Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketegangan Masalah Denuklirisasi Semenanjung Korea

30 Mei 2018   18:30 Diperbarui: 31 Mei 2018   04:25 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 16 Mei, Senator AS, Rand Paul mengatakan bahwa DPRK telah membebaskan tiga warga AS dan mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan uji coba rudal nuklir. DPRK telah membuat konsesi, tetapi AS tidak membuat kemajuan apa pun.

Juga pada 16 Mei, Kantor Berita Pusat Korea menyiarkan pernyataan media Wakil Menlu Pertama Kim Kye-gwan, yang mengatakan bahwa beberapa pejabat senior Gedung Putih dan pejabat Departemen Luar Negeri AS, termasuk John Bolton, telah membuat beberapa pernyataan mengenai denuklirisasi yang tidak berusaha untuk memecahkan masalah melalui dialog, dan akan mencoba untuk menciptakan kembali nasib Libya dan Irak yang runtuh, setelah benar-benar menyerahkan negara mereka kepada negara-negara utama bagi DPRK.

Seperti kita semua tahu, setelah Libya menyerahkan semua teknologi untuk pengembangan nuklirnya, tetapi pada saat itu, AS tetap tidak saja belum puas dan mencari segala alasan untuk menyerang Libya dan bahkan membunuh Gaddafi di jalanan, sampai negara Libya hancur dan kacau serta membuat sengasara rakyatnya hingga kini.

Jadi mengapa DPRK dengan tegas menolak untuk menggunakan model Libya, dan telah secara terbuka mengatakan: "Kita semua telah melihat bagaimana Libya berakhir, jadi pasti tidak akan mengikuti rute ini." Dan apa yang paling tidak disukai DPRK adalah bagaimana mereka telah secara aktif menyerahkan senjata nuklir, tetapi AS memandang DPRK sebagai negara yang kalah. Itu yang tidak akan diterimanya.

Menurut laporan "New York Times", Gaddafi dan nasib Libya selalu mendapat perhatian dari DPRK. Ketika militer gabungan dari berbagai negara melakukan serangan udara terhadap Libya, DPRK mengatakan bahwa negara-negara Barat menggunakan "denuklirisasi" ini sebagai taktik untuk menyerang negara-negara lain.

Dan denuklirisasi "complete, verifiable, and irreversible (lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah)", juga dikenal sebagai CVID, adalah ide yang diusulkan oleh Bolton pada tahun 2003.

CVID kependekan dari  "Complete, Verifiable, Irreversible and Dismantling."

Tidak seperti John Bolton, mantan Direktur CIA AS Mike Pompeo menyebutkan "PVID" untuk pertama kalinya ketika dilantik sebagai Menteri Luar Negeri AS pada 2 Mei 2018.

Pomeo mengatakan: "Kami berkomitmen untuk pembongkaran senjata pemusnah massal permanen, dapat diverifikasi, dan tidak dapat dibatalkan, dan melakukannya tanpa penundaan."

Meskipun PVID dan CVID hanya berbeda satu huruf, "complete (lengkap)" diganti oleh "permanent (permanen)" telah menarik banyak perhatian dari dunia luar.

Beberapa analis percaya bahwa "denuklirisasi permanen" bahkan lebih luas dan lebih kuat daripada "denuklirisasi lengkap", yang menunjukkan bahwa AS ingin membuat DPRK secara permanen menyerahkan senjata nuklir dan tidak pernah mengembangkannya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun