Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dilemma Situasi Suriah Pada Eksekusi Akhir Eliminasi "ISIS"

5 Agustus 2017   12:51 Diperbarui: 5 Agustus 2017   13:53 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: maps.southfront.org

Untuk waktu yang lama, intervensi kekuatan luar dalam perang saudara Suriah adalah untuk memerangi terorisme, namun kenyataannya tidak hanya untuk memerangi terorisme.

Kini dimana perang melawan terrorisme sudah hampir berakhir, kekuatan "ISIS" di Suriah terus berlanjut mengalami antrofi (tidak bertumbuh atau menyungsut) , maka perperangan berebut teritorial tidak akan terhindarkan lagi. Ada permainan intrik antara kekuatan di balik pertempuran merebut Raqqa.

Siapa pun yang dapat mengontrol dan mengendalikan akhir dari Raqqa akan mendapatkan chip untuk dapat digunakan dalam negosiasi politik di masa depan.

Dengan pertempuran untuk merebut Raqqa dimulai, kontes kekuasaan di luar pertempuran juga dimulai. Dalam kontes ini, hubungan halus antara Turki, AS, terutama telah merebut perhatian.

Pada kenyataannya, pada 6 Juli, pada hari dimana kaum oposisi Suriah, Pasukan Demokratik Suriah mengumumkan serangan mereka terhadap Raqqa, PM Turki Binali Yildirin mengatakan bahwa jika serangan Raqqa menimbulkan risiko keamanan ke Turki, Turki tidak akan ragu untuk melakukan pembalasan, namun dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Opini publik di Turki membandingkan ancaman terhadap keamanan Turki yang dilakukan "ISIS" dan Partai Pekerja Kurdi (PKK) dan cabang-cabangnya lebih besar ancamannya terhadap Turki. Turki tidak ingin melihat situasi otonomi Irak Kurdi di Suriah.

Bora Bayrakar seorang cendikiawan Turki mengatakan: Bagi Turki, perhatian utama dan ancaman utama adalah PKK dan organisasi afiliasinya, PYD, YPGN, apapun namanya, karena kelompok ini mencoba mendirikan pijakan baru di wilayah Turki, jadi ini adalah sebuah ancaman nyata yang mengancam Turki.

Sebenarnya, di awal tahun lalu, permainan intrik antara AS dan Turki sudah terjadi di seputar serangan terhadap Raqqa. Pada 5 November tahun lalu, Pasukan Demokratik Suriah menginisiasi awal "Wrath of Euphrates Operation/Operasi Kemurkaan Sungai Efrat)

Tapi pada saat itu, tujuan operasi tersebut bukanlah sebuah serangan, melainkan untuk mengisolasi kamp utama "ISIS" Raqqa. Pada awal operasi, Pasukan Demokratik Suriah maju menuju Raqqa dari padang pasir di utara, dan menguasai lebih dari 15 desa dalam satu gerakan.

Namun, sejak pasukan gabungan mengumumkan akhir fase pertama, kemajuan operasi "Wrath of Euphrates" telah terlihat melambat.

Pada saat itu, analis Suriah percaya bahwa tidak seperti persiapan pasukan Mosul yang memakan waktu 5 bulan, pengumuman operasi Raqqa sangat mendadak. Dari perspektif militer, tidak memiliki kapasitas nyata untuk melawan "ISIS."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun