Trump mengatakan: Dorongan utama kita adalah harus menyingkirkan “ISIS.” Kita akan menyingkirkan “ISIS.” Itu akan terjadi. Itu sekarang sedang terjadi. Jendral Mattis dan timnya sedang malakukan pekerjaaan itu dengan luar biasa. Banyak hal yang berbeda telah terjadi dalam lima atau enam minggu yang lalu.
Pada 22 Maret lalu, di Washington 68 perwakilan dari Inggris, Jerman, Prancis, Irak, dan negara-negara lain menghadiri Pertemuan Menteri Koalisi Global untuk memerangi kelompok ekstremis. Ini adalah pertemuan pertama semua anggota koalisi kontraterorisme internasional pimpinan AS sejak didirikan pada bulan Desember 2014.
Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan bahwa memerangi pasukan ekstremis adalah misi utama AS di Timur Tengah.
Perang melawan "ISIS" sudah memasuki tahap akhir. Mereka harus memberantas "ISIS" seluruhnya dalam satu sampai dua tahun ke depan ini. Pada fase ini, AS berharap dapat memainkan peran yang memimpin, dan pada saat yang sama, ia berharap negara-negara lain dan kelompok negara-negara, seperti pemerintah Suriah, Iran dan Rusia, akan berkoordinasi dengan AS sampai batas tertentu. Dalam hal ini akan ada persaingan, tapi tidak ada yang bisa menjadi oposisi.
Dalam draf baru strategi kontraterorisme pemerintah AS, dengan jelas AS menginginkan sekutu-sekutunya mengambil tanggung jawab lebih besar dalam memerangi terorisme, dan juga mengusulkan untuk menghindari intervensi militer skala besar yang mahal.
Ini menunjukkan bahwa walaupun pemerintah Trump tidak melanjutkan kebijakan pengurangan strategi Obama, tapi tidak akan seperti pemerintahan Bush yang mengambil tindakan unialteral/sepihak. Trump adalah seorang pebisnis yang sukses, dia paham untuk menguasai cara menggunakan metode paling ekonomis untuk mendapatkan keuntungan terbesar.
Kemudian, bagaimana Trump akan menerapkan strategi baru di Timur Tengah?
Arab Saudi menjadi negara yang dikunjungi pertama Presiden Trump dalam kunjungan kenegaraan pertamanya. AS telah menyiapkan kesepakatan senjata besar sebagai "hadiah" untuk bertemu dengan Arab Saudi.
Laporan media menyatakan bahwa AS dan Arab Saudi pada dasarnya telah mencapai kesepakatan senjata senilai lebih dari 110 miliar USD yang mencakup senjata dan peralatan high-end/canggih untuk darat, laut, dan udara. Kesepakatan itu bisa berlangsung selama 10 tahun, dan bisa mencapai total 300 milyar USD.
Dikabarkan bahwa daftar senjata dan peralatan yang direncanakan untuk dijual termasuk sistem pertahanan rudal "THAAD", kendaraan tempur infanteri, artileri mandiri, amunisi dengan presisi terkendali/terpandu, dan perangkat lunak komando dan komunikasi tempur.
Selain itu, laporan mengatakan bahwa Arab Saudi dengan menggunakan dana kekayaan negaranya berencana menginvestasikan sebanyak 40 miliar USD di infrastruktur AS.