Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menerawang Kebijakan Trump dan AS Kembali ke Timur Tengah

25 Mei 2017   09:17 Diperbarui: 25 Mei 2017   10:13 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situs ‘Middle East Eye” menganalisa hal ini,, dengan mengatakan bahwa kebijakan Timur Tengah AS kembali ke kebijakan tradisionalnya, dan bahkan "membuat putaran balik atau U-turn".

Pada 7 April, setelah AS meluncurkan serangan rudal "Tomahawk" ke Suriah, "The Financial Times" yang berbasis di Inggris melaporkan: "Presiden AS ditakdirkan terjebak dalam lumpur rawa-rawa di Timur Tengah." Lehih lanjut  mengatakan bahwa banyak orang percaya bahwa AS sekali lagi bergabung dengan "permainan" di Timur Tengah.

Menurut sebuah laporan dari CNN yang berbasis di AS, Presiden AS Trump sedang mempertimbangkan apakah akan meningkatkan jumlah tentara di Afghanistan. Bala bantuan bisa berkisar antara 3.000 sampai 5.000 pasukan.

Sebenarnya sebelum ini mantan Presiden AS Obama berhasil dengan susah payah menarik mundur pasukan AS kembali ke AS dan mengekstraknya dari kekacauan di Timur Tengah. Dia bahkan lebih bersedia menelan kata-katanya sendiri saat berhadapan dengan situasi redline (garis merah) senjata kimia yang dia tetapkan sendiri dengan tidak  melakukan tindakan dengan kekuatan militer.

Tapi, mengapa Presiden Trump kembali ke Timur Tengah? Dibandingkan era Obama, perubahan apa yang akan terjadi pada situasi Timur Tengah? Permainan macam apa yang akan dimainkan Trump di Timur Tengah?

Pada tanggal 17 Oktober 2016, lebih dari 54.000 tentara militer Irak dan 40.000 tentara Kurdi meluncurkan kampanye militer besar untuk merebut kembali Mosul dengan dukungan udara dan darat dari koalisi internasional pimpinan AS. Saat itu Heider al-Abadi, PM Irak menyerukan: “Lonceng kemenangan sudah mulai berdering. Kami sudah mulai merebut kembali Mosul. Saya mengumumkan operasi militer ini mulai!!!”

Jika mereka kehilangan kendali atas Mosul, kelompok ekstremis mungkin bisa mengendalikan Irak sepenuhnya.

Perang melawan kontraterorisme lainnya di Timur Tengah ada di Suriah. Pada 12 Mei, seorang komandan "Pasukan Demokrat Suriah," (The Syrian Democratic Forces /SDF) pasukan oposisi Suriah, mengatakan bahwa angkatan bersenjata ini berencana untuk melancarkan serangan terhadap kubu utama "ISIS" di utara kota Raqqa pada musim panas ini.

Pasukan SDF mulai maju ke arah Raqqa pada bulan November tahun lalu, dan secara bertahap membersihkan pasukan "ISIS" di sekeliling kota itu.

Pada tanggal 10 Mei, SDF mengumumkan bahwa mereka telah berhasil merebut bendungan terbesar di Suriah sekitar 50 km di luar Raqqa, dekat kota al-Thawrah. AFP melaporkan bahwa garis depan medan tempur SDF hanya berjarak sekitar 8 km dari wilayah kota Raqqa.

Para analis optimis 2018 mungkin merupakan tahun dimana "ISIS" pada dasarnya akan terhapus dari peta, jika mereka tidak mendapatkan/menguasai daerah yang padat penduduk yang dikendalikan oleh "ISIS". Ini akan menjadi tahun dimana daerah-daerah "kontrol ISIS" di Suriah, Irak, dan Libya benar-benar dibebaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun