Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Seberapa Besar Potensi Perang India-Pakistan 2019

9 Maret 2019   13:16 Diperbarui: 9 Maret 2019   13:29 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua belah pihak yang memiliki kebutuhan ini, apakah itu dari dalam negeri atau pihak lain dari strategi permainan ini karena adanya permintaan yang kuat.

Kemudian perbedaan antara India dan Pakistan pada serangan teroris.  India mengatakan bahwa Pakistan yang melakukan ini. Orang-orang ini mendengarkan Pakistan. Pakistan mengatakan orang-orang ini bersembunyi di India. Tetapi mereka tidak mendengarkan kita (Pakistan), kita tidak bisa mengendalikannya. Sejak "9.11" Pakistan menyatakan, mereka telah membunuh lebih dari 70.000 orang, yang untuk semuanya mereka telah membayar lebih banyak jiwa dalam perang melawan terorisme, jadi mereka tidak bisa mengatakan bahwa ada teroris di negara mereka atau dipelihara mereka.

Akan tetapi, dilihat dari reaksi setelah serangan teroris, kita dapat melihat bahwa strategi India selalu adalah bahwa mereka berada dalam situasi tekanan tinggi, dan itu akan menguntungkan bagi masyrakat internasional dengan menggunakan keunggulan militernya. Dan India merasakan dibenarkan untuk menekan Pakistan untuk menyelesaikan masalah ini. Ini menjadi pemahaman India, sedangkan hasilnya apakah akan baik  atau tidak, itu menjadi persoalan lain.

Bagaimana kita bisa membujuk India untuk mau berbicara, membiarkan India berbicara tentang berbagai hal tanpa merusak posisi dari prinsip Pakistan, adalah arah diplomatik pihak Pakistan. Oleh karena itu, pihak Pakistan bermain untuk melakukan perang,  tujuannya juga agar mau berbicara. Jadi dari titik ini, kita dapat melihat bahwa motif India dan Pakistan tidak terlalu sama, mereka tidak terlalu mirip, sehingga ada peningkatan dalam kasus situasi yang sama, kemudian menemui jalan buntu, dan kemudian menurun, proses seperti itu selalu silih berganti seperti ini.

alutsista-militer-india-pakistan-5c835af16ddcae68e36d5513.png
alutsista-militer-india-pakistan-5c835af16ddcae68e36d5513.png
Sumber: www.theguardian.com
Sumber: www.theguardian.com
Menurut analisis pengamat militer, kekuatan AU-India menurut data lebih unggul dari Pakistan. Namun pada sudut pandang saat ini, kerusakan lebih pada pihak India.

Hal ini terjadi karena medan perangnya saat ini termasuk aksi pertempuran kota. Ini bukan ekspansi besar-besaran dari pertahanan penuh,  bukan kekuatan nasional yang komprehensif secara umum, perlu untuk menghadapinya di daerah kecil, lebih tergantung pada tingkat misi operasional. Peran macam ini lebih mengandalakan kualitas reaksi pilot terhadap reaksi satu sama lain, apakah kombatan lawan cukup kuat, termasuk permainan cepat dalam mengambil keputusan ini sangat penting. Jadi dalam proses ini, kompetisi ini adalah seperti bertinju, tegantung bagaimana menggunakannya, siapa yang merespons lebih cepat, siapa yang menang.

Pengamat militer berpandangan, masalah di sini karena India merasa lebih percaya diri dari Pakistan pada tahun-tahun ini, baik dalam kekuatan militer atau dalam seluruh situasi diplomatik, India merasa bahwa pada dasarnya merasakan dapat menghancurkan Pakistan dengan mudah. Oleh karena itu, dalam menghadapi hal semacam itu, di India terutama di bawah tekanan pemilu, gagasan India yang berkeingian melampiaskan kebencian untuk menghela nafas lega, dengan memanfaatkan keunggulannya dalam militer.

Jadi ketika merencanakan apa yang disebut tindakan hukuman terhadap Pakistan, ada lebih atau kurang konsep yang terbentuk sebelumnya, yaitu, mereka pasti bisa mengalahkan Pakistan, dan mereka tidak akan berani melawan. Tetapi pada kenyataannya, ini adalah salah penilaian atas kemampuan lawan. Hal ini seharusnya tidak menjadi masalah bagi India, karena pilot AU-India harus memiliki pemahaman tentang tingkat teknis dan taktis Pakistan.

Jadi tampaknya politisi India tidak mengerti, jika dilihat serangan 14 Pebruari baru diadakan tindakan pembalasan pada 26 Pebruari, jadi ada selang 12 hari untuk melakukan persiapan serangan. Itu berarti Komandan lapangan India bisa melakukan persiapan lebih dini untuk melakukan pembalasan.

Dengan bagaimana harusnya melakukan serangan, bagaiman mempersiapkan alutsistanya, apakah pertarungan mereka akan bergerak maju dll, dalam 12 hari seharusnya bisa dipersiapkan dengan hati-hati dan rinci.

Tapi tampaknya mereka hanya berada dalam keadaan siap, dan mereka lalu melakukan penggempuran. Hal ini seperti apa yang yang telah India lakukan pada dekade yang lalu. Strategi militer India untuk serangan keluar selalu berpola seperti ini menurut para pengamat militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun