuklir 403 Tiongkok ini yang hanya dilengkapi dengan peluncur torpedo jelas bukan lawan gugus armada AS. Setelah penghindaran darurat, namun Amerika tetap mengejar,  tampaknya sengaja tidak  mau membiarkan kapal selam ini pergi. . .

Armada militer AS terus mengejar dan mengirim 3 kapal perusak dan kapal anti-selam terus mengintai dan mengganggu. Selama lebih dari 70 jam konfrontasi, kapal selam Tiongkok dipermainkan oleh militer AS seperti "main petak umpet dengan tikus". 

Tidak hanya itu, selama periode ini, armada AS melakukan serangan "penghinaan" terhadap kapal selam ini tujuh kali, dengan ditarget/dikunci namun tidak ditembak. 

Pada akhirnya, kapal selam ini dapat mencapai pelabuhan militer di Qingdao, Tiongkok, dan armada AS hanya memasuki Teluk Bohai.

Aib Ketiga: Krisis Selat Taiwan Tahun 1996

Sumber: taiwantoday.tw
Sumber: taiwantoday.tw
Kunjungan aktivis pro-kemerdekaan Taiwan Lee Teng-hui ke AS pada 1995,  Tiongkok menganggap itu benar-benar melanggar prinsip-prinsip dari tiga komunike bersama Tiongkok-AS, dan sangat mencedrai kedaulatan Tiongkok dan merongrong usaha reunifikasi besar Tiongkok.

Hal ini terang-terangan untuk menciptakan “Dua Negara Tiongkok”, dalam kunjungan Lee Teng Hui di AS, dia memberikan pidato di depan umum (Cornell University) dan membicara tentang teori “Tiongkok Daratan dan Taiwan.”

Tak lama kemudian, gugus tempur kapal induk bertenaga nuklir USS Nimitz AS mulai bergerak lebih dekat ke Pasifik barat. Tiongkok berulang kali mengajukan protes serius, tapi tidak ada satu pun yang merespons dari AS, dan gugus tempur kapal induk ini akhirnya pun tiba juga di depan pintu di perairan Tiongkok.

Untuk tidak mentolerir pristiwa ini, Tiongkok memberikan batasan bawah, dengan mensiagakan PLA dalam keadaan siaga I siap tempur. Komisi militer Tiongkok menyiapkan unit pasukan AD, AL, AU, Korp Unit 2 Atileri dan Korp Logistik, dan ratusan ribu pasukan untuk melakukan latihan militer skala besar, termasuk penembakan rudal yang sesungguhnya, dengan tema untuk Pembebasan Taiwan.

Satu-satunya perintah yang dikeluarkan oleh tingkat atas dan bawah adalah harus siap setiap saat, begitu Lee Teng-hui menyatakan kemerdekaan, Tiongkok daratan akan segera membebaskan Taiwan.

Tiongkok melakukan serangkaian uji coba tembakan rudal langsung dan latihan ofensif dan pertahanan maritim skala besar di Laut Tiongkok Timur, meluncurkan empat rudal Dongfeng 15 dan menembak ke udara untuk pertama kalinya melintasi Selat Taiwan. 

Peristiwa ini dikenal sebagai "Krisis Selat Taiwan"

Sumber: nationalinterest.org
Sumber: nationalinterest.org
Selama krisis di Selat Taiwan pada tahun 1996, berita panas dari media menjadi marak. Saat itu AS mengirim gugus kapal induk USS “Independence” dan “USS Nimitz”, dan dua gugus tempur kapal induk ini dengan cepat memasuki Selat Taiwan. Militer AS juga mematikan GPS di kawasan ini, sehingga PLA tidak dapat melacak keberadaan gugus kapal induk AS ini.

Saat itu, para pejabat AS mengatakan mereka telah mengarahkan gugus kapal induk Independence, yang berada di Laut Tiongkok Timur, untuk bergerak lebih dekat ke selat yang memisahkan daratan Tiongkok dari Taiwan, sebuah pulau yang dipertahankan Beijing adalah bagian dari wilayahnya.

Gugus kapal induk Nimitz juga dikirim ke wilayah itu dari posisinya di Teluk Persia, Washington Post melaporkan pada saat itu, dan dijadwalkan tiba dengan kapal-kapal pendukung dalam waktu dua minggu.

Para pejabat AS saat itu juga mengatakan bahwa kapal perusak O'Brien, fregat berpeluru kendali Hewitt dan kapal perusak McCloskey, yang berada di tempat lain di kawasan itu telah dikirim untuk bergabung dengan USS Independence. 

Para pejabat AS mengatakan bahwa kapal penjelajah kelas-Aegis Bunker Hill, yang telah berada di ujung selatan Selat Taiwan memantau tes rudal Tiongkok, juga akan bergabung dengan kelompok itu jika kapal-kapal diperintahkan masuk ke selat.

Pada konferensi pers di Beijing saat itu, Menlu Tiongkok Qian Qichen memperingatkan atas intervensi militer langsung AS ini. 

Dengan menyatakan: “Jika pasukan asing mendukung dan berkomplot dengan upaya pemerintah Taiwan untuk menciptakan kemerdekaan atau untuk memecah ibu pertiwi, maka itu dapat menyebabkan situasi kacau di Taiwan," kata Qian. "Jika pasukan asing menahan diri, maka tidak perlu khawatir tentang ketegangan."

Keadaan ditambah dengan adanya  kelompok-kelompok pengkhianat internal Tiongkok yang membocorkan rahasia garis bawah militer bagi PLA-Tiongkok untuk bertindak. 

Akibatnya latihan itu hanya bisa sebatas latihan saja, antusias dan semangat tinggi dari bangsa Tiongkok akhirnya lagi-lagi menjadi tercekik. Sekali lagi ini oleh Tiongkok dianggap suatu penghinaan atau pelecehan AS terhadap bangsa Tiongkok dengan pengerahan dua gugus Kapal Induk di depan pintu perairan Tiongkok - Selat Taiwan.

Aib Ke-empat: Gedung Kedubes Tiongkok Dirudal Pada Tahun 1999

Sumber: bbc.com
Sumber: bbc.com
Pada 7 Mei tahun 1999, bomber AS B-2. NATO menembakkan tiga rudal amunisi serangan langsung secara beruntun, yang menyayat langit malam, langsung mentarget Kedubes Tiongkok di Belgrade, Yugoslavia. Dalam peristiwa ini ada tiga wartawan Tiongkok terbunuh dan lebih dari 20 orang personil Kedubes terluka.

Sumber: www.xhby.net
Sumber: www.xhby.net
Pada saat itu, NATO dan Yugoslavia berada dalam keadaan perang, serangan udara sebelumnya di Yugoslavia telah berlangsung selama lebih dari sebulan, dan kali ini mereka dengan “sengaja” menargetkan Tiongkok, ketika itu seluruh negara Tiongkok mejadi marah dan terkejut.

Namun ketika itu, meskipun seberapa besar kemarahan rakyat Tiongkok, namun mereka hanya bisa mengaum dan menangis.

Aib Ke-lima: Insiden Tabrakan Pesawat Di Laut Tiongkok Selatan (LTS) Tahun 2001.

Sumber: China.org.cn + china news today
Sumber: China.org.cn + china news today
Pada 1 April 2001, sebuah pesawat pengintai Amerika melanggar wilayah udara Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan (LTS). Tentara Tiongkok kemudian mengirim dua pesawat untuk melacak dan mencegat. 

Pesawat AS tiba-tiba menabrak pesawat tempur J-8II nomor 81192 yang dipiloti oleh Wang Wei, yang berakibat pilot berusia 33 tahun ini tewas dan jasadnya tidak diketemukan.

“New York Times” pada 2 April 2001, melaporkan, sebuah pesawat mata-mata AL-AS pada misi pengawasan rutin dekat pantai Tiongkok bertabrakan pada hari Minggu (1 April) dengan jet tempur Tiongkok yang sedang membuntutinya. 

Pesawat Amerika melakukan pendaratan darurat di Tiongkok, dan AS mengatakan sedang meminta kembali dengan segera 24 anggota awak yang semuanya selamat, dan dikatakan pesawat canggih ini semua peralatan intelijennya dalam kondisi baik.

Tabrakan di udara terjadi sekitar 50 mil tenggara Pulau Hainan, Tiongkok, dalam apa yang oleh pejabat AS digambarkan sebagai perairan internasional. 

Pesawat Pesawat Mata-mata AS  yang lepas landas dari pangkalan udara Amerika di Okinawa, Jepang, mengeluarkan panggilan Mayday tetapi berhasil melakukan pendaratan darurat di pulau itu. Pesawat Tiongkok jatuh di perairan itu.

Sumber: FAS.org
Sumber: FAS.org
Juru bicara Kemenlu Tiongkok, Zhu Bangzao saat itu, mengatakan pencarian sedang dilakukan untuk pilot, dan televisi pemerintah Tiongkok menyiarkan pernyataan marah pada Minggu malam mengatakan bahwa "pihak AS memiliki tanggung jawab penuh untuk peristiwa ini."

Tetapi Laksamana Dennis Blair, panglima tertinggi Komando Pasifik AS, mengatakan bahwa pesawat-pesawat Tiongkok menjadi semakin agresif dalam membuntuti pesawat militer Amerika dalam beberapa bulan terakhir, bahkan mendorong AS untuk mengajukan protes: “Itu bukan praktik normal untuk bermain mobil bumper di udara.” katanya (meski memata-matai negara orang lain).

Menurut pihak Tiongkok, AS Serius Melanggar Hukum Internasional. Sebuah artikel dengan judul yag ditulis Li Qin “Pandangan tentang Insiden Tabrakan Pesawat Dari Perspektif Hukum Internasional” yang diterbitkan menekankan bahwa pelanggaran hukum internasional oleh pihak AS sehubungan dengan tabrakan antara pesawat mata-mata militer AS dan jet tempur Tiongkok. 

Li Qin menyajikan analisis mendalam tentang insiden tabrakan pesawat dari perspektif hukum internasional.

Pada 1 April 2001, sebuah pesawat mata-mata militer EP-3 AS melakukan pengintaian militer di wilayah udara dekat provinsi pulau Hainan, Tiongkok, dan pihak Tiongkok segera mengirim dua jet militer untuk melacak dan memantau pesawat, kata artikel itu.

Dalam penerbangan, pesawat AS melanggar aturan penerbangan dan tiba-tiba berbelok ke salah satu jet Tiongkok, menabraknya dan menyebabkannya jatuh. Pilot jet Tiongkok itu hilang dan hingga sekarang tidak ada kemungkinan untuk selamat, katanya.

Tepat setelah tabrakan, pesawat AS menyusup ke wilayah udara Tiongkok dan mendarat di Bandara Militer Lingshui di Pulau Hainan tanpa izin dari pihak Tiongkok, sehingga secara serius melanggar kedaulatan teritorial Tiongkok, kata artikel itu.

Artikel itu mengatakan bahwa setelah insiden itu, AS tidak hanya tidak mau untuk meminta maaf atas konsekuensi serius dari tindakan ilegal pesawatnya, tetapi juga membuat berbagai alasan untuk melepaskan tanggung jawabnya atas tindakan ilegal pesawatnya, bahkan dengan kasar membuat berbagai tuntutan dan tuduhan yang tidak masuk akal terhadap pihak Tiongkok dengan nada yang mengancam.

Dan akhirnya Tiongkok mengizinkan membawa kembali pesawat dan semua awak pesawat kembali ke AS.

Aib Ke-enam: Pada 2008, helikopter bantuan bencana Wenchuan jatuh.

Sumber: avia-russia.com
Sumber: avia-russia.com

Pada 12 Mei 2008, terjadi gempa berkekuatan 8,0 di Kabupaten Wenchuan, Provinsi Sichuan. Ketika terjadi bencana alam yang sangat besar ini, sebuah pesawat helikopter angkut dan SAR Mi-171 dari Daerah Militer Chengdu dikirim ke tempat untuk penyelamatan,  secara tidak sengaja menabrak gunung dan jatuh. 

Para prajurit bantuan bencana semuanya tewas, peristiwanya sama seperti Kedubes Tiongkok yang "secara tidak sengaja dibom" tepat pada tahun itu juga, Amerika juga katanya kebetulan terjadi “kehilangan” area pemindaian GPS. Pada saat itu, helikopter militer Tiongkok ini menggunakan navigasi pen-posisi-an dengan GPS, karena navigasi tidak dapat secara akurat menentukan posisi dan arah, sehingga  menabrak gunung.

(Peristiwa ini mengingatkan kita pada pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang promosi di Indonesia 8 tahunan lalu, Pesawat ini jatuh di Gunung Salak setelah lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusuma pukul 14.12 WIB, Rabu, 9 Mei 2012. Menabrak lereng Gunung Salak, SSJ 100 ini menelan korban sebanyak 45 penumpang termasuk awak pesawat).

Pada saat itu, Tiongkok dan PLA masih tidak cukup kuat, dan peralatan mereka tidak cukup maju. Sejarah penghinaan ini tampaknya terus-menerus mengingatkan Tiongkok: Hanya ketika negara kuat dan pertahanan nasional kuat, Tiongkok baru bisa memiliki masa depan.  Sehingga mereka memacu untuk terus berupaya dan berjuang untuk kemajuan teknologinya.

Tampaknya Tiongkok setelah mengalami penghinaan dan pelecehan berulang-ulang kali, mereka bersemangat berupaya untuk menggapai kemajuan teknologi yang tidak mengandalkan pihak asing, terutama untuk bidang teknologi alutisista.

Kemajauan Alutsisa PLA-Tiongkok

  • Pada bulan Desember 1999, tank tempur utama 99A resmi masuk dalam pelayanan AD-PLA.
  • Pada Januari 2004, jettmepur J-10 generasi ketiga resmi masuk dalam pelayanan AU-PLA.
  • Pada bulan September 2012, kapal induk pertama Liaoning resmi masuk dalam pelayanan AL-PLA.
  • Pada November 2012, Helikopter Z-10 resmi masuk dalam pelayanan AD-PLA.
  • Pada bulan Maret 2014, kapal penghancur pertama 052D resmi masuk dalam pelayanan AL-PLA
  • Pada bulan Maret 2017, jet tempur generasi keempat J-20 resmi masuk dalam pelayanan AU-PLA.
  • Pada April 2018, Rudal Tiongkok Dongfeng-26 secara resmi masuk dalam pelayanan PLA.
  • Pada Oktober 2019, Rudal tiongkok Dongfeng-41 secara resmi diluncurkan
  • Pada Juni 2020, Satelit Navigasi Tiongkok Beidou (BDS) akan sudah melengkapi semua jaringan secara global.

Ada banyak, banyak perangkat baru di Tiongkok saat ini. Hari ini, AU-PLA Tiongkok pada dasarnya telah membentuk campuran pertempuran yang kuat dari “pesawat tempur tiga generasi Ke-3 sebagai kekuatan utama, jet tempur generasi ke-4 sebagai tulang punggung.”

Hari ini, sekelompok besar kapal penggempur 052D, 052C, 055 besar, dan 001 kapal induk buatan domestik Tiongkok yang dipimpin oleh kapal Liaoning telah mendukung perbatasan laut Tiongkok.

Yang juga dilengkapi dengan jumlah banyak pesawat pengintai dan tempur tanpa awak, disamping ada jet-jet tempur: J-10,J-11, J-15, J-20. Sehingga kekuatan ini sudah tidak bisa dipandang remeh lagi bagi pihak barat dan AS. 

Waktu telah berubah dengan tajam, dan semua perubahan tidak hanya pembalikan "kekuatan" tetapi juga kebangkitan kekuatan besar! (Kekuatan dalam pencapaian teknologi satelit dan luar angkasa Tiongkok akan diposting pada tulisan berikutnya).

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri | sofreight.com | jamestown.org | latimes.com | latimes.com | nationalinterest.org | nationalinterest.org | bbc.com | nytimes.com | china.org.cn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun