Suatu hari, ketika Muller kembali ke asrama, teman sekelasnya Jiang Zhaoxian mendatanginya. Ternyata dia datang untuk membujuk Muller untuk pergi ke Tiongkok bersamanya. Karena penuh ambisi, teman sekelasnya, Jiang dengan memegang bahu Muller dan berkata "Jika Anda ingin bergabung dalam Perang Anti-Fasis, pergilah ke Tiongkok, karena disitu sedang ada medan perang anti-Fasis terbesar disana."
Muller pernah mendengar tentang perjuangan anti-Fasis orang-orang Tiongkok yang diceritakan oleh Jiang Zhaoxian sebelumnya, jadi dia memutuskan untuk pergi ke Tiongkok yang sepuluh ribu mil jauhnya!
Untuk mengumpulkan biaya perjalanan yang cukup, Hans Muller menjual kamera kesayangannya dan berlayar melintasi samudera sendirian untuk berangkat ke tanah oriental dengan banyak penderitaan yang sulit diceritakan. Dia tidak menyadari bahwa kepergiannya kali ini akan berlangsung seumur hidup.
Kapal tersebut melewati Laut Mediterania, melintasi Terusan Suez, memasuki Laut Merah, menyeberangi Samudera Hindia dan menuju ke Hong Kong. Di kapal yang bergerak melaju dalam gelombang, Muller mulai merasa kangen akan kapmpung halaman dan rumanya, dan segudang pemikiran terus mengiang dan terbayang dalam benaknya.
Dia bertanya-tanya, tanpa memahami satu kata pun dari Bahasa Mandarin, apakah dia benar-benar bisa berhasil untuk bergabung dalam perang keras di negara yang jauh. Angin sepoi-sepoi bertiup, Muller mendongak ke langit bertabur bintang dan mulai membacakan puisi dari Goethe "To Coachman Coronus." Dia sangat tergerak oleh puisi itu dan diam-diam mengambil keputusan; Dia berdiri bersama dengan kebenaran dan keadilan sehingga dia pasti bisa mengatasi kesulitan.
Di No.18 Queen's Road Central, Hong Kong, ada papan nama yang bertuliskan "Yue Hwa Company," ini adalah lokasi Kantor Tentara Rute Kedelapan, Hong Kong.
Banyak barang-barang dan material hasil sumbangan dari simpatisan luar negeri dan komunitas internasional dipindahkan dari sini ke garis depan medan tempur kontra-Jepang. Di sinilah Hans Muller bertemu dengan Liao Chengzi, Epstein dan Bertrand, wartawan dari Selandia Baru, dan dia bergabung dengan tim transportasi dari persediaan medis yang diselenggarakan oleh Tentara Route Kedelapan Hong Kong dan "Liga Pertahanan Tiongkok".
Teman seperjalanan Epstein sekilas melihat Dr. Muller, merasa pemuda ini sangat baik dan berdedikasi, khusus membuat laporan kepada Soong Ching Ling tentang kedatangan mereka dan Muller bersama dengan 600 karton dan peralatan bedah mobil itu ke Yan'an.
Ketika itu KMT sedang menginkari Perpanjian Konter-Jepang Bersama yang dicapai oleh CPC dan KMT, dan mulai memblokade ekonomi di daerah basis Tentara Rute Kedelapan. Muller, sebagai seorang dokter muda mengikuti tim medis untuk mengawal 600 kotak persediaan medis sumbangan simpatisan luar negeri untuk perang Tiongkok dalam kontra-Jepang, serta sebuah mobil ambulans besar, dan meluncur menuju Yan'an. Â Pada bulan September 1939, akhirnya mereka sampai di Yan'an.
Tahun 1939 sebenarnya merupakan masa kritis, karena dengan tiba-tiba KMT berbalik dari hubungan KMT-CPC yang baik pada tahap awal perang melawan Jepang, menjadi buruk dan saling bermusuhan. Â Sehingga sejak tahun 1939, kemungkinan untuk mengakses wilayah perbatasan Shaanxi-Ganshu ketika Muller pergi ke sana hanya karena kebetulan pada saat jalur itu masih terbuka.
Tapi setelah Kampanye Seratus Resimen, Jepang mengubah kekuatan utama mereka di Tiongkok untuk melawan basis Kontra-Jepang CPC. Ternyata kehidupan di basis berada dalam posisi yang sangat sulit. Oleh karena itu selama periode tersebut, daerah perbatasan ini benar-benar kekurangan dokter dan obat-obatan.