Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meneropong Kekuatan dan Alutsista PLA 90 Anniversary

2 Agustus 2017   10:18 Diperbarui: 2 Agustus 2017   10:30 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: China Daily+www.nytimes.com

Dibandingkan dengan kontes nuklir sengit antara AS dan Rusia, pembentukan kekuatan nuklir Tiongkok diakuinya didirikan untuk mempertahankan prinsip untuk membela diri, dan melakukan pembalasan jika diserang duluan, untuk tujuan ini tampaknya Tiongkok merasa strategi nuklirnya cukup efektif dan dapat diandalkan dalam segi deterren.

Untuk senjata dan peralatannya, tidak ada yang dikatakan tanda-tanda kesetaraan. Ambil contoh misalnya, AS atau Rusia jumlah senjata nuklir yang dimiliki sangat tinggi, keduanya telah sepakat tidak boleh memiliki lebih dari 5.500 hulu ledak, namun tidak berarti mereka harus mecapai julah tersebut agar kekuatan mereka setara.

Tiongkok menyatakan prinsipnya, jika mereka diserang dengan senjata nuklir, mereka memiliki kemampuan untuk membalasnya dengan senjata nuklir, dan merasa itu sudah cukup.

Pada tahun 1996, ketika terjadi Krisis Selat Taiwan, dan terjadi kebuntuan langsung antara militer Tiongkok dan dua kelompok tempur kapal induk AS, sehingga mendorong Tiongkok untuk secara mandiri mengembangkan rudal anti-kapal induk pertama di dunia, yang dikenal sebagai "pembunuh kapal induk", Dongfeng-21D (DF-21D).

Sumber: Andrew S. Erickson+ Pakistan Defence
Sumber: Andrew S. Erickson+ Pakistan Defence
Jangkaun DF-21D kira-kira 1.700 km dan mampu menyerang sasaran bergerak di laut, dan dapat merubah arah saat terbang untuk menghindari intersepsi dari anti-rudal.

Pada tahun 2009, pada upacara peringatan 60 tahun berdirinya RRT, untuk pertama kalinya diperlihatkan dalam parade militer di Hari Nasional tersebut.

Enam tahun kemudian, pada parade militer 3 September 2015, rudal balistik jarak jauh Dongfeng (DF-26) juga memiliki kemampuan untuk melakukan serangan presisi jarak menengah dan jauh  untuk kapal menengah sampai besar di laut. Rentang jangkauannya kira-kira dua kali lipat dari DF-21D, bisa mencapai Guam.

Saat ini, DF-21D dan DF-26 sudah tidak ada lawannya di dunia, karena semua rudal yang ada di dunia tidak ada tipe tunggal yang hanya digunakan untuk serangan balistik untuk sasaran kapal induk dan kapal pemukul amphibi (amphibious strike forces).

Model rudal penyerang Tiongkok ini unik di dunia. Sebelum ini Uni Soviet dan AS pernah mengembangkannya. AS pernah ingin menggunakan rudal pershing-2 untuk mengembangkan senjata yang bisa menyerang kapal induk Soviet, namun karena terlalu banyak kemacetan teknis, pihaknya membatalkan program tersebut.

Sedang Uni Soviet juga sudah mencoba berbagai uji coba rudal anti-kapal induk "balistik", namun tidak satupun yang berhasil. Hanya Tiongkok yang bertahan sampai akhir dan berhasil, hingga memilikinya.

Sehubungan dengan ini, ucapan Thomas Mehnken seorang ahli tentang militer Tiongkok dari Akademi Angkatan Laut AS/(the US Naval War College) yang kiranya bisa mewakili sikap AS, berkata: "We have to acknowledge that appearance of China's DF-26 series of new weapons ends an era that has lasted decades. This means that the era when the US could deploys oversea whenever it wanted with no risk, or very little risk, is over and not coming back." (Kita harus mangakui penampilan dari DF-26 Tiongkok yang modern, telah mengakhiri zaman AS yang bisa seenak mengerahkan kekuatan ke luar negeri dengan tanpa resiko atau dengan resiko kecil sudah lewat dan tidak akan kembali lagi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun