DF-5B jangkauan tembaknya menjadi salah satu yang terbaik di dunia, bentuk luar penampilannya sangat mulus untuk model MIRV. Kemampuan menerobos sistim anti-rudal musuh, dibandingkan dengan SS-18 "Satan" Rusia atau dengan "Minuten-III" AS, DF-5B memiliki kelebihan dalam jumlah hulu ledaknya, sehingga lebih menguntungkan. Jangkauannya pada dasarnya dapat mencakup semua target strategis utama di dunia.
Selain itu, kemampuannya untuk menembus pertahanan saat ini merupakan faktor inti untuk menilai standar tempurnya. Dengan hulu ledak MIRV-nya, serta teknologi umpan, stealth, dan MIRV saat ini, DF-5B mampu menembus semua sistem pertahanan rudal yang ada saat ini.
Saat ini dua jenis rudal balistik yang berbasis di darat DF-5B dan DF-31 sudah masuk dalam satgas militer Tiongkok.
Metode merusak DF-31 tidak berbeda dengan DF-5B, rudal ini dipasang di kendaraan. Hal ini memungkinkan untuk sulit ditemukan posisinya saat akan meluncurkan rudal. Selain itu dua rudal ini saling melengkapi satu sama lainnya dalam memberi keuntungan untuk jangkauan pendek dan jauh.
Untuk rudal berbasis laut "Julang-2" (JL-2) merupakan modifikasi dari DF-31, ini rudal ICBM (ballistik antar benua) yang diluncurkan dari kapal selam dengan jangkauan 10.000 km dan dapat membawa banyak hulu ledak nuklir MIRV. Kemudian JL-3 sedang dikembangkan yang memiliki jangkauan maksimal lebiah dari 10.000 km.
AL-Tiongkok memiliki kapal selam strategis bertenaga nuklir yang mampu membawa berbagai jenis hulu ledak nuklir untuk melakukan pembalasan jika diserang dengan nuklir. Tingkat kelangsungan hidup kapal selam bertenaga nuklir sangat tinggi, karena biasanya bisa mencapai lebih dari 70%, dan mereka juga tersembunyi di kedalaman lautan, sehingga sulit ditemukan dan dilacak.
Dua jenis rudal berbasis di daratan dan laut ini dapat secara efektif menjaga keamanan negaranya dari serangan nuklir negara musuh.
Saat ini, Tiongkok tampaknya berada pada posisi berkemampuan melakukan serangan gabungan nuklir berbasis darat dan laut.
Di dunia saat ini hanya Rusia dan AS saja yang bekemampuan melakukan serangan gabungan nuklir berbasis darat dan laut serta berbasis udara.
Pada bulan Desember 2016, ketika Donald Trump masih menjadi Presiden terpilih (belum dilantik), dia mengatakan di media sosial bahwa AS perlu memperluas dan memperkuat kapasitas nuklirnya. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia akan terus memperkuat pengembangan kapasitas nuklirnya dan memastikan secara efektif dapat menembus pertahanan rudal AS.