Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Strategi Trump terhadap Tiongkok Dinilai Teradikal Bisakah Berhasil?

30 Desember 2018   18:35 Diperbarui: 30 Desember 2018   18:54 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berjabat tangan saat makan malam di perkebunan Mar-a-Lago di Pantai Palm Barat, Florida, pada 6 April 2017. Kantor Berita Xinhua / Getty Images

"Skenario mana pun tidak memberi Tiongkok insentif untuk mengatasi masalah apa pun yang kami angkat," kata Ryan Hass, seorang pejabat tinggi tentang masalah Tiongkok di Dewan Keamanan Nasional dari 2013 hingga 2017. (Maksudnya skenario yang dibicarakan semua tidak memberikan keuntungan apapun terhadap Tiongkok.)

Tiongkok bisa saja menunggu Trump hingga tidak menjabat, para ahli memberi tahu bahwa karena Trump hanya akan berada di kantor untuk tidak lebih dari enam tahun lagi, sedangkan Presiden Tiongkok Xi Jinping siap untuk memerintah Tiongkok selama beberapa dekade. Oleh karena itu Beijing dapat menahan tekanan saat ini dan menunggu pemerintahan baru yang kemungkinan akan kurang agresif. (baca: Pasang Surut Hubungan AS-Tiongkok dalam Perspektif Sejarah Modern  )

Itu berarti pendekatan Trump tidak mungkin akan berhasil dalam waktu dekat, dan mungkin benar-benar merusak hubungan dalam waktu lama setelah Trump tidak menjabat lagi.

"Pemerintahan Trump mendiagnosis masalah yang tepat," kata Hass, "tetapi muncul dengan obat yang salah."

Interaksi dengan Tiongkok, yang berarti dialog yang konsisten dan signifikan pada bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, telah mendefinisikan hubungan Washington-Beijing sejak era Nixon. Tetapi untuk memahami betapa berbedanya Trump berurusan dengan Tiongok kini.

Perbedaan bagaimana dua presiden terakhir AS - George W. Bush dan Barack Obama dalam mendekati Tiongkok.

Kedua pemimpin menginginkan Tiongkok untuk menjadi "pemangku kepentingan yang bertanggung jawab (responsible stakeholder)," istilah Washington yang luar biasa jelek yang sebagian besar berarti mereka berharap Beijing akan mematuhi aturan global, kerja-sama meskipun ketika negara itu memperoleh kekuatan luar biasa. 

Dua presiden terakhir ini memiliki strategi yang sangat mirip untuk melihat itu terjadi: menghendaki Tiongkok bertindak lebih seperti Amerika.

Pada tahun 2001, misalnya, Bush memberikan status perdagangan permanen kepada Tiongkok. Sehingga memungkinkan Beijing untuk bertukar barang dan jasa dengan AS - tetapi dengan sedikit atau tanpa tarif. Dengan harapan Tiongkok akan membuka pasar Tiongkok ke dunia dan bahwa seiring waktu, Tiongkok akan mulai mematuhi praktik perdagangan global yang berlaku.

www.vox.com
www.vox.com
Presiden Xi Jinping dan Presiden Barack Obama selama kunjungan kenegaraan presiden Tiongkok ke AS pada 25 September 2015.   Kantor Berita Xinhua / Getty Images

14 tahun kemudian, Obama mencapai kesepakatan dengan Tiongkok untuk mengekang serangan siber. Berbulan-bulan sebelum perjanjian, Tiongkok diduga telah meretas ke Kantor Manajemen Personalia --- kepala sumber daya manusia pemerintah AS - dan mencuri informasi sensitif dari jutaan warga Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun