Analis dan pengamat melihat, ini bukan perang dagang yang komprehensif, tapi secara politis ini hanyalah sebuah pertunjukan yang hebat, jadi setengahnya untuk perdagangan, dan setengahnya hanyalah manuver politik.
Saat ini, Trump secara sepihak menerapkan semua jenis kebijakan yang disebut proteksionisme perdagangan. Misalnya, dia mengatakan ingin menaikkan tarif untuk Tiongkok atau eksportir baja dan aluminium lainnya (termasuk Tiongkok), namun karena ini semua sepihak, maka hal ini akan melanggar perjanjian perdagangan bebas.
Sebagai tambahan, "fair trade" yang diusulkan Trump ini adalah istilah yang sangat aneh, dan sesuatu yang bertentangan dengan globalisasi.
"Era Trump" baru berjalan satu tahun, dan Trump telah menerapkan janjinya untuk melaksanakan konsep tata kelola "America First" agar "menjadikan AS hebat lagi." Â Dia telah membatalkan TPP, menandatangani larangan imigrasi, menaikkan tarif tinggi untuk produk yang masuk ke AS, dan mundur dari "Perjanjian Paris (iklim)," melanggar tradisi AS pasca Perang Dunia II yang hidup melalui globalisasi satu demi satu.
Banyak pihak yang mau tidak mau bertanya, sejak P.D. II, AS telah menjadi promotor dalam proses globalisasi, telah mendapatkan manfaat yang sangat besar darinya. Tapi kini, mengapa AS ingin menarik diri dari globalisasi? Apakah AS benar-benar menderita karena globalisasi?
Sejak Presiden AS Trump mengumumkan pada 1 Maret bulan ini, Â dia akan menerapkan tarif tinggi pada baja dan aluminium impor AS, hal ini telah menimbulkan oposisi dari banyak negara di seluruh dunia, dan lebih dari itu, bahkan di dalam Partai Republik AS sendiri juga terjadi perselisihan, dan perselisihan ini semakin meningkat.
Pertama-tama, lawan-lawannya adalah pengguna besar produk baja dan aluminium yaitu industri otomotif dan industri energi AS. Industri-industri ini sebanar yang besarnya sangat melampaui dari industri baja baik dalam nilai output maupun jumlah pekerja, dan industri, dan mereka inilah yang Trump tadinya berupaya dengan bekerja keras untuk memasukkan dalam timnya selama kampanye.
Steven Armstrong, Chief Operating Officer Ford Motors Eropa mengatakan: "Kami ingin memastikan bahwa kita dapat melakukan perdagangan lintas batas seperti yang kita lakukan hari ini, jadi saya berharap bahwa pada akhirnya, ketika semua diskusi selesai, kita tidak akan menghadapi beban tambahan pada saat bisnis kita sedang bergerak ke depan."
Dalam Kongres AS sendiri, banyak juga anggota Kongres yang tidak senang dengan pengumuman Trump tentang keputusan ini dengan tanpa komunikasi yang memadai dengan Kongres. Di Partai Republik khususnya, Ketua DPR Paul Ryan dengan jelas menyatakan keberatannya terhadap keputusan Trump, tapi Trump tetap bersikap keras terhadap hal ini.
Dalam wawancaranya Trump dengan reporter TV antara lain terjadi dialog sebagai berikut:
Reporter: "Paul Ryan mengatakan bahwa dia khawatir dengan perang dagang, apakah Anda akan menurunkan tarif?"