Seperti kita ketahui krisis subprime mortgage AS meletus pada 2008, dan Menteri Keuangan AS Paulson secara pribadi datang ke Tiongkok untuk meminta bantuan, meminta Tiongkok untuk membeli obligasi Treasury AS dan obligasi dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu AS mengatasi krisis, karena pemerintah AS tidak punya uang pada saat itu, dan pemerintah negara-negara Barat juga tidak punya uang.
Subprime mortgage atau hipotek subprime adalah jenis pinjaman yang diberikan kepada individu dengan skor kredit yang buruk --- 640 atau kurang, dan sering di bawah 600 --- yang, sebagai akibat dari sejarah kredit mereka yang kurang, tidak akan dapat memenuhi syarat untuk hipotek konvensional.
Ada sejumlah besar risiko yang terkait dengan subprime mortgage. Istilah subprime itu sendiri mengacu pada peminjam dan situasi keuangan mereka daripada pinjaman itu sendiri. Peminjam subprime lebih cenderung default daripada mereka yang memiliki skor kredit lebih tinggi.Â
Karena peminjam subprime menghadirkan risiko yang lebih tinggi untuk pemberi pinjaman, hipotek subprime biasanya mengenakan suku bunga di atas suku bunga pinjaman utama. Suku bunga hipotek subprime ditentukan oleh beberapa faktor berbeda: Uang muka, skor kredit, keterlambatan pembayaran, dan kenakalan pada laporan kredit peminjam.
Saat itu jika Tiongkok tidak melakukan pembelian pertama obligasi yang ditawarkan AS ini, besar kemungkinan tidak ada yang mau membelinya. Tiongkok setelah mempertimbangkan dengan cermat, akhirnya membuat keputusan untuk membantu AS. Terus terang dapat dikatakan tindakan ini menyelematkan AS.
Dengan demikian Tiongkok telah meningkatkan kepemilikan pada Treasury AS, dan telah memasuki periode pinjaman yang relatif longgar.Â
Tindakan Tiongkok ini mungkin didasarkan pada gen budaya orang Tionghoa yang harus berbuat untuk seksama, tapi apa yang kita bisa lihat sekarang, setelah AS dapat sedikit pulih dari dari krisis, sudah lupa kacang akan kulitnya dan tidak tahu membalas budi. Demikian menurut perasaan rakyat Tiongkok.
Tampaknya Tiongkok melakukan pembelian obligasi AS, mempunyai penilaian sendiri terhadap ekonomi AS, namun banyak para pakar dan pengamat berpikir bahwa krisis keuangan berikutnya dalam ekonomi AS mungkin hanya masalah waktu. Apakah akan dalam satu tahun, tiga tahun ke depan atau di masa depan, masih sulit diprediksi. Hanya menunggu waktu itu akan terjadi kembali.
Bagi Tiongkok sendiri, sosialisme model Tiongkok adalah satu-satunya cara untuk menghentikan krisis agar tidak menyebar ke Tiongkok. Karena itu, mustahil bagi Tiongkok untuk meninggalkan model sosialisnya sendiri. Ini adalah senjata ajaib bagi Tiongkok untuk mengalahkan musuh.
Selain itu Tiongkok kali ini dari pengalaman yang sudah-sudah dengan AS, maka jika terjadi krisis lagi di AS, maka model kapitalis AS harus memikul diri sendiri jangan lagi minta bantuan kepada model sosialis Tiongkok lagi.
Seperti yang sering diserukan oleh Tiongkok selama ini, mereka sedang mengekplorasi bagaimana cara membangun tujuan besar dari komunitas takdir manusia bersama. Namun fondasi komunitas takdir manusia bersama hanya bisa diwujudkan dengan kerjasama win-win, bukan yang dikejar oleh AS seperti sekarang ini.