Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pasang Surut Hubungan AS-Tiongkok dalam Perspektif Sejarah Modern

26 Desember 2018   09:39 Diperbarui: 26 Desember 2018   09:48 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.biography.com

Tiongkok adalah negara berkembang terbesar di dunia dan Amerika Serikat (AS) adalah negara maju terbesar dunia. Hubungan perdagangan dan ekonomi antara Tiongkok dan AS sangat penting bagi kedua negara dan juga bagi stabilitas dan perkembangan ekonomi dunia.

Sejak terjalinnya hubungan diplomatik, perdagangan bilateral dan ikatan ekonomi antara Tiongkok dan AS telah berkembang dengan mantap. Kemitraan yang erat telah dibangun di mana kepentingan kedua negara menjadi lebih dekat dan lebih luas. Kedua negara telah mendapat manfaat dari kemitraan ini, seperti halnya negara-negara lain di dunia.

Sejak awal abad baru khususnya, di samping kemajuan pesat dalam globalisasi ekonomi, Tiongkok dan AS telah diamati perjanjian bilateral dan aturan multilateral seperti aturan WTO, dan hubungan ekonomi dan perdagangan telah tumbuh semakin dalam dan lebih luas.

Berdasarkan kekuatan komparatif mereka dan pilihan pasar, kedua negara telah membangun hubungan yang saling menguntungkan yang menampilkan sinergi struktural dan konvergensi kepentingan. Kerja sama yang erat dan saling melengkapi ekonomi antara Tiongkok dan AS telah mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan industri dan optimalisasi struktural di kedua negara, dan pada saat yang sama meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai nilai global, mengurangi biaya produksi, menawarkan variasi produk yang lebih besar, dan menghasilkan manfaat luar biasa untuk bisnis dan konsumen di kedua negara.

Tiongkok dan AS berada pada tahap perkembangan yang berbeda. Mereka memiliki sistem ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu beberapa tingkat gesekan perdagangan adalah wajar. Namun kuncinya terletak pada bagaimana meningkatkan rasa saling percaya, mempromosikan kerja sama, dan mengelola perbedaan. 

Dalam semangat kesetaraan, rasionalitas, dan bergerak untuk saling bertemu di tengah jalan, kedua negara telah menyiapkan sejumlah mekanisme komunikasi dan koordinasi seperti Komisi Bersama Perdagangan dan Perdagangan, Dialog Strategis dan Ekonomi, dan Dialog Ekonomi Komprehensif  (Joint Commission on Commerce and Trade, the Strategic and Economic Dialogue and Comprehensive Economic Dialogue).

Masing-masing telah melakukan upaya luar biasa untuk mengatasi semua jenis hambatan untuk memajukan hubungan ekonomi dan perdagangan, yang telah berfungsi sebagai ballast (pemberat) dan pendorong hubungan bilateral secara keseluruhan.

Tapi sejak Donal Trump menjabat presiden AS pada tahun 2017, pemerintah baru AS telah mencanangkan "America First". Dengan meninggalkan norma-norma dasar saling menghormati dan konsultasi yang setara yang memandu hubungan internasional. Alih-alih, mereka dengan berani mengkhotbahkan unilateralisme, proteksionisme, dan hegemoni ekonomi, membuat tuduhan-tuduhan yang tampak dibuat-buat terhadap banyak negara dan kawasan-kawasan lain terutama ditujukan ke  Tiongkok,  dengan mengintimidasi negara-negara lain melalui langkah-langkah ekonomi seperti mengenakan tarif, dan berupaya memaksakan kepentingannya sendiri pada Tiongkok melalui tekanan ekstrem.

Tiongkok untuk menanggapi tindakan AS ini, dari perspektif kepentingan bersama kedua pihak serta tatanan perdagangan dunia. Mereka lebih memilih pada  prinsip penyelesaian perselisihan melalui dialog dan konsultasi, dan menjawab kekhawatiran AS dengan tingkat kesabaran dan itikad yang baik.

Sisi Tiongkok tampaknya berusaha berurusan dengan perbedaan-perbedaan ini dengan sikap mencari titik temu sambil menyimpan perbedaan. Ini telah mengatasi banyak kesulitan dan melakukan upaya besar untuk menstabilkan hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS dengan mengadakan putaran diskusi dengan pihak AS dan mengusulkan solusi praktis.

Namun tampaknya pihak AS telah menentang dan terus menantang Tiongkok. Sebagai akibatnya, gesekan perdagangan dan ekonomi antara kedua belah pihak telah meningkat dengan cepat selama periode waktu yang singkat, menyebabkan kerusakan serius pada hubungan ekonomi dan perdagangan yang telah berkembang selama bertahun-tahun melalui kerja kolektif dari kedua pemerintah dan kedua bangsa, dan menimbulkan ancaman besar bagi sistem perdagangan multilateral dan prinsip perdagangan bebas.

Pola Perkembangan Sejarah Dunia

Pola perkembang dunia bukanlah akan seperti apa yang dibayangkan oleh AS dan bukan seperti yang akan didorong oleh Tiongkok untuk multi-polaritas. Pola dunia perkembangan dunia tampaknya akan menjadi dua pola yang sangat kuat, dua pola kuat ini adalah Tiongkok dan AS. Demikian menurut bebrapa analis hubungan AS-Tiongkok.

Namun alam hubungan AS-Tiongkok akan menentukan proses dasar kehidupan manusia untuk hubungan internasional. Jika kedua negara berlawanan mereka akan berlawanan, jika keduanya berkooperasi mereka akan bekerjasama.

Tampaknya hubungan internasional pada abad ke-21 pola dasarnya ditentukan oleh bagaimana Tiongkok dan AS untuk menentukannya.

Tampaknya bagi Tiongkok yang utama mengharapkan untuk berkooperasi, karena menurut pengalaman Tiongkok pada abad ke-20 menunjukkan, jika mereka bekerja-sama bisa saling menguntungkan, jika berlawanan akan sama-sama luka dan berdarah-darah.

Jika Tiongkok dan AS bertempur kedua belah pihak akan sangat menderita dan berdarah-darah. Sebalik jika berkooperasi, kedua belah pihak saling mendapat keuntungan yang besar.

Misalnya pada tahun 1940an ketika AS-Tiongkok bersatu melawan Imperalis Jepang. Pada saat itu Tiongkok meskipun alutsista  militernya sangat tertinggal, dan latihan militernya juga sangat terbelakang, performance dari militernya juga buruk. Namun dalam perspetif strategi militer Tiongkok menunjukkan kehebatannya, meskipun kondisinya sangat lemah tapi sangt ulet, sehingga dapat menyeret kesatuan elit militer Jepang.

Pandangan Politik Mendiang Presiden AS Franklin D. Roosevelt

Sumber: www.biography.com
Sumber: www.biography.com
Jika kita perhatikan selama ini, mengenai pentingnya perang perlawanan Tiongkok terhadap sejarah dunia. Yang memberi definisi terbaik bukan orang Tiongkok, melainkan adalah politisi Amerika, yang saat itu sebagai Presiden AS --- Fanklin Roosevelt.

Roosevelt pada 7 Desember 1941, setelah Pearl Harbour di serang Jepang,  AS menyatakan Perang. Pada awal tahun 1942, Roosevelt dalam pidatonya di hadapan Kongres menyatakan bahwa dia menyarankan Kongres AS untuk memberi bantuan kepada Tiongkok, namun karena ada sebagian anggota Kongres tidak setuju dengan usulan untuk membantu finansial kepada Tiongkok. Mereka mengatakan memberi sumbangan finansial kepada Tiongkok tidak ada gunanya.

Tapi Roosevelt memberikan pandangannya kepada anggota Kongres kala itu, dengan menerapkan UU sewa kepada Tiongkok saat itu. Dia mengatakan bahwa setiap orang harus melihat kembali peran Tiongkok. Roosevelt mengatakan, "Kalian harus bisa melihat Tiongkok dalam keadaan sangat terbelakang, namun sangat ulet, dapat menahan 80% AD Jepang, 20% AL Jepang, 1/3 AU Jepang."

Dalam pidatonya Roosevelt mengisyaratkan tentang Prancis yang seharusnya tidak boleh menyerah terhadap Nazi-Jerman saat itu, karena alutsista Prancis sangat baik. Saat itu Prancis memiliki total Tank tempur melebihi Jerman, pesawat tempur juga setara, Prancis seharusnya tidak boleh menyerah, karena alutisistanya sangat baik, tapi mereka tidak bisa berperang, berperang dalam sebulan sudah kalah dan menyerah.  Sedang Tiongkok alutsistanya sangat miskin, namun Tiongkok sangat ulet, pantang menyerah, setelah bertempur beberapa tahun dapat bertahan. Dia membicarakan nilai strategi tempur Tiongkok. Dia mengatakan jika Tiongkok berprilaku seperti Prancis menyerah kepada Jepang, dunia pasti berubah. Dipastikan seluruh dunia akan berubah, sejarah dunia juga akan berubah.

AS percaya setelah Jepang menyerah, Jepang tidak akan membiarkan Tiongkok begitu saja, secara ekonomis akan menguras habis SDA dan SDM Tiongkok untuk digunakannya. Jika ini terjadi apakah tidak akan mengangkat kekuatan Jepang naik setingkat. Secara militer Jepang pasti akan membentuk kelompok koalisi militer Tiongkok-Jepang.

Roosevelt percaya jika koalsi militer Tiongkok-Jepang terbentuk pasti akan menghantam Siberia, kemudian merealisasi koalisi militer Jepang-Jerman di Siberia. Jika ini terjadi maka medan Perang Eropa akan berakhir

Kemudian koalisi militer Tiongkok-Jepang, dia memperkirakan akan menyerang India, maka sebelum P.D. II berakhir, Imperialis Britania akan habis. Jika militer Tiongkok-Jepang lebih lancar lagi, maka Australia juga akan diserang, maka pintu barat AS di Pasifik juga akan habis.

Maka seluruh sejarah dunia akan berubah. Ini adalah pandangan sepihak AS. Dan ini juga mengapa pada P.D. II berakhir, Roosevelt mempertahankan gagasannya Tiongkok harus menjadi salah satu 4 polisi besar dunia menjadi salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Dan ini bisa dikatakan sumbangsih Tiongkok pada sejarah P.D. II suatu ekspresi yang paling baik. Roosevelt bisa dengan perumpamaan yang terburuk, dengan mengandai-katakan jika Tiongkok menyerah dan mengikuti Jepang. Maka semua sejarah dunia akan berubah.

Jadi dalam keadaan Tiongkok begitu miskin akan alutsista, namun begitu ulet melakukan perang perlawanan, sehingga menyebabkan peperang melawan kamp pertempuran imperalis Jepang akhirnya dapat dimenangkan. Makna ini sungguh besar sekali.

Di atas merupakan salah satu pandangan dan kesimpulan Tiongkok terhadap sejarah abad ke-20 atas Amerika, dan sejarah hubungan AS-Tiongkok.

Jadi jika kedua negara AS dan Tiongkok bersatu berkerjasama ternyata sejarah membuktikan bisa menghancurkan imperalis Jepang; bisa menekan Uni Soviet keluar dari Afgasnistan; memaksa jagaon kecil di ASEAN --- Vietnam keluar dari Kamboja. 

Sebaliknya jika kedua negara ini beratam, dua-duanya akan berdarah-darah. Perang Korea dan Peran Vietnam telah membuktikan ini. Akhir dari kedua perang ini Tiongkok menderita korban yang banyak sekali, demikian juga AS.

Sejak AS bediri hingga kini, telah berperang sebanyak 260 kali, hampir semuanya memenangkan perang, hanya dalam kedua Perang ini AS tidak memenangkan perang.

Ini semua sebagai bukti pengalaman mendasar sejarah abad ke-20 hubungan AS-Tiongkok. Bersatu mereka berhasil, sebaliknya keduanya akan berdarah-darah.

Maka Tiongkok sangat mengharapkan kedua belah pihak bisa berjalan bersama sebagai partner. Namun sekarang, hubungan Tiongkok-AS masuk dalam periode yang sangat sulit, para analis dan intelektual Tiongkok menyerukan warganya perlu adanya persiapan mental.

Para Analis Memandang Hubungan AS-Tiongkok 

Pada umumnya mereka melihat ada tiga perubahan struktural:

Pertama, dalam negeri AS terjadi perpecahan, golongan kanan dan kiri pecah sangat menyolok, bahkan sangat mencemaskan. Dengan kata yang lebih gamblang AS sudah memasuki masa menopause, sifatnya menjadi aneh-aneh tidak baik, sebanarnya sebelum ini sifatnya baik, sangat lucu, sangat percaya diri, kini menjadi sangat sensitif dan mudah marah-marah atau uring-uringan.

Kedua, sedang dari Tiongkok terjadi perubahan sangat percaya diri.

Ketiga, timbulnya faktor lain yang bersifat "manja" misalnya India, Vietnam, Jepang menjadi faktor "manja." Asalnya hubungan AS-Tiongkok memang mempunyai hubungan tidak baik, ditambah dengan kemanjaan pihak ketiga, maka secara struktural hubungan Tiongkok-AS menjadi lebih kurang baik.

Selain itu ada satu unsur yang bersifat komtemprer, yaitu presiden AS yang baru sekarang, yang berasal dari pedagang, yang menempat keuntungan dari segalanya, setiap saat selalu memperioritaskan untuk Amerika --- membeli barang Amerika, mempekerjakan warga Amerika, sangat sensitif, dan mudah tersinggung, kikir dalam perhitungan, sehingga menimbulkan ketidak pastian.

Trump oleh para netizen disebut Tuan yang tidak dapat diandalkan. Maka struktur hubungan berubah menjadi tidak menguntungkan, dan kini secara jangka pendek, karena adanya unsur kecil ini membuat hubungan Tiongkok-AS menjadi tidak nyambung.

Ditambah lagi dengan menjelang pemilu di AS, dalam upaya Trump untuk bisa memanangkan kembali untuk pemilu periode kedua untuk masa berkuasa 8 tahun, baru akan meninggalkan gelangang politik. Kita melihat ini merupakan jangka pendek, tapi perubahan struktural hubungan AS-Tiongkok akan menjadi panjang. Sehububngan dengan itu, selanjutnya akan timbul banyak persoalan, dikarenakan adanya berubahan struktural yang disebabkan sebagian golongan di AS ini, akan berakibat ketidak pastian dalam hubungan AS-Tiongkok, yang berakibat mulai akan timbulnya masalah.

AS Memposisikan Tiongkok Sebagai Lawan

Kini yang paling utama, AS memposisikan Tiongkok sebagai lawan strateginya. Sebelum ini AS memposisikan Tiongkok pada pihak yang tidak memuaskan dalam partner kerjasamanya. AS tidak merasa puas penuh dengan Tiongkok. Sehingga setiap hari memarahi Tiongkok. Namun pada akhirnya tetap saja bekejasama. Namun prinsipnya sebagai partner yang tidak memuaskan.

Tapi kini justru memposisikan Tiongkok sebagai lawan strateginya. Ini merupakan penposisian baru bagi Tiongkok dari AS. Dan hal ini menjadi sangat serius, dan menjadi fokus utama dalam friksi perdagangan kedua negara.

Maka dari itu dikemudian hari akan banyak persoalan yang akan muncul kepermukaan. Masalah Taiwan akan kembali muncul dan mempengaruhi hubungan AS-Tiongkok, Laut Tiongkok Selatan, masalah nuklir Korut, meskipun akhir-akhir ini terlihat berjalan dengan baik, namun beberpa analis melihat masih belum sungguh-sungguh terselesaikan, suatu waktu akan bisa meledak lagi.

Akhir-akhir ini teori "Ancaman Tiongkok" terus diembuskan, masalah HAM juga tidak bisa dihapuskan. Kemudian polemik dan perselisihan masalah Laut Timur cepat atau lambat AS akan ikut mengintervensi, kemudian terkahir ini mencetuskan strategi Indo-Pasifik, untuk menggantikan strategi Asia-Pasifik. (baca: Menilik Strategi Pemerintahan Trump-AS "Indo-Pasifik  )

Maksud dan tujuan dari strategi Indo-Pasifik adalah ingin menggunakan "Kartu India" selain ada jurus lain dari AS dengan ingin berkoalisi dengan Rusia untuk melawan Tiongkok. Pemikiran ini tampaknya ada, meskipun saat ini masih belum berhasil, namun ide masih ada.

Membentuk WTO2.0

Kini AS sedang mempertimbangkan untuk membentuk "WTO2.0"  Pada tahun 2001 AS mendorong Tiongkok masuk WTO, kemudian ternyata Tiongkok dapat menyesuaikan diri dengan WTO, bahkan telah terjadi seolah ikan masuk dalam air, kini AS merasa menyesal.

Sebenarnya kenyataan setelah Tiongkok masuk WTO, volume perdagangan Tiongkok-AS berkembang menjadi besar, kedua belah pihak mendapat keuntungan. Namun AS menjadi mudah tersinggung, dengan mengatakan Tiongkok lebih untung dari AS,  kini AS merasa tidak bisa menerima keadaan ini.

Akhir-akhir ini AS sedang mendorong suatu gagasan baru yang disebut "WTO2.0"

Apakah itu "WTO2.0"? AS bersama sekutunya Jepang, Korsel, Eropa, Kanada, Meksiko, akan memberlakukan "Kebijakan Tiga Nol"  diantara mereka, dengan menetapkan: nol tarif, nol hambatan perdagangan, nol subsidi. 

Sebenarnya ini telah melampaui ketentuan WTO yang sekarang, dengan melaksanakan WTO2.0,  hal ini bertujuan untuk menyingkirkan Tiongkok.

Selain itu AS ingin merusak gagasan Tiongkok "One Belt One Road Intiative." Hal ini jelas akan menciptakan kesulitan bagi hubungan AS-Tiongkok. Dengan memposisikan Tiongkok pada posisi yang baru untuk dijadikan lawan strateginya.

Kekahwatiran Timbul Perang Dingin Baru

Kini telah ada perang dagang yang sedikitnya telah berlangsung setengah tahunan lebih, yang menimbulkan serangkaian masalah.

Tampaknya yang menjadi pokok masalah bagi, karena AS tidak ingin Tiongkok bangkit dan berkembang melebihi AS. Mereka selama ini meremehkan Tiongkok, ada rasa rasis didalamnya, dan juga karena negara komunis, jadi menurut AS tidak seharusnya Tiongkok berkembang dan bangkit. Menurut pandangan AS ini tidak ilmiah dan ini sangat menyakitkan bagi AS.

Namun jika kita lihat secara obyektif, ini sebagai buah hasil upaya ketekunan rakyat Tiongkok, itu merupakan hak asasi mereka, mereka merasa berhak untuk bangkit dan berkembang. Tapi kenyataan ini tidak bisa diterima dan menyakitkan AS.

Tindakan Tiongkok Menghadapi Tekanan AS

Tampaknya bagi Tiongkok untuk menghadapi situasi demikian mereka melakukan persiapan diri dengan membenahi masalah dalam negeri dan luar negerinya sendiri, dengan mempertimbangkan negara Tiongkok adalah negara besar, industrialisasinya juga sudah lengkap. Selama situasi domestiknya stabil, siapapun akan susah menyerang untuk mengalahkannya.

Maka mereka menganggap masalah pokoknya sekarang, harus melakukan reformasi dalam negerinya sebaik mungkin, dengan melakukan reformasi ekonomi dengan meningkatkan kualitasnya ke tingkat sebagaimana untuk bisa bersaing dengan pihak luar, dan dapat bermanfaat bagi publiknya dan publik harus bisa merasakannya.

Ke dunia luar harus terus mempromosikan tata ruang Tiongkok sendiri di dunia, apa yang yang mereka ingin lakukan ya melakukannya, tidak perlu mendengar keluhan-keluhan AS. Mereka tampak punya ketetapan hati percaya diri dalam melakukan persoalan domestiknya.

Para intelektual Tiongkok menyarankan untuk masalah luar negeri harus melangkah tenang dan tidak terlalu terburu-buru dan tetap tenang untuk melangkah tenang maju ke depan. Yang penting mengatur posisi dirinya di laur negeri sudah cukup, maka akan baik-baik saja. Yang penting adalah melakukan reformasi dalam negerinya.

Perkiraan Hubungan AS-Tiongkok Masa Depan

Pengamat dan analis memperkirakan hubungan AS-Tiongkok masa depan akan terjadi persaingan dan kerjasama, tetapi tampaknya persaingan dalam 10 tahun ke depan akan lebih dominan. Percekcokan akan lebih sering dari yang sudah-sudah dari yang terjadi selama ini.

Apakah situasi demikian akan timbul Perang Dingin Baru yang komprehensif?

Meskipun pada 4 Oktober lalu Wakil Presiden AS --- Mike Pence menyatakan dalam suatu pidatonya dengan secara langsung menguntuk Tiongkok, ada beberapa ulasan di AS dengan mangatakan: bahwa dia telah mendeklarasikan Perang Dingin Baru, namun secara struktural hal ini masih belum bisa terjadi.

Berdasarkan opini publik AS, publik AS masih belum siap untuk melakukan Perang Dingan Baru dengan Tiongkok, demikian juga dengan sekutu-sekutu AS tidak akan mau mengikutinya, Tiongkok juga tidak ingin itu terjadi.

Maka menurut para analis dan ahli, dapat dikatakan Perang Dingin Baru masih bisa dihindari. Sehingga hubungan AS-Tiongkok untuk masa depan akan lebih banyak terjadi persaingan dan percekcokan yang akan lebih banyak terdengar. Namun Perang Dingin Baru masih bisa dihindari.

Tapi masih ada beberapa titik panas yang memungkinkan bisa terjadinya bentrok langsung, misal masalah Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan. Dua lokasi ini bisa terjadinya konflik langsung.

Tapi tampaknya pertama Tiongkok akan menghindri bentrok langsung. Kedua, jika terjadi bentrok langsung harus bisa mengkontrol skalanya. Ini harus dilakukan Tiongkok

Menurut analis dalam jangka menengah persaingan yang sesungguhnya ada dua.

Pertama, siapa yang bisa melakukan reformasi politik domestiknya dengan baik, maka dialah yang bisa tak terkalahkan.

Pertimbangannya, di dunia kini ada kurang lebih 200 negara, negara yang benar-benar bisa dikalahkan (jatuh) oleh dirinya sendiri (karena konflik internal dan makar), dan tidak dapat dikalahkan oleh pihak asing di dunia hanyalah ada dua negara --- yaitu Tiongkok dan AS.

Rusia secara militer tidak akan bisa dikalahkan oleh siapa pun, karena mereka memiliki senjata nuklir. Tapi ekonomi Rusia cukup rentan, mereka telah terperangkap dengan hanya tergantung dengan sumber daya, jika kekuatan asing bersama-sama melakukan tekanan ekonomi, mereka bisa kolaps.

Jadi seperti Rusia tidak memiliki kemampuan untuk tidak terkalahkan oleh kekuatan luar, dan hanya bisa terkalahkan oleh dirinya sendiri. Sedang negara-negara lain lebih tidak mungkin lagi.

Maka dari itu jika Tiongkok dan AS berkompetisi, pertama harus bisa me-reformasi dengan baik urusan domestiknya. Yang kedua, melakukan revolusi industri, siapa yang bisa berhasil melakukan revolusi industri 4.0 . Dialah yang akan memimpin  dunia kelak.

Jadi kuncinya memperbaiki domestik negaranya akan menjadi yang tak terkalahkan. Dan siapapun yang berhasil melakukan revolsui industri 4.0 dialah yang akan menguasai masa depan.

Tampaknya hubungan AS-Tiongkok yang memburuk kini bisa mengalami penderitaan satu dekade. Tapi secara optimis jika Tiongkok dapat melangkah dengan tenang dan memposisikan dirinya dengan baik. Maka untuk sepuluh tahun ke depan, AS pelan-pelan akan bisa menerima kenyataan atas perkembangan dan kebangkitan Tiongkok.

Seperti jika dilihat dari hubungan AS-Tiongkok selama 40 tahun terakhir ini, hubungannya sangat hangat dan akrab serta sangat berhasil. Tapi kini menjadi sulit dan memusingkan karena kesuksesan ini.

Selama ini Tiongkok sangat berhasil memanfaatkan kesempatan kehangatan hubungannya dengan AS, dan berhasil memperkembangkan diri. Tapi setelah berhasil berkembang, AS berubah tidak dapat menerima kenyataan ini. Yang tadinya begitu lemah, mereka merasa iba kepada Tiongkok, maka mereka mengajak untuk bangkit.

Tapi kini Tiongkok mulai bisa menyetarakan kedudukannya dengan AS, dan ini menjadi tidak biasa bagi AS. Jadi menurut para analis jika ingin ada perubahan situasi justru sikap AS yang harus berubah. Dari segi kekuatan Tiongkok kini telah berubah menjadi kuat, jadi perlu bagi AS untuk merubah sikap pandangannya.

Tampaknya AS kini kurang percaya diri, sehingga coba mencari alasan untuk memposisikan Tiongkok pada posisi baru. Selama ini AS memposisikan Tiongkok dari sebagai partner menjadi lawan, ini suatu sikap yang sangat negatif, maka analis memperkirakan hubungan AS-Tiongkok setelah 40 tahun ini akan kurang baik dari sebelumnya.

Namun kita ketahui bahwa keadaan tidak akan menuju Perang Dingin Baru seperti yang telah dibahas diatas.

Namun kini meskipun terjadi friksi dan tampaknya masih bisa terkontrol. Maka banyak analis yang optimis untuk sepuluh tahun ke depan hubungan ini akan berjalan pada rel yang normal. Dan hingga kini Tiongkok selalu menghindari isitilah "Perang Dagang" selalu menyebutkan "Friksi Perdagangan."

Apakah setelah Trump tidak menjabat presiden, hubungan AS-Tiongkok akan tetap buruk seperti sekarang?

Sejak Trump menjabat presiden, hubungan dagang  AS-Tiongkok terus memburuk, media Barat banyak menyebutnya dengan Perang Dagang (Trade War), namun pemerintah Tiongkok sebanarnya lebih berhati-hati, tidak menggunakan istilah "Perang Dagang" namun dengan istilah "Gesekan Perdagangan"

Kita bisa perhatikan Kementerian dan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, selama ini belum pernah menggunakan istilah "Perang Dagang/Trade War, " melainkan menggunakan istilah "Gesekan Perdagangan/Trade Friction." Kaum intelektual dan media Tiongkok juga tidak terlalu keras dan tidak sembarangan menggunakannya.

Tapi media Barat pada umumnya menggunakan "Perang Dagang/Trade War" sehingga memberi kesan hubungan dagang AS-Tiongkok pasti akan berkembang memburuk.  Ini pasti ada agenda khusus dari Trump dan orang sekitarnya dibelakang layar, sengaja menempatkan masalah perdagangan ini sangat penting, kalkulasi mereka sangat jelas, dengan menunjukkan rasa permusuhan terhadap Tiongkok yang sangat besar, bisa menjadikan kelompok orang-orang ini cukup eksklusif.

Selain itu mereka butuh alasan politis, dimana akhir tahun ada pemilu pertengahan (November lalu), karena perkiraan pada pemilu ini dukungannya tidak terlalu bagus, maka mungkin dengan ini bisa mendapat dukungan dari warga AS untuk meningkatkan dukungannya.

Disamping itu Trump kini menghadapi kesulitan karena sedang diusut untuk "Russian Gate" oleh lawan politiknya Partai Demokrat menuduh pada pemilu tahun 2016 yang lalu Trump ada kolusi dengan Putin, dan ini sedang diadakan penyelidikan.

Maka dengan melakukan perang perdagangan ini, untuk mengalihkan perhatian pihak lawan politiknya. Dan untuk mengalihkan perhatian warga AS, ini akan menjadi salah satu yang memberi kebaikan/keuntungan bagi diri Trump.

Tapi masih ada satu alasan,  karena Trump merasa kini situasi ekonomi AS sedang dalam keadaan lumayan baik, laporan mingguan ekonominya sedang menanjak, sedang Tiongkok sedang dalam keadaan terkoreksi ekonominya. Jadi Trump merasa kesempatan ini jarang bisa ditemui, maka Trump merasa ini satu kesempatan terbaik.

Ditambah lagi dengan AS kini memposisikan Tiongkok pada posisi sebagai lawan strateginya, maka hal ini membuat hubungan AS-Tiongkok pada situasi yang buruk. Berubah dari yang tadinya sebagai partener terbatas kini menjadi lawan strateginya.

Jadi dalam situasi banyaknya permasalah di atas ini, AS melancarkan perang dagang. Dan timing ini datangnya sangat pagi sekali dari perkiraan, sangat cepat dan dahsyat.

Tapi menurut perhitungan beberapa analis, pertengahan tahun depan 2019 situasi ini akan berakhir. Kedua pihak akhirnya akan berkompromi. Alasannya karena AS berperang dagang dengan Tiongkok, bukan dari sudut ekonomi secara murni tapi dikarenakan adanya alasan dan agenda khusus.

Alasan khusus itu adalah pada 20 Januari tahun lalu, saat mengambil alih jabatan dari Obama, keadaan ekonomi AS sudah sangat sehat, kekuatan pasar AS sangat kuat. Pasca krisis moneter terus menerus menuju perbaikan dan pulih.

Dan Presiden Obama orang yang jujur dan polos tidak neko-neko, dia membantu memulihkan ekonomi AS. Maka bisnis AS dalam keadaan sangat kuat dan sedang pulih sembuh dari luka-lukanya, pemerintah membantu. Maka Trump saat menerima jabatan presiden Januari tahun lalu, ekonomi AS sudah dalam keadaan sangat baik, pondasinya juga baik.

Justru dalam keadaan ekonomi baik ini, AS melakukan "4 infus darah", dan "4 stimulus".  Pertama, pengurangan pajak dari 35% menjadi 21%, kebijakan ini sangat membantu bisnis.

Kedua, menyerukan dana dan devisa AS di luar negeri untuk dibawa pulang kembali, sebagian dana ini kembali ke AS, ini memberikan rangsangan besar terhadap AS.

Ketiga, Trump berjanji untuk berinvestasi di infrastruktur satu trilyun USD, berinvestasi di bidang infrastruktur berbasis besi, jalan raya, infrastruktur jalan kereta api. Ini semua telah membawa pengaruh atas bergeraknya ekonomi, dan sangat menyolok sekali.

Ke-empat, adalah langkah-langkah mendiang Presiden Obama pasca krisis moneter, kebijakannya di batalkan semua. Membiarkan kembalinya kegiatan spekulasi keuangan, dengan sendirinya kegiatan keuangan mejadi sangat aktif.

Mengapa dikatakan pertengahan tahun depan bisa meredah, karena sudah sehat dan diberi infus dan stimulus, keadaan menjadi sangat aktif dan meloncat-loncat tidak bisa berdiri tenang, siapapun dihantam. Tidak hanya melakukan perang dagang ke Tiongkok saja, juga terhadap Eropa, negara-negara tetangga, Jepang, bahkan Turki.

Jadi karena terlalu bersemangat semua diajak beratam, tapi sebenarnya status keuangan tidak begitu normal, saat ini melancarkan perang dagang, jika pihak lain menghantam mereka (AS), menyakiti mereka, mereka tidak akan merasa sakit. Tapi petengahan tahun depan, diperkirakan semua efek infus dan stimulus sudah akan menurun.

Satu seruan untuk menarik pulang kembali dana AS dari luar negeri, itu akan ada batas waktunya, tapi tahun depan diperkirakan akan habis dan selesai.

Saat dana orang Amerika yang ditarik dari luar telah habis. Dan pemotongan pajak efeknya juga akan berkurang, memang pada tahun pertama pengurangan pajak efeknya sangat besar, tapi tahun kedua akan sangat merosot.

Dan investasi infrastruktur pertama sangat besar satu trilyun USD, tetapi setelah perdebatan di Kogres, ternyata skala tidak besar. Kerena satu triliun dibagi untuk 10 tahun, jadi setahun hanya seratus milyar USD. Sedang plafon ekonomi AS adalah 20 trilyun USD, apa pengaruhnya dengan 100 milyar USD.

Maka dapat diprediksi oleh analis tiga kebijakan stimulus diatas ini pertengah tahun depan pengaruhinya akan berkurang. Kemudian pengendoran pada saat krisis moneter dan regulasi keuangan mengarah pada spekulasi dan menyebabkan Wall Street menjadi aktif sekali. Namun semua orang khawatir akan terjadinya bubble di Wall Street.

Setelah terjadi bubble, terjadi kekhawatiran akumulatif ekspektasi risiko yang terus memberat, diperkirakan resiko ini akan sangat serius, maka dana segar dari luar tidak akan ditarik pulang kembali ke AS. 

Maka pada saat itu ekonomi AS akan terus merosot, ketika itu AS akan menjadi lebih bijak, jadi diperkirakan oleh analis kemungkinan hingga pertengahan tahun depan akan masuk dalam suatu periode baru. Sehingga kedua belah pihak AS-Tiongkok akan duduk berunding, sikapnya akan lebih setara dan saling mengalah, akhirnya akan terjadilah konsensus dan tercapai kesepakatan.

Dan selanjutnya kita harapkan akan terjadi hubungan normal kembali antara negara AS dan Tiongkok, dan terjadi perdamaian dunia dan kesejahteraan umat manusia. Semoga in benar-benar terjadi.... kita semua menginginkan dunia aman dan damai serta sejahtera...

Sumber: Media Tulisan dan TV Luar Negeri

The Facts and China's Position on China-US Trade Friction : Information Office of the State Council The People's Republic of China September 2018.

US-China trade tensions escalate before Buenos Aires meeting.

Biography Franklin d Roosvelt by Annie Lennox

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun