Satuan tugas kunjungan laut angkatan laut PLA (AL-Tiongkok) yang sedang melakukan perjalanan keliling dunia, untuk menunjukkan sikap dan keteguhan hati yang tegas ini berupa: Satuan tugas kunjungan laut yang terdiri dari kapal perusak rudal Chanchun, kapal selam Jingzhou, dan kapal logistik Chaohu berangkat dari Shanghai akhir April , Memulai kunjungannya yang bersahabat ke lebih dari 20 negara.
Kunjungan angkatan laut ini akan dilakukan ke banyak negara, dan akan memakan waktu yang terlama dalam sejarah AL-Tiongkok. Filipina menjadi negara pertama yang dikunjungi. Pada 30 April , gugus tugas AL ini tiba di Davao, Filipina dan mulai melakukan kunjungan bersahabat selama tiga hari.
Ini merupakan yang pertama kali bagi AL-PLA mengunjungi Filipina dalam tujuh tahun sejak 2010. Puncak kunjungan kapal Tiongkok ke Filipina kali ini ketika brigade komando Changchun yang di lengkapi dengan sistem AESA dibuka untuk Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
(Radar Sistem AESA = Active Electronically Scanned Array (AESA) radars, berkemampuan melihat lebih jauh dan akan dapat mendeteksi target yang lebih kecil pada rentang yang lebih besar. Antennanya mampu menghasilkan dan memancarkan sinyal independennya sendiri, memungkinkan AESA menghasilkan pulsa radar pada frekuensi yang berbeda dengan aliran pulsa interleaved yang melakukan beberapa fungsi secara bersamaan).
Kapal ini bertindak sebagai kapal brigade komando dalam gugus ini, tempat untuk memberi perintah dan merupakan bagian paling misterius dari kapal perang manapun. Kapal yang dilengkapi AESA, yang merupakan brigade komando ini dibuka untuk Durterte jelas merupakan sinyal penting dari ketulusan Tiongkok yang besar dalam menyelesaikan perselisihan LTS dengan cepat dengan Filipina.
Masalah LTS membutuhkan satu resolusi, dan apa yang perlu dipikirkan adalah inti untuk menyelesaikan perselisihan? Intinya adalah politik saling percaya. Tanpa rasa saling percaya, tidak perduli berapa banyak mekanisme yang harus Anda selesaikan masalah LTS, hal itu akan menjadi tidak berarti. Ada perselisihan antara Tiongkok dan Filipina, dan selama mereka saling memiliki kepercayaan politik bersama seperti ini, maka mereka bisa menyelesaikan perselisihan ini melalui banyak metode atau cara.
Jadi, dengan prasyarat saling percaya, metode macam apa yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah LTS kompleks dan sensitif? Tiongkok tampaknya selalu menganjurkan negosiasi bilateral, seperti Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS), dan realitas LTS, termasuk status historis yang terkini, untuk menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, negosiasi adalah satu-satunya metode untuk menyelesaikan sengketa LTS. Itu tergantung pada apa yang dinegosiasikan.
Pada kenyataannya, kedua belah pihak akan menegosiasikan masalah kedaulatan dan sengketa hak ekonomi. Sejauh menjaga perdamaian dan stabilitas di LTS, dan menjaga kebebasan navigasi di LTS, Tiongkok menyatakan tidak akan menentangnya atau bekerja sama dengan kekuatan regional dengan faktor internasional.
Untuk menyelesaikan isu-isu LTS dengan benar, Tiongkok dan negara-negara ASEAN mulai menegosiasikan perumusan "Deklarasi Perilaku tentang LTS" (DOC) sejak tahun 1990an.
Pada bulan November 2002, di bawah panduan Tiongkok, Tingkok dan negara-negara ASEAN menandatangani "DOC." Butuh waktu tujuh tahun dari nol sampai penandatanganan "DOC." Pernyataan ini juga merupakan dokumen politik pertama mengenai isu-isu LTS yang ditandatangani oleh Tiongkok dengan ASEAN.