Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengamati Konsep "Cool War" Antara Amerika dan Rusia

2 Maret 2018   10:02 Diperbarui: 19 Maret 2018   10:30 4376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The National Interest

Hubungan AS-Rusia adalah salah satu hubungan kekuatan terpenting di dunia, dan kualitas mereka secara langsung mengarahkan arah perkembangan situasi global. Penulis pada awal tahun ini dan akhir tahun lalu pernah mem-posting tentang: Bisakah Rusia dan AS Berbaikan? dan  Pasang Surut Perseteruan AS-Rusia Berdampak pada Situasi Dunia

Baru-baru ini, laporan "Nuklir Posture Review (NPR)" terbaru AS menuduh Tiongkok dan Rusia mengembangkan kemampuan nuklir, dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa mereka akan menginvestasikan lebih banyak uang untuk mengembangkan kekuatan nuklir "three-in-one" baru, dan sekali lagi meningkatkan indeks permusuhan terhadap Rusia.

Situasi ini menyebabkan dunia masuk dalam era "Cool War." Apakah "Cool War" itu?

Memang banyak peneliti, pengamat dan analis mempercayai, kini hubungan Russia-AS lebih berada dalam situasi "Cool War"

Konsep "Cool War" dan "Cold War" serta "Hot War" ini dikemukakan oleh seorang Amerika. Di mana dikatakan menggunakan sistem senjata dalam skala besar untuk saling menembak itu disebut "Hot War". Sedangkan Perang Dingin atau "Cold War" jika tidak ada konflik bersenjata langsung, berhadapan langsung, namun ada oposisi (perang) antara dua belah pihak dalam bidang politik, ekonomi, diplomatik, dan ideologis, dan ada perang proxy, namun tidak ada konflik langsung antara kedua belah pihak. 

Sedangkan sampai tingkat militer, dalam "Cool War" terdapat tingkat yang lebih tinggi daripada "Cold War" (Perang Dingin). Dalam "Cool War"  tidak terdapat oposisi langsung sebagai perang yang saling memukul. Tapi lebih banyak elemen konflik militer daripada "Cold War" (Perang Dingin).

Istilah "Cool War" berasal dari artikel yang berjudul "Cool War" yang dipublikasikan di situs majalah "Foreign Policy" pada tanggal 20 Februari 2013 oleh seorang ilmuwan tamu di Carnegie Endowment for International Peace dalam editor khusus "Foreign Policy" David Rothkopf .

Dalam artikel tersebut mengklaimkan bahwa "Cool War" merupakan penerus dari "Cold War." Tapi bedanya adalah dalam "Cool War" sedikit lebih hangat daripada "Cold War" (Perang Dingin), karena meski tidak ada perang yang sebenarnya, nampaknya kedua pihak yang terlibat dalam "Cool War"  ini selalu melakukan tindakan ofensif dan terus berusaha merusak atau melemahkan pesaing atau lawan mereka.

Serangan AS Bertubi-tubi Terhadap Russia

Baru-baru ini, AS berulang kali menunjuk laras senapannya ke Rusia, dan terus meningkatkan dari serangan "Russiagate" dan "Hackergate" menjadi "Sanctiongate." Sebuah "perang diplomatik" dan "perang media".

Saat ini, Rusia telah secara langsung disebut "pesaing strategis", dan dunia luar tampaknya telah melihat perlombaan senjata akan dimulai dengan dimulai dari pistol AS yang menyalak. Mantan Menhan AS William Perry dengan cemas mengingatkan: "Kita (AS) ini telah memulai sebuah Perang Dingin yang baru. Kita sepertinya memasuki perlombaan senjata nuklir baru seolah-olah kita sedang dalam mimpi berjalan (ngelidur)."

Apakah ini berarti bahwa AS dan Rusia sedang menuju perang komprehensif? Apakah hubungan AS-Rusia benar-benar akan memulai penghitungan mundur ke "Cold War" baru?

Peringatan dari Bulletin Of Atomic Scientists

Sumber: thebulletin.org
Sumber: thebulletin.org
Hanya ada dua menit untuk sampai kiamat nuklir manusia! Pada tanggal 25 Januari 2018 "Bulletin of the Atomic Scientists" AS mengatakan bahwa mereka memindahkan "jam kiamat," yang merupakan ancaman perang nuklir ke depan hanya 30 detik, yang berarti bahwa hanya ada dua menit sampai tengah malam dan akhir umat manusia, ke "Kiamat" sejak "ColdWar' (Perang Dingin).

baca: Ada Apa Dibalik Slogan AS "Dunia Tanpa Senjata Nuklir" (1)

Dikatakan alasan mengapa jarum jam dimajukan ke depan karena pada tahun 2017, beberapa pemilik senjata nuklir terlibat dalam perlombaan senjata, yang meningkatkan risiko perang nuklir.

Untuk membuktikan risiko "Doomsday Clock" hal ini dikarenakan adanya prediksi dari AS yang merilis "NPR" terbaru pada 2 Pebruari 2018 waktu setempat. Laporan pemerintah Trump ini benar-benar memutar balikan dan membatalkan strategi pengurangan senjata nuklir era Obama, dan mengumumkan bahwa AS perlu memperkuat kekuatan nuklirnya dalam skala besar.

Trump mengatakan: Kita harus memodernisasi dan membangun kembali persenjataan nuklir kita, diharapkan tidak pernah digunakannya, tapi perlu membuatnya begitu kuat dan sangat kuat sehingga bisa menghalangi tindakan agresi oleh bangsa lain atau negara lain.

Jika strategi nuklir AS mengalami pengurangan di masa lalu, dengan laporan ini maka dimulai untuk bertambah.

Laporan ini mewajibkan militer AS untuk secara komprehensif memodernisasi senjata nuklir angkatan laut, darat dan udara, dan juga memperluas cakupan penggunaan senjata nuklir di AS, dan tidak mengecualikan penggunaan senjata nuklir untuk digunakan dalam pre-emptive (serangan dadakan terlebih dahulu) sebelum mengalami serangan nuklir.

Perlu dicatat bahwa dalam laporan ini dikatakan bahwa AS telah menyesuaikan strategi pencegahan (deterrent) nuklir untuk musuh-musuhnya, dan akan mempertahankan pendiriannya menggunakan senjata nuklir dalam "situasi yang ekstrim." Dan "musuh" yang dirujuk dalam hal ini adalah Rusia. Pejabat dari Pentagon percaya dengan mengembangkan senjata nuklir menjadi syarat penting untuk menjaga keseimbangan dengan Moskow.

Berdasarkan hasil penelitian terbaru dari lembaga penelitian yang relevan, saat ini Rusia memiliki sekitar 7.200 hulu ledak nuklir. Jika menyangkut jumlah, jumlah hulu ledak nuklir Rusia melebihi jumlah yang dimiliki AS. Jadi mereka percaya bahwa AS harus memperluas persenjataan senjata nuklirnya. Karena dengan melemahnya kekuatan militer AS akan menarik musuh AS untuk menyerang AS,  ketika menyangkut senjata nuklir strategis, sikap atau perasaan bagi orang AS yang merasa bisa dikalahkan harus dihentikan.

Menurut laporan 2 februari lalu dari situs publikasi mingguan "Defense News" yang berbasis di AS mengatakan, laporan "Nuclear Posture Review (NPR)" menunjukkan bahwa AS menambahkan dua jenis senjata ke alutsista senjata nuklirnya: satu jenis akan menjadi hulu ledak berdaya rendah sebuah rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam, dan yang lainnya akan menjadi rudal jelajah kapal selam yang baru diluncurkan. Senjata ini akan digunakan seperti yang akan digunakan sebagai deterrent terhadap Rusia.

Menghadapi strategi nuklir AS ini, Rusia tidak mau menunjukkan kelemahannya.

Pada 25 Januari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Pabrik Penerbangan Kazan di Gorbunova, Rusia, di mana Putin mengamati penerbangan pertama dari pembom strategis terbaru, Tu-160M2 atau yang oleh NATO disebut "White Swan" denga kode nama "Black Jack."

Sumber: The National Interest
Sumber: The National Interest
Dalam kunjungn survei ini Putin mengatakan: Penerbangan pertama TU-160M2 merupakan langkah penting untuk mengembangkan kapasitas pertahanan nasional yang ditingkatkan untuk industri berteknologi tinggi Rusia, karena ini akan menjadi penghubung dalam  "three-in-one" kekuatan nuklir militer Rusia -- ini adalah tonggak sejarah.

Tu-160M2 dimodernisasi dan di-upgrade berdasarkan pondasi Tu-160, dan mempertahankan bodi versi lama, namun memiliki peningkatan besar pada kemampuan mesin dan serangannya. Putin mengumumkan bahwa militer Rusia akan membeli 10 Tu-160M2 dalam 10 tahun, masing-masing berharga 15 miliar rubel yaitu sekitar 1,7 miliar (1 Rub = USD. 0,001762).

Kita dapat meramalkan bahwa masa depan pemerintahan Putin di Rusia masih akan terus berada dalam situasi kritis dengan kekuatan militer konvensional dan akan terus menginvestasikan lebih banyak senjata nuklir; dia akan mengembangkan untuk mengoptimalkan struktur kekuatan nuklir Rusia sambil mempertahankan posisi terdepan dalam senjata nuklir berbasis daratan.

Saling mengasah pedang antara AS dan Rusia membuat kekhawatiran seluruh dunia. Pada 16 Pebruari 2018, waktu setempat dalam Konferensi Keamanan Munich ke-54 yang berfokus pada masalah keamanan dunia dimulai di Munich, Jerman. Ketua Konferensi Keamanan Munich Wolfgang Ischinger memperingatkan selama sambutannya bahwa kurangnya kepercayaan antara AS dan Rusia tidak boleh "menjadi lebih buruk," dan risiko kedua jika dua belah pihak akan berperang akan terjadi yang terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin.  Jadi, apakah AS dan Rusia benar-benar akan kembali ke "Cold War" (Perang Dingin)?

Beberapa ahli percaya bahwa saat ini, hubungan AS-Rusia lebih dalam keadaan "Cool War".

Baru-baru ini, AS telah menerapkan serangkaian sanksi terhadap Rusia. Kedua belah pihak saling mengutuk, dan menolak mundur. Meski tidak ada "Hot War" perang panas, suasana "Cool War" ini cukup gawat.

Pada 29 Januari, Departemen Keuangan AS merilis daftar nama yang dikenal sebagai "Kremlin Report (Laporan Kremlin)." Daftar 210 orang ini termasuk PM Rusia Dmitry Medvedev, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, dan hampir setiap pejabat senior Rusia kecuali Presiden Rusia Vladimir Putin, juga 96 "oligarki" dengan estatenya lebih dari satu miliar USD.

Daftar tersebut awalnya dirancang berdasarkan " Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (Undang-Undang Penyangkalan Melawan Amerika Serikat)" yang disahkan pada musim panas 2017.

Sekretaris Pers Presiden Rusia Dmitry Peskov mengatakan secara blak-blakan bahwa "pada kenyataannya, semua orang yang masuk dalam daftar disebut musuh Amerika."

Begitu daftar itu diterbitkan, segera membuat marah Rusia mendapat kecaman marah rakyat di Rusia.

Dalam siaran langsung CGTN, seorang mantan penasehat politik Rusia dan seorang mantan pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, masing-masing marah terhadap AS dan Rusia tentang "Russiangate" dan daftar tersebut diatas.

Alexander Nekrassov, mantan penasehat politik Rusia mengatakan: "Anda tahu, bagi dinas intelijen AS bisa mengeluarkan daftar sampah itu sungguh keterlaluan, dan mengklaim memiliki dafar rahasia mengenai hal itu, maaf saja, ini bukan bukti. Ini adalah provokasi atau upaya untuk menutupi kegagalan Demokrat untuk memenangkan pemililhan yang baru lalu, karena..." kemudian terpotong oleh presenter. Namun dia meneruskan: "...alasan mengapa mereka mencari-cari ..."  Presenter: bagaimana Anda meramalkan ...? Ya...

Alexander meneruskan: "Biarkan aku menyelesaikan ini. Menurut pejabat dan mantan pejabat Amerika, semua orang dalam daftar ini akan mengalami masalah. Bahwa mereka mengatakan bahwa ini akan terjadi. Ini adalah tekanan, ini adalah pemerasan politik ketika menyangkut pejabat Rusia, dan ini sama sekali tidak dapat diterima."

Douglas Smith, Mantan Asisten Sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan: "Saya merasa menyesal, tapi dengan segala hormat, semua yang baru saja dikatakan benar-benar menggelikan."

Perang kata-kata  dilayar TV ini mencerminkan saling bermusuhan antara AS dan Rusia.

Secara relatif, tanggapan pemerintah Rusia sedikit lebih tenang, namun tetap menyatakan ketidak-senangannya.

Putin mengatakan: Kita harus menjaga ekonomi kita, dan pertanian mendukung ekspor, kedokteran, pendidikan, dan tentu saja pertahanan nasional. Pada saat itu, kita akan menyadari bahwa membuat daftar, ancaman dan intimidasi dalam upaya untuk menekan pembangunan ekonomi kita sama sekali tidak penting. Ingat pepatah, "Anjing-anjing itu menggonggong, tapi kafilah itu terus berlanjut."

Babab kontes antara AS dan Rusia tidak hanya mengingatkan kita pada abad terakhir lalu, ketika kedua negara adidaya AS dan Uni Soviet dan bahkan dua "blok" Pakta NATO dan Warsawa saling bertikai selama berpuluh-puluh tahun.

Selama Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, kedua belah pihak menarik garis pertempuran mereka, dan bertarung untuk hegemoni global, dalam sebuah pertempuran politik, ekonomi, dan militer.

Sudah 50 tahun eskalasi konflik antara AS dan Rusia terjadi, dan kali ini terjadi lagi, akankah sejarah terulang dengan eskalasi lagi? Apakah ini juga kondisi Perang Dingin antara AS dan Rusia? Jarang ada fenomena internasional yang bisa memancing pikiran dunia kembali ke Perang Dingin seperti konflik Rusia-AS ini.

Pada saat di mana AS dan Uni Soviet adalah "negara adidaya" dunia. Bertarung untuk hegemoni global, kedua negara dan sekutu mereka memulai berjuang selama beberapa dekade. Selama periode ini, walaupun perbedaan dan konflik mereka sangat parah, kedua belah pihak berusaha menghindari sebisa mungkin berperang berskala besar di seluruh dunia, agar tidak tejadinya Perang Dunia ke III.

Sebagian besar pertarungan terjadi melalui perang proxy regional, lomba teknologi dan perlombaan senjata, perlombaan luar angkasa, perlombaan diplomatik, dan semua metode "dingin" lainnya, di mana mereka saling menekan, namun tidak menggunakan kekerasan, itulah sebabnya mengapa disebut "Cold War (Perang Dingin)".

Tapi menurut cendikiawan Royal Institute of International Affairs-Inggris, Andrew Monaghan mengatakan, sejarah Perang Dingin telah "disalahgunakan" oleh kenyataan. Perang Dingin tampaknya telah menjadi sebuah keranjang, dan semua konflik bisa masuk dalam keranjang tersebut. Pada kenyataannya, taruhan intrik AS dan Rusia tidak memiliki syarat untuk memasuki "Perang Dingin".

Sebagian analis merasa dalam hal ini tidak bisa menggunakan konsep Cold War terlalu ringan. Perang Dingin adalah oposisi sistemik dan sistematis yang komprehensif antara dua blok besar. Perang Dingin memiliki beberapa sifat: yang pertama adalah oposisi ideologis. Kedua kubu mereka sangat jelas perbedaannya. Sifat lainnya adalah persaingan universal, atau kita bisa menyebutnya persaingan global. Itu tidak hanya terkonsentrasi di Eropa, Timur Tengah, Asia-Pasifik, dan sejauh wilayah Karibia dan kawasan Afrika. Ada proxy, atau bayang-bayang kegiatan AS dan Uni Soviet di semua wilayah.

Jika kita mengukur kontes antara Rusia dan AS saat ini berdasarkan sifat-sifat Perang Dingin ini, jelaslah bahwa ini tidak mencapai tingkat ini.

Perlombaan senjata merupakan ciri utama dalam pertarungan Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet. Selama Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet pernah memulai perlombaan senjata senjata nuklir. Kedua belah pihak menciptakan puluhan ribu hulu ledak nuklir, yang sebagian besar diarahkan pada target inti masing-masing, dan berkemampuan untuk melakukan penyerangan kedua. Karena kedua belah pihak bisa saling menghancurkan satu sama lain, ini membentuk "keseimbangan nuklir" unik antara AS dan Uni Soviet selama Perang Dingin. Tidak ada yang berani menggunakan senjata mereka untuk mengakhiri hegemoni global lainnya.

Pada 5 Pebruari,  waktu setempat Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa AS dan Rusia telah menerapkan dan melaksanakan "Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New Strategic Arms Reduction Treaty)" dan pada 5 Pebruari 2018 menandai dimulainya pembatasan inti dari persenjataan senjata nuklir strategis. kedua belah pihak.

Pada tahun 2010, Presiden AS Barack Obama menandatangani "Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru" dengan Presiden Rusia Dmitry Medvedev. Perjanjian ini menetapkan batas maksimum untuk menerapkan sistem senjata strategis di 1.550 hulu ledak nuklir dan 700 sistem peluncurnya.

Implementasi perjanjian ini dipandang sebagai tanda dari AS dan Rusia yang mengimplementasikan pasal enam dari "Perjanjian mengenai Non-Proliferasi Senjata Nuklir (Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons)," yang akan segera mengakhiri perlombaan senjata nuklir dan pelucutan senjata nuklir.

Namun, laporan terbaru "Nuklir Posture Review (NPR)" AS benar-benar menghancurkan warisan politik Obama. Asisten Sekretaris selama pemerintahan Obama Andrew Weber mengatakan bahwa "kebijakan baru akan membuat kemungkinan perang nuklir."

Sejauh untuk perlombaan senjata, harus ada dukungan dana. Saat ini, AS sebenarnya adalah negara yang dibebani oleh besarnya hutang. Mari kita perhitung. Pada kuartal ketiga tahun lalu, utang nasional yang dilaporkan AS lebih dari 20 triliun USD. Sedang PDB AS hanya 19 triliun, jadi mereka beroperasi dengan pinjaman.

Strategi Nuklir Rusia Setelah Perang Dingin

Sedang kita bisa melihat sekarang dengan Rusia bahwa Putin telah cukup cerdas. Dia telah menempatkan fokus pengembangan kekuatan militer Rusia untuk pasukan nuklir, sehingga cukup ekonomis. Saat ini, dengan beberapa kapal selam rudal strategis bertenaga nuklir ini, dan dengan beberapa model rudal balistik berbasis darat, mereka mungkin memiliki cukup banyak.

Setelah Perang Dingin, pemikiran strategi nuklir Rusia pertama berubah dari "mencapai kemenangan dalam perang nuklir besar"  menjadi "mencegah perang nuklir besar" dan kemudian disesuaikan dengan, "secara kritis menekankan mencegah konflik regional dan perang lokal," dan sekarang itu telah menjadi "menekan aktivitas teroris skala besar."

Sebenarnya, tujuan memberlakukan pencegah strategis telah diturunkan dari persaingan global hegemoni dengan AS untuk mencegah perang dan menjaga keamanan nasional daerah sekitarnya.

Jika kita melihat senjata yang sedang dikembangkan Rusia, ada banyak yang tidak dimiliki AS. Jadi bukan seperti jika AS mengembangkan suatu model senjata, dan kemudian Rusia akan segera mengembangkannya. Itulah yang terjadi saat Perang Dingin.

Rusia mengembangkan berbagai jenis senjata berdasarkan ancaman kritis dan tertarget. Rusia percaya bahwa ancaman keamanan non-tradisional dari bajak laut terorisme tidak akan mengancam keberadaan negara tersebut, namun akan mempengaruhi stabilitas suatu negara. Tapi ancaman dari AS akan memengaruhi kelangsungan hidup negara mereka.

Jadi sistem senjata yang dikembangkan Rusia ditargetkan pada ancaman keamanan non-tradisional dan ditargetkan pada ancaman keamanan tradisional dari negara-negara atau blok.

Saat ini, belum ada semacam perlombaan senjata dimana kedua belah pihak saling ingin lebih maju. Banyak analis  dan pengamat tidak percaya akan ada perlombaan senjata di antara mereka.

Sejak Perang Dunia II, sistem aliansi yang telah diciptakan Amerika Serikat selalu menjadi alat efektif AS untuk keuntungan strategis. "Posisi supremasi AS di dunia didukung oleh sistem yang rumit yang terbentuk dari aliansi yang mencakup dunia."

Hubungan AS-Eropa Goyah

Namun pada bulan Pebruari tahun lalu, di Munich Security Conference yang konon merupakan hubungan antara hubungan AS-Eropa, tampaknya kepercayaan antara AS dan Eropa perlahan-lahan goyah.

Ini disebabkan serangkaian ucapan Trump yang diarahkan pada sekutunya tentang "membayar biaya perlindungan" dan mengatakan bahwa NATO sudah usang, untuk memperbaiki perasaan sakit dari sekutu AS, Wakil Presiden AS Mike Pence membuat pernyataan lain pada pertemuan tersebut.

Mike Pence dalam pidatonya di Munich Security Conference ini mengatakan: "Hari ini atas nama Presiden Trump, saya membawa kepastian kepada Anda ini: Amerika Serikat sangat mendukung NATO dan akan teguh dalam komitmen kami terhadap aliansi trans-Atlantik ini."

Namun, hal ini tidak menimbulkan perasaan persahabatan dari negara-negara Eropa. Menteri Pertahanan Jerman Ursula von de Leyen mengatakan bahwa alokasi beban antara mitra NATO bukan hanya masalah dana. Berbagi beban dan tanggung jawab saling mendukung setiap saat. Dia juga memperingatkan AS agar tidak bertindak secara sepihak dalam kebijakan luar negerinya.

Pengamat melihat, sulit bagi AS untuk mengumpulkan satu blok. Bahkan aliansi militernya dengan Jepang sedang mendapat serangan, dan demikian juga dengan Korsel. Terjadi perdebatan dengan negara-negara NATO, bahwa kita  tidak dapat dengan ringan menyebut ini sebagai Perang Dingin antara AS dan Rusia, atau hal itu akan terjadi dengan ringan.

Dari perspektif militer, gesekan AS dan Rusia dan konflik dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya terbatas pada perang proxy seperti pada masa Perang Dingin.

"Cool War" Antara AS dan Rusia

Di dunia sekarang ini, Rusia dan AS tidak terjadi "Hot War (perang panas)" berskala besar, namun Rusia dan Amerika Serikat memiliki konflik bersenjata langsung di medan perang Suriah, dan di Ukraina, di Eropa Tengah dan Timur. Dan ini harus kita anggap sebagai "Cool War."

Di kawasan Laut Baltik dan Laut Hitam, AL dan AU AS dan Rusia kini terjadi beberapa konfrontasi militer langsung. Ini juga jarang terlihat saat Perang Dingin.

Pada 17 Pebruari lalu, Armada Keenam Angkatan Laut Amerika Serikat melaporkan bahwa kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke, USS Carney memasuki Laut Hitam. Sebelum ini, perusak USS Ross juga memasuki Laut Hitam. Tindakan ini telah menusuk saraf Rusia.

Militer Rusia memperingatkan bahwa tindakan militer AS ini adalah provokasi. Ke depan, kemungkinan besar dengan alasan ini akan digunakan oleh AS dan sekutu-sekutunya untuk terlibat dalam operasi militer lebih lanjut.

Sebelum kejadian ini, pada 29 Januari lalu, jet tempur Rusia Su-27 melakukan manuver intersepsi yang sangat berbahaya terhadap pesawat Surveilance (pengintai) Angkatan Laut AS di wilayah udara di atas Laut Hitam. Jarak terdekat antara mereka kurang dari 1,52 meter, dan pesawat spengintai AS sangat ketakutan sehingga terpaksa mengakhiri misinya lebih awal.

Kita sering mendapat berita pesawat pengintai AS memasuki kawasan ini dan kemudian jet tempur Rusia mencegatnya. Jika Anda memperluasnya ke selatan dari kawasan ini, di kawasan Laut Hitam, pertempuran udara antara kedua kapal perang kedua negara semakin sering terjadi. Jika kita membuat keputusan berdasarkan peristiwa ini, pengamat yakin bahwa itu adalah tanda, atau "gelaja" dari sebuah Perang Dingin yang terjadi di sub-kawasan dari kawasan  Timur Eropa baru, dan kawasan Laut Baltik dan Laut Hitam. Tapi Perang Dingin semacam ini bukanlah Perang Dingin yang sama seperti 40 tahun yang lalu, yang terdiri dari blok, bersifat global, ideologis, dan Perang Dingin zero-zum. Ini semua dapat kita katakan Perang Dingin sub-kawasan.

Meskipun lingkungan internal dan eksternal AS dan Rusia telah berubah sekarang, yang lain melihat bahwa sekarang ini, apakah orang Amerika atau Rusia, termasuk pemimpin tertinggi dan cendikiawan biasa, ketika mereka berbicara tentang hubungan bilateral atau membuat perencanaan untuk ketertiban internasional, kedua pihak selalu mengeritik satu sama lainnya. Mereka belum keluar dari lingkaran aneh Perang Dingin.

Hingga kini masih menunjukkan walaupun telah 20 tahun Perang Dingin berakhir, hubungan Rusia-AS masih terpengaruh oleh pemikiran Perang Dingin.

Melihat kembali beberapa dasawarsa yang lalu, setelah Uni Soviet bubar, hubungan AS-Rusia telah mengalami empat kali "reset," namun setiap saat, kedua negara berakhir dengan semakin menjauh. Alasan mengapa mereka mengalami kesulitan untuk keluar dari lingkaran aneh dar mulai meninggi dan menjadi merendah akhir-akhir ini terutama karena mereka memiliki perbedaan mendasar dalam pengakuan strategis, tatanan internasional, dan ideologi mereka.

Selanjutnya, apakah hubungan "dingin" antara AS dan Rusia ini akan berkembang menjadi lebih dingin?Tampaknya "tahun baru tidak terjadi di Washington" Pada Desember tahun lalu, untuk menanggagpi perkiraan laporan kebijakan luar negeri Rusia untuk tahun 2018---"Kebijakan Luar Negeri Rusia: Menuju 2018" Kommersant" yang berbasis di Rusia membuat penafsiran sperti diatas ini.

Tapi ketika ditanya apakah hubungan Rusia-AS mempunyai harapan untuk diperbaiki, dalam sebuah film dokumenter pada bulan Juni 2017, tanggapan Putin masih mengungkapkan keinginannya untuk memperbaiki hubungan AS-Rusia. Putin mengatakan: "Selalu ada harapan, sampai mereka bersiap membawa kita ke kuburan."

Kaum Estalishment AS Yang Menentukan

Analis ada yang melihat situasi saat ini yang telah terjadi dengan hubungan Rusia-AS adalah hubungan yang tidak diinginkan kedua pihak manapun. Putin selalu berharap untuk memperbaiki hubungan Rusia-AS dan mengatur ulang hubungan mereka. Selama kampanyenya, Donald Trump juga menunjukkan niat ramah, dan mengatakan bahwa begitu dia terpilih, dia ingin memperbaiki hubungan Rusia-AS, dan terutama kerjasama keamanan Rusia dan AS dalam memerangi terorisme global.

Tapi Trump telah dibatasi oleh pendirian AS, dan tidak dapat mengubah tujuan keamanan dan strategis yang menjadikan Rusia sebagai ancaman militer utama yang realistis dalam masa jabatannya. Jadi dia masih disandera oleh sistem pendirian, itulah sebabnya mengapa ada keadaan "Perang Dingin" antara Rusia dan AS. Kedua belah pihak tidak berhasil mengatasi konflik di antara keduanya. Kedua belah pihak mengambil tindakan pembatasan untuk mencegah hal ini menjadi perang yang hangat atau panas.

Rusia bukan satu-satunya yang berharap bisa mengubah Cool War dengan AS. Sebagai pihak ketiga, Uni Eropa juga berharap bisa melonggarkan sanksi terhadap Rusia dan hubungan dibikin hangat.

Analis melihat negara-negara Eropa sedang memainkan peran. Negara-negara Eropa dan UE adalah penyeimbangan antara Rusia dan AS. Uni Eropa tidak ingin memiliki konflik langsung antara Rusia dan NATO di kawasan Eropa Timur Baru dan kawasan Ukraina. Atas faktor-faktor dasar ini Rusia dan AS tidak akan menuju perang yang hangat, dan pasti tidak dapat berkembang menuju perang panas atau Hot War.

Namun, para ahli percaya bahwa siapapun yang menyebabkan kekacauan harus dibersihkan. Faktor yang lebih penting lagi yang telah menghambat hubungan AS-Rusia menjadi membaik adalah atmosfer politik di AS.

Pada 2 Pebruari lalu, Presiden AS Donald Trump menyetujui sebuah memorandum rahasia tentang "Russiagate" yang diberikan oleh Komite Intelijen Dalam Negeri AS. Informan Gedung Putih mengatakan bahwa Trump berharap memorandum ini dapat membantu tim kampanye presiden mendapatkan pembebasan dari kecurigaan komunikasi dengan Rusia yang dituduhkannya, dan juga ingin menunjukkan bahwa FBI dan Departemen Kehakiman telah menyalahgunakan kekuasaan mereka karena sentimen anti-Trump.

Brian Becker, Expert dalam politik AS mengatakan: Saya pikir Donald Trump terjebak dilemma. Dimana jika dia ingin memperbaiki hubungan dengan Rusia, dia tidak akan melakukannya. Tampaknya, Rusia juga menyadari hal ini.

Pada 2 Agustus 2017, menandatangani "Countering America's Advisories Through Sanction Act." Ini berbeda dengan sanksi masa lalu terhadap Rusia. Sanksi masa lalu terhadap Rusia diundangkan melalui perintah eksekutif, dan kali ini, Kongres mengambil-alih kekuasaan untuk memberi sanksi kepada Rusia ke tangan mereka sendiri. Jika Trump akan melonggarkan hubungan dengan Rusia, tindakan sanksi ini seperti pedang Damocles yang menggantung di atas kepalanya, dan sekarang AS melakukan penyelidikan three-in-one terhadap Trump.

Yang pertama adalah apakah Rusia mencampuri pemilihan AS. Hal kedua adalah apakah Trump dan orang-orang di sekitarnya memiliki kecurigaan berkomunikasi dengan Rusia. Ketiga, apakah Trump menghalangi keadilan.

Penyelidikan three-in-one

Hasil penyelidikan akan dirilis pada 2018 atau 2019. Trump dan orang-orang di sekitarnya takut akan investigasi three-in-one ini, dan tidak berani memperbaiki hubungan dengan Rusia dengan meringankan sanksi, dan dia tidak memiliki kekuatan untuk meringankan sanksi terhadap Rusia, karena "Counter America's Adversaries Through Sanctions Act" yang mengatur Kongres, jadi Kongres yang memiliki hak untuk mencabut sanksi, bukan Trump.

Kongres adalah organisasi politik AS yang membenci Rusia dan paling sering melawan Rusia, jadi analis percaya bahwa dalam satu atau dua tahun, kita tidak akan melihat tanda pebaikan hubungan AS-Rusia.

Penyair Inggris Percy Shelly mengatakan dalam sebuah puisi terkenal, "Jika musim dingin tiba, bisakah musim semi tertinggal jauh? (If winter comes, can spring be far behind?)" Tapi untuk hubungan AS-Rusia kalimat ini menjadi tidak pasti. Yang jelas musin dingin kali ini di Moscow mengalami "one-in-a-century" yang paling dingin, tapi musim semi antara AS dan Rusia nampaknya masih jauh.

Profesor Hukum di Harvard Law School mengatakan: "Cool War: Masa Depan Persaingan," bahwa kita memasuki periode baru perjuangan global yang disebut Era Cool War.

Para ahli umumnya percaya bahwa AS dan Rusia, yang merupakan dua pemain utama dalam hubungan internasional, memiliki ritme pertempuran yang tidak berubah dengan tanpa menumpahkan darah, tapi apakah itu adalah Perang Dingin/Cold War  atau Cool War, keduanya akan menambahkan tantangan dan ketidakpastian baru kepada hubungan kekuasaan dan geopolitik yang besar untuk waktu yang lama, ini pasti akan mempengaruhi arah hubungan internasional di masa depan.  Semoga situasi dunia tidak memburuk dan bisa menjadi aman tentram sentosa.

Sumber: Media TV dan Tluisan Luar Negeri

12345 6789  10 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun