Banyak pengamat yang mempertanyakan, apakah sifat utama dari Inggris? Pragmatisme atau system lainnya, ini hanyalah dianggap sebagai alat bagi Inggris—yaitu alat untuk memperbesar hak dan kepentingannya sendiri.
Inggris tidak mengikuti cita-cita dari Uni Eropa. Negera-negara di daratan Eropa mereka memiliki cita-cita berintegrasi, mereka ingin menciptakan komunitas yang diharapkan tumbuh ke arah unifkasi, atau mewujudkan logika untuk menyelesaikan perang ribuan tahun dengan perdamaian. Mereka memiliki cita-cita nyata ke arah sana. Hal-hal idealis ini yang mendorong proses integerasi Eropa ke depan. Sering dikatakan integrasi Eropa merupakan proses politik. Kondisinya memang banyak kekurangan, tetapi lebih didorong melalui kompromi politik atau niat politik untuk mempromosikan ini.
Bagi Inggris tidak pernah mau mengakui apa yang dicita-citakan negara-negara lain ini, tidak pernah melihat integrasi Eropa sebagai suatu cita-citanya.
Tanpa ada cita-cita yang sama, pemikiran siap “untuk sama-sama menanggung kesulitan jika itu terjadi” tidak ada, maka wajar jika Uni Eropa hanya dianggap sebagai tumpangan selama itu menguntungkan dirinya, tapi begitu menghadapi resiko akan buru-buru meninggalkannya.
Seperti kita ketahui, untuk bergabung dengan Uni Eropa, Uni Eropa mempunyai empat prinsip utama, yaitu dana, teknologi, perdagangan dan pergerakan orang yang bebas. Bagi Inggris akan menerima empat prinsip utama ini sejauh untuk kepentingan mereka.
Dengan adanya perdagangan lebih dari anggota Uni Eropa lainnya, maka akan banyak proyek masuk untuk berinvesasi, selanjutnya akan lebih banyak lalu lintas orang yang bisa mengatasi isu aliran tenaga kerja. Tapi saat ini, anggota-anggota negara Uni Eropa ekonominya sedang mengalami kontraksi, sedang ekonomi Inggris sedang membaik, jadi itu dianggap satu kesalahan dalam penilaian mengenai kepentingan-kepentingannya,
Sebenarnya di Inggris pada tahun 1973 saat terjadi krisis minyak mengguncang ekonomi Eropa, maka timbul gagasan untuk meninggalkan Uni Eropa pertama muncul. Tapi pada referendum tahun 1975 hasilnya mayoritas menghendak tetap bergabung dengan Uni Eropa. Namun pembicaraan untuk meninggalkan Uni Eropa tetap masih hangat dan santer di Inggris.
Sampai batas tertentu ini mungkin berlebihan, tetapi realitasnya dapat dijelaskan dengan beberapa alasan yang mendorong orang-orang Inggris untuk membuat keputusan Brexit keitka mereka sedang mendiskusikan apakah akan meninggalkan Uni Eropa atau tidak.
Dalam hal ini, banyak pengamat yang berpikir bahwa pertama-tama orang Inggris memiliki rasa mental yang sangat kuat untuk mempertahankan diri, mereka tidak mau terseret ikut tenggelam.
Tapi apa yang penting diketahui, Inggris selalu menjadi “manja” sebagai salah satu anggota Uni Eropa, bukan anggota inti tetapi selalu menjadi anggota yang sangat penting. Secara ekonomi adalah luar biasa seperti Jerman. Militer sekuat seperti Prancis. Dan Politik adalah salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dan sekutu dari hegemon global AS.