Kita dapat melihat bahwa setelah lebih dari satu tahun Trump sebagai presiden, ia tampaknya telah membenci semua orang, dan belum mampu berurusan dengan siapa pun. Seluruh metodenya tampak kacau di permukaan, tetapi dalam kenyataannya, ia memiliki sesuatu dalam kalbunya. Itu akan muncul secara bertahap, kunci fundamental ini masih untuk memperkuat hegemoni AS, yang tidak berubah dari masa lalu.
Tetapi Trump telah menyadari bahwa dalam tren baru ini, era sedang berubah, dan situasi kekuatan internal juga berubah. Dalam tren baru ini, AS perlu mengubah cara mereka mengokohkan hegemoninya.
Masalah inti bagi Trump adalah untuk menerobos ini, dan sebenarnya, dalam kalbu dalamnya, ia ingin menetapkan sesuatu, ia ingin membangun sistem internasional baru atau tatanan internasional baru yang membantu mempertahankan hegemoni AS.
Bagaimana bernegosiasi, dan apa yang akan dinegosiasikan, serta apa yang harus ditetapkan dan aturan baru apa saja yang akan dipandu oleh Amerika.
Beberapa analis telah menunjukkan bahwa melihat keputusan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dan tindakannya lain terhadap hubungan AS dengan sekutu Eropanya telah ditarik ke titik terendah sejak Perang Irak pada tahun 2003.
Semua manuver Trump ini tidak diragukan lagi menunjukkan Rusia berkesempatan untuk menarik Eropa ke sisinya. Seperti apa yang dikatakan seorang kolumnis di Rusia: Meskipun sebelum ini, topiknya adalah "Rusia dan Barat," sekarang kita harus membedakan antara "Rusia dan AS" dan "Rusia dan Eropa. "
Analis memandang, apakah hubungan Rusia-Eropa dapat mencapai terobosan tergantung pada banyak faktor di masa depan, bagaimana permainan tiga kekuatan intrik ini dimainkan antara AS, Rusia, dan Eropa?
Saat wawancara Trump dengan wartawan "The Sun": mengatakan: "Nah, jika mereka melakukan kesepakatan seperti itu, kemungkinan besar, karena kita akan berurusan dengan Uni Eropa daripada berurusan dengan Inggris, jadi mungkin akan mematikan kesepakatan dengan .... Jika mereka melakukan itu, kesepakatan perdagangan mereka dengan AS mungkin tidak akan dibuat." (Well, if they do a deal like that, it will most likely, because we'll dealing with the EU instead of dealing with the UK, so it will probably kill the deal with.... If they do that, their trade deal with the US will probably not be made.)
Meskipun Trump selalu menjadi pendukung Brexit, dia sangat tidak senang dengan kebijakan "Brexit Lunak (soft Brexit)" Theresa May, sebaliknya, kepada mantan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson yang mengundurkan diri karena mendukung "Brexit keras (hard Brexit)", Trump tidak punya penilaian apa-apa selain pujian.
Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Eropa, mengatakan: "Saya tidak suka ide ini, kadang-kadang saya mencurigai pemerintah Amerika berniat untuk memisah-misahkan Uni Eropa menjadi negara-negara anggota ketika untuk persoalan berdagang."
Dengan serangkaian serangan kata-kata dan tindakan Trump, perbedaan antara dua sisi pantai Atlantik ini tampaknya semakin membesar.