Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Krisis Kepercayaan terhadap Produk "Made in Japan"

8 November 2017   10:07 Diperbarui: 9 November 2017   09:35 2400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika mereka mengklarifikasi dan mengungkapkannya, itu adalah kombinasi antara politik dan bisnis. Dan apa hasil kombinasi yang bisa kita lihat hari ini? Ini telah menyebabkan masalah dengan produk Jepang.

Dari Tanaka Corporation yang bangkrut dengan skandal keuangan Toshiba, dan pemalsuan di Mitsubishi dan Suzuki, insiden ini telah terungkap satu demi satu. Semua ini meragukan ketepatan dan keamanan dari "Made in Japan" yang  sangat membanggakan sebelum ini.

Meski di permukaan, kita tidak bisa mengesampingkan bahwa industri manufaktur Jepang masih belum jatuh dan terkalahkan, tapi tidak ada keraguan bahwa industri manufaktur Jepang benar-benar menghadapi masalah kesulitan.

Ketika PD II berakhir, ekonomi domestik Jepang berada dalam keadaan kacau dan runtuh karena gangguannya selama perang. Namun, dengan dukungan Amerika, dalam waktu singkat setelah perang, Jepang direvitalisasi, membuat pembangunan ekonomi cepat, dan industri manufaktur melakukan pemulihan besar, terutama industri otomotifnya.

Dalam panduan konsumen orang Amerika yang paling diandalkan, "Consumer Reports," dari mobil kecil AS, hanya Chevrolet Corvette yang ada dalamdaftar mereka. Dari 15 mobil lainnya, tiga di antaranya buatan Jerman, dan sisanya buatan Jepang. Jepang juga menyediakan dunia dengan 84% dari total teknologi elektronika.

Kelemahan Ekonomi Jepang

Namun sehubungan kebangkitan pasca perang Jepang berkat beberapa konglomerat, yang dikenal sebagai Zaibatsu di masa lalu, namun nama mereka kini berubah. Konglomerat ini berpusat di sekitar perusahaan, seperti Mitsubishi Heavy Industries, Kawasaki Heavy Industries, atau perusahaan besar seperti Sumitomo, Toyota, dan kebangkitan industri manufaktur Jepang dibangun atas dasar keseluruhan sistem ini.

Dari tahun 1970 sampai 1990an, tidak hanya "Made in Japan" yang mengambil panggung dunia, mereka juga menciptakan satu legenda demi legenda. Namun, Setelah memasuki abad ke-21, manufaktur Jepang menghadapi atmosfer yang makin lama makin mendingin.

Dari tahun 2008 sampai 2015, Sony kehilangan total 1,15 triliun yen. Pada 2016, Sharp mengalami kerugian besar, dan dijual. Pada bulan April 2016, Mitsubishi Motor mengaku memalsukan kerugiannya. Nissan harus menarik kembali 1.16 juta kendaraan karena menggunakan personil yang tidak memenuhi syarat untuk inspeksi keselamatannya, dan Takata Corporation, produsen kantung udara terbesar di dunia, bangkrut karena masalah keselamatan kantung udara. Pada 8 Oktober lalu, Kobe Steel mengakui bahwa anak perusahaannya telah memalsukan data. Bangkrut, dijual, dan memalsukan data menjadi sumber skandal yang sering terjadi di industri manufaktur Jepang. Ini yang menjadi akar masalahnya.

Akar sasalah pokok menurut paneliti dan analis antara lain seperti berikut:

Masalah Pertama: Mengurangi Daya Saing Perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun