Para pejabat Rusia berargumen bahwa serangan Suriah di Idlib menjadi perlu karena Turki telah gagal memenuhi kewajibannya untuk mengendalikan militan yang terkait dengan Al-Qaeda yang telah melakukan serangan reguler terhadap tentara Suriah di sana dan juga telah melancarkan serangan terhadap pangkalan Rusia di Suriah.
Pernyataan Perang Turki Terhadap Suriah
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menyatakan: "Sejak 27 Februari, pasukan pemerintah Suriah terus melakukan serangan yang mengerikan terhadap tentara Turki. Tentara Turki yang berjumlah 300.000 meluncurkan operasi militer 'Spring Shield', dan operasi militer Turki kini sudah berlanjut."
Jenderal Hulusi Akar saat ini berada di depan provinsi Idlib untuk mengarahkan perang di garis depan. Dia memanggil Kastaf angkatan bersenjata Turki, Komandan AD, AU untuk bermalam di markas taktis perbatasan Turki-Suriah.
Menurut Turki, Presiden Turki Erdogan langsung memimpin operasi militer dari 300.000 tentara Turki yang ada di Idlib.
Menurut sisi Turki, kali ini mengirim tentara untuk memerangi pasukan pemerintah Suriah dan tujuan akhir untuk menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad.
Menhan Turki Hulusi Akar mengatakan: "Kita bertekad untuk melanjutkan perjuangan kita melawan berbagai ancaman di perbatasan kita dengan tekad dan tindakan yang kuat."
Selanjutnya dia mengatakan: "Operasi Perisai Eufrat dan Cabang Zaitun telah berhasil melakukan Operasi Perisai Musim Semi dan telah berlanjut di lakukan di Provinsi Idlib, Suriah."
Sebenarnya pasukan pemerintah Suriah telah memulai operasi ofensif menggunakan AD dan AU Suriah sejak 6 Mei 2019, dan menyebabkan terjadinya sejumlah besar pengungsi Suriah.
Yang mengakibatkan pasukan oposisi Suriah juga meningkat, selama ini sudah 1500 warga sipil tak berdosa terbunuh, lebih 5000 orang terluka, dan menyebabkan 3,35juta orang terpaksa mengungsi.