Beberapa ahli Timur Tengah percaya bahwa berdasarkan situasi saat ini di Suriah, AS jelas berada dalam posisi bertahan, dan menghadapi bahaya untuk dipaksa keluar setiap saat.
Selain itu, kamp militan oposisi berstruktur kompleks terdiri dari banyak faksi dan pendukung, Â mereka termasuk negara-negara Barat seperti AS serta negara-negara Teluk dan Turki --- permainan seperti apa yang dimainkan negara-negara ini satu sama lain tidak diketahui.
Jadi untuk masalah medan perang, Rusia sebenarnya memiliki keuntungan tertentu di seluruh Suriah. Medan perang lain adalah meja perundingan. Kita dapat melihat bahwa ketika sampai pada negosiasi tentang Suriah, AS sebenarnya telah terpinggirkan, sehingga mekanisme negosiasi yang ada saat ini, atau mekanisme negosiasi yang benar-benar dapat berperan bisa jadi adalah negosiasi Jenewa, yang terdiri dari Jerman, Prancis, Rusia , dan Turki --- itu tidak ada hubungannya dengan AS.
Jadi AS berada dalam posisi yang kurang menguntungkan ketika untuk berkontes dengan Rusia atas Suriah.
Karena itu, tujuh tahun perang sipil di Suriah bisa dikatakan tujuh tahun bahwa Obama dan Trump kalah. Tetapi Rusia, yang berada di bawah tekanan strategis AS justru memperoleh keuntungan yang cukup nyata di Suriah.
Jadi, apakah AS akan membiarkan masalah ini berakhir? Untuk tingkat apa konfrontasi antara AS dan Rusia meningkat sengit?
Stasiun TV Rusia-1 mngungkapkan latihan militer skala besar dari 1 hingga 8 September yang diselenggarakan oleh Angkatan Laut Rusia dan Angkatan Udara di Laut Mediterania.
Pada saat itu, latihan di Laut Mediterania mencapai puncaknya, tiba-tiba ada tamu yang tidak diinginkan muncul --- kapal perusak AL-AS USS Burke. Setelah jet tempur Rusia menemukan itu, mereka segera lepas landas dan melakukan terbang lintas (flybys) dekat di atas kapal perang AS.
Kedua belah pihak saling memamerkan kekuatan mereka, tekad mereka, dan posisi menguntungkan mereka, jadi mereka terus-menrus melenturkan otot-otot, semua ini menjadi permusuhan yang normatif dan spesifik.
AS selain mengamati secara dekat operasi militer Rusia, menurut laporan-laporan media Rusia, sejak awal 2018, di bawah kendali AS, NATO telah mengadakan lebih dari 100 kali latihan militer --- sedangkan sebelumnya hanya sembilan kali diadakan dalam lima tahun lalu.
Untuk jumlah ini, NATO beralasan karena "Rusia bersiap untuk menyerang," dan juga meningkatkan jumlah tentara di kawasan Laut Baltik barat daya Rusia dari 2.000 orang pada tahun 2015 menjadi 15.000 orang.