Rusia akan mulai mengirimkan sistem rudal anti-pesawat S-400 ke Turki tahun depan! Tanggal pengiriman ini kira-kira satu tahun lebih awal dari tanggal pengiriman awal yang diberikan oleh Rusia sebelumnya!
Berita penting ini muncul saat wawancara yang dilakukan oleh Anadolu Agency Turki dengan Victor Kladov, Direktur untuk Kerja Sama Internasional dan Kebijakan Regional Departemen Rostec Rusia pada 21 Agustus.
Pada 23 Agustus, waktu lokal AS, Departemen Luar Negeri AS membuat tanggapan terhadap pembelian sistem rudal anti-pesawat S-400 untuk Turki, juru bicara Heater Nauert mengatakan bahwa AS menentang mitra atau sekutunya di seluruh dunia membeli sistem S-400, Rusia, Â mengatakan bahwa sistem ini "tidak kompatibel" dengan sistem militer NATO. Juga, AS tidak akan mengecualikan sanksi yang akan dikenakan terhadap pembelian sistem ini.
Turki juga membuat respon yang sangat kuat terhadap penentangan AS ini, Presiden Turki Erdogan menunjukkan bahwa Turki memiliki hak untuk membentuk sebuah kekuatan pertahanan nasional yang otonom, dan negara-negara lain tidak punya hak untuk bergosip/berkomentar tentang hal itu.
AS berusaha menghalangi Turki untuk membeli sistem rudal anti-pesawat Rusia S-400. Tapi Turki telah mencapai konsensus baru dengan Rusia, bahwa sistem rudal anti-pesawat S-400 akan dikirimkan tahun depan.
AS mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menjual kepada Turki dengan 100 jet tempur F-35, dan Turki mengatakan itu baik-baik saja, dan bisa saja Turki akan membeli jet tempur generasi kelima Rusia, Su-57. Mereka sudah mencapai konsensus.
Hubungan Turki-NATO
Sekarang, kita dapat mengamati bagaimana hubungan Turki dengan NATO, sebenarnya justru Turki menjadi salah satu tempat NATO meminta sesuatu darinya, bukan Turki yang meminta sesuatu dari NATO. Karena Turki memainkan peran strategis lintas-regional, dan jika ketegangan AS-Turki meningkat lebih lanjut, Turki mungkin memberi tekanan pada AS bersama NATO.
Turki telah mengalihkan pandangannya ke Rusia dalam upaya untuk menggunakan Rusia untuk memberikan tekanan kepada AS dan sekutu NATO, untuk menuntut agar sekutunya memenuhi tuntutan untuk berbagai kepentingan Turki.
Pada 12 Agustus, lima negara Rusia, Iran, Turki, Kazakhstan, Azerbaijan, dan Turkmenistan yang berbatasan dengan Laut Kaspia mengakhiri lebih dari 20 tahun perselisihan dan menandatangani perjanjian bersejarah yang menegaskan posisi Laut Kaspia.