Strategi Rusia Dalam Menghadapi Tekanan AS dan NATO
Saat ini, strategi Rusia melawan NATO adalah dengan penangkalan asimetris tingkat rendah. NATO memiliki kapal permukaan yang lebih kuat, maka Rusia akan melakukan ancaman dengan menggunakan kapal selam di bawah air.
Jika NATO memiliki kekuatan udara yang lebih kuat, maka Rusia akan menggunakan rudal balistik, rudal balistik "Iskander" untuk menimbulkan ancaman. Begitu ada pihak yang mengatakan bahwa pihaknya mengembangkan sautu senjata baru, maka pihak lain akan segera mengembangkan sebuah sistem untuk menekan atau menangkal senjata itu.
Rusia memilih cara ini untuk perlombaan dan persaingan senjata. Namun dapat dikatakan mereka berlomba untuk menjadi lebih dari pihak lawannya.
Setelah Uni Soviet bubar, ekonomi nasional Rusia dan kekuatan militer mendapat pukulan besar. Dengan ancaman dari ekspansi NATO ke timur, militer Rusia memikirkan "respons asimetris" secara bertahap didirikan.
Pemikiran militer semacam ini menekankan penggunaan keuntungan asimetris lokal untuk melawan dan mengatasi lawan yang lebih kuat, pada umumnya cara ini digunakan bila pihaknya lebih lemah.
Rusia dalam situasi ini pada umumnya lebih lemah, dan menggunakan keunggulan lokalnya di Suriah untuk meraih kesuksesan yang tidak dapat diprediksi oleh Barat.
Rusia tidak hanya mencapai semua tujuan utama yang ada di Suriah, namun juga pada dasarnya memperbaiki situasi yang dihadapi oleh Bashar al-Assad yang tadinya sudah tanpa harapan lagi.
Pada 11 Desember 2107, Putin mengunjungi Suriah untuk pertama kalinya, dan memerintahkan agar militer Rusia mundur dari Suriah. Media asing mengatakan bahwa berita ini sangat tiba-tiba seperti ketika Rusia tiba-tiba mengirim pasukan ke Suriah beberapa tahun yang lalu.
Namun pada kenyataannya, langkah Rusia ini didukung atas pemikiran dan pertimbangan yang sangat mendalam. Sesunguhnya yang ditarik Rusia keluar dari Suriah adalah kekuatan militer Rusia di Suriah yang telah mengambil bagian dalam memerangi angkatan bersenjata ekstremis, namun dua basis permanen, Pangkalan Angkatan Laut Tartus dan Pangkalan Udara Khmeimim masih beroperasi secara normal.
Pengamat dan analis berpandangan, bahwa itu bukanlah masalah penarikan pasukan, ini sebenarnya adalah penyesuaian kekuatan. Di masa lalu, kontraterorisme membutuhkan tentara, senjata, dan beberapa cabang militer. Sekarang tidak membutuhkannya lagi. Tapi sekarang, pihaknya telah memindahkan pasukan dan senjata lain berdasarkan kebutuhan negara ke medan perang dan kawasan. Kita mungkin mengatakan itu menarik pasukan, tapi sebanarnya adalah "memindahkan pasukan" akan lebih tepat.