Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bagaimana Industri Penerbangan Tiongkok Dapat Mengejar Ketertinggalan dari Barat dan AS?

12 Januari 2019   20:56 Diperbarui: 23 Januari 2019   09:49 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang banyak kita ketahui, untuk menguasai tekologi tanpa "buang duit" sepertinya tidak mungkin. Tongkok selama ini ketinggalan dari AS dan negara Barat dalam perlombaan ini dalam perlombaan ini. Selain itu level teknologinya juga masih sangat rendah. Dapat ibarakan seperti seorang murid SD yang belum lulus harus ikut ujian masuk ke perguruan tinggi, jelas kwalifikasinya tidak memadai. Maka dapat dikatakan perlombaan dalam bidang teknologi penerbangan, Tiongkok merupakan pendatang baru, namun mereka berusaha untuk mengejar ketinggalan ini.

Negara-negara yang angkatan udaranya kuat di dunia, kesenjangan di bidang aviasi militer cukup jauh, jadi Tiongkok pikir untuk mengivestasikan uang banyak untuk pengembangan mesin pesawat  tidak akan rugi.

Mengapa Tiongkok menganggap menginvestasikan uang banyak untuk mesin pesawat itu pantas?

Karena nereka ingin mengimbangi kekuatan pertahanan udaranya dengan Barat dan AS. Kita bisa lihat AS sebagai kekuatan AU besar dunia terletak pada kemampuan dalam membuat mesin pesawat, dengan memiliki mesin pesawat yang kuat maka dapat mengembangkan kemampuan pesawat, dengan dapat menambah pemuatan berbagai macam perlengkapan persenjataan, dan memungkinkan pesawat untuk lebih bermanuver lebih komplek. Sebaliknya jika kekuatan mesin pesawatnya lemah, untuk berlombaan pada garis yang sama, satu-satunya hanya bisa mengurangi sesuatu. Dengan mengurangi sesuatu pada pesawat, akan berakibat kekuatan dan kemampuan pesawat perbedaannya akan sangat besar.

Dari sudut pandang ini, ahli mengatakan, performa dari mesin pesawat menentukan 70% dari performa pesawat. Jika Mesin pesawat setelah ditentukan maka tingkat kinerja pesawat pada dasarnya telah ditetapkan. Jadi pandangan ini teletak pada garis dasar periode pengembangan adalah sangat masuk akal. Tapi jika bicara soal teknologi penerbangan, mucul lompatan pengembangan maka ketika itu juga akan muncul hal yang lain.

Misalnya, muculnya pesawat nir awak. kemudian ada beberapa indikator teknis yang dulunya merupakan indikator sulit di masa lalu, yang mungkin memerlukan indikator lebih rendah.  Kemudian beberapa indikator teknis yang dulunya merupakan indikator tinggi di masa lalu mungkin perlu diturunkan, sehingga yang mungkin lebih penting saat ini bukan lagi mesin. Ini adalah teknologi kontrol kecerdasan buatan (IA), siapa pun yang dapat mengontrol teknologi lebih maju mereka yang akan berada di posisi terdepan. Jadi sebenarnya, pengembangan mesin Tiongkok juga memiliki kesempatan untuk menyalip. 

Namun ada yang mengatakan bahwa mesin pesawat bukan satu-satunya faktor yang menentukan kinerja suatu jet tempur. Jadi ada yang mengatakan dari sudut pandang lain yang mengatakan bahwa karena sangat sulit untuk mengembangkan mesin dan teknologi itu, sedang  yang lain sudah tersedia, apakah tidak beli saja ke luar negeri saja?

Namun masalah mesin pesawat, apakah bisa mengandalkan pihak lain untuk membantunya? Dan menyelesaikan  masalah ini dengan mengimpor dari luar? 

Kita ketahui banyak negara tidak meliliki mesin pesawat buatan sendiri, lalu bagaimana bagi Tiongkok dengan tidak memiliki mesin pesawat sendiri apakah itu baik?

Tapi jika dilihat secara obyektif keadaan dunia selama ini, masalahnya jika Tiongkok mengimpor mesin dari luar negeri, andaikata tidak dikeani embargo, bisa saja Tiongkok langsung mengimpor dari luar dan mereka bisa langsung naik tingkat, ini merupakan prasyarat. Itu  jika Tiongkok tidak mendapat pembatasan.

Namun premis ini tidak akan ada untuk negara besar seperti Tiongkok, baik karena kekuatan ekonomi dan militernya yang besar. Dan ini pasti dipahami semua pihak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun