Pada 21 Agustus, di Pameran Industri Pertahanan Nasional yang diadakan di Teheran, Iran merilis dan memamerkan jet tempur "Kowsar" yang dirancang secara otonom dan diproduksi pertama kali di Iran. Presiden Iran Rouhani juga muncul dalam pameran tersebut.
CNN mengomentari ini dengan mengatakan bahwa dari tampilan jet tempur baru ini, dapat dilihat bahwa menghadapi tekanan ekonomi dan diplomatik AS, Iran sedang mencoba untuk menunjukkan kemandirian untuk kekuatan militernya.
Rouhani juga mengkritisi AS, menggunakan tongkat-tongkat besar untuk menjatuhkan sanksi baru-baru ini, dan menciptakan friksi ekonomi dan perdagangan di mana-mana, bahkan tidak membiarkan sekutu-sekutunya terlepas darinya sekalipun.
Antisipasi Turki Terhadap Sanksi AS
Dalam twitternya Trump berkicau: Saya baru saja mengesahkan penggandaan Tariff pada Baja dan Aluminium sehubungan dengan Turki berakibat mata uang mereka, Lira Turki, meluncur turun dengan cepat terhadap dolar kita yang sangat kuat! Aluminium sekarang akan menjadi 20% dan Baja 50%. Hubungan kita dengan Turki tidak bagus untuk saat ini!
Dalam keadaan demikian Presiden Turki Erdogan berseru: "Kita adalah sekutu NATO, dan kemudian AS menusuk Turki mitra strategis dari belakang seperti ini. Siapa yang bisa menerima hal semacam ini?"
Pada tanggal 14 Agustus, Recep Tayyip Erdogan berpidato menyerukan kepada rakyat Turki untuk membeli lira dan memboikot barang-barang AS. Dia juga secara spesifik menyebutkan nama iPhone yang diproduksi oleh Perusahaan AS dengan nama Apple.
Pada 15 Agustus, Turki mengeluarkan perintah eksekutif untuk menaikkan tarif pada beberapa produk yang diimpor dari AS. Perintah eksekutif menyatakan bahwa produk AS yang dinaikkan tarifnya termasuk mobil, minuman keras, tembakau, produk make-up, beras dan batu bara, di mana tarif minuman keras meningkat 140%, tarif mobil meningkat 120%, tembakau dan tarif produk make-up meningkat 60% , tarif beras meningkat 50%, dan tarif buah-buahan meningkat 20%.
Jumlah total barang yang dikenakan tarif oleh Turki meningkat sekitar 1 miliar USD, yang setara dengan total peningkatan tarif baja dan aluminium AS yang diterapkan terhadap Turki pada bulan Agustus ini.
Sanksi tampaknya menjadi monopoli dalam kebijakan luar negeri pemerintahan Trump, demikian komentar "Washington Post"