The "Wall Street Journal" melaporkan pada 14 Mei, bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan selama wawancara dengan ABC bahwa jika pemerintah Eropa terus berurusan dengan Iran berdasarkan perjanjian nuklir Iran yang lama, pemerintah Eropa akan menghadapi sanksi Amerika.
Perjanjian nuklir baru Iran yang diusulkan AS akan menggantikan perjanjian sebelumnya, dan akan menerapkan pembatasan yang lebih ketat atas kegiatan nuklir Iran, mengakhiri program rudalnya dan mencegah agar tidak mendukung kelompok militer.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menekankan bahwa Iran tidak akan merundingkan kembali perjanjian nuklir, dan tidak akan menerima revisi atas konten dalam perjanjian tersebut.
Moh. Javad Zarif mengatakan: "Biarkan saya membuatnya jelas sekali lagi dan untuk selamanya. Kami tidak akan mengalihdayakan (outsource) keamanan kami, kami juga tidak akan menegosiasikan kembali atau menambah kesepakatan yang telah kami terapkan dengan itikad baik.
Foad Izadi, seorang Professor Politik Internasional Universitas Tehran, Iran mengatakan: "Pembentuk kebijakan luar negeri Iran menyadari, semua pihak, sudah berkonsensus sekarang, bahwa Anda tidak dapat benar-benar bisa mempercayai AS, Anda tidak dapat benar-benar membuat perjanjian dengan AS. Sudah menjadi konsensus di negara-negara bahwa cara untuk berurusan AS dengan tidak memberi AS lebih banyak konsesi, cara untuk berurusan dengan AS adalah dengan cara melawan dan membuat situasi internasional Anda lebih kuat untuk dapat berbicara dengan AS dari segi posisi kekuatan."
Negara-negara Eropa pernah menyarankan AS untuk tidak mundur dari perjanjian nuklir Iran, tetapi AS minta dengan kondisi perjanjian nuklir Iran harus direvisi, dan perjanjian baru harus dibuat.
Tetapi di mata Iran, perilaku semacam ini benar-benar tidak dapat diterima, karena Iran percaya bahwa perjanjian nuklir Iran pada mulanya adalah perjanjian yang dicapai oleh beberapa pihak (negara), dan bahwa melanggar perjanjian ini adalah kesalahan dirinya sendiri, sehingga Iran tidak harus menerima kesalahan pihak lain untuk mengundurkan diri untuk menanggung atau membayar kesalahan negara-negara lain.
Jadi jika Iran harus menerima perjanjian yang lebih ketat yang lebih besar menekan pada hal itu, Â mungkin bertentangan dengan tujuan pembangunan jangka panjang Iran.
Kekhawatiran Keempat Tentang Iran; Apakah perjanjian nuklir Iran akan mempengaruhi negosiasi nuklir DPRK mendatang?
Dengan AS mundur dari perjanjian nuklir Iran, situasi Timur Tengah bukanlah satu-satunya yang terlibat.
Pemimpin Minoritas Senat AS Chuck Schumer mengatakan keluarnya AS dari perjanjian nuklir Iran, yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, akan membuat pecahnya dengan sekutu Eropa dan Asia, dan membuatnya lebih sulit untuk menjalin kesepakatan dengan DPRK (Korea Utara) Â atas program nuklir AS dan DPRK. (lihat youtube dibawah ini)