Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menelisik Pemerintahan Trump Dan Sikap AS Terhadap Rusia

7 Maret 2017   17:10 Diperbarui: 7 Maret 2017   17:35 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Juli tahun lalu, Trump mengisyaratkan dalam wawancara dengan ABC di acara “This Week,” dia mengatakan bersedia menerima Crimea menjadi bagian dari Rusia. Tapi ketika wartawan TV menanyakan apakah ia bersedia mengakui Crimea menjadi bagian dari Rusia. Ia menjawab: “Saya akan melihat dulu itu, tapi Anda tahu rakyat Crimea dari apa yang saya dengar mereka lebih suka bersama dengan Rusia daripada seperti apa yang mereka berada sekarang.”

Tanggapan Sean Spicer juru bicara Gedung Putih tentang Crimea membuat penasaran bagi media Barat, yang tidak tahan tentang “persahabatan Trump dan Putin.” Belum lama ini. TV n-Jerman menduga bahwa “bulan madu Trump dan Putin mungkin akan berakhir.”

Sebagai contoh, ketika datang untuk masalah penyesuaian kebijakan Rusia, Trump juga mengatakan bahwa ia akan membuat kompromi dengan Rusia untuk masalah Crimea. Jadi dia telah kembali ke dasar AS untuk kebijakan Rusia. Selama tidak ada kompromi untuk masalah Crimea, AS tidak mungkin akan memiliki hubungan baik dengan Rusia, maka hubungan kedua negara ini akan kembali pada titik awal.

Hubungan AS-Rusia selalu menjadi daerah sensitif di kebijakan luar negeri AS. Seperti diketahui AS selalu defensif terhadap Rusia, ini menunjukkan belum berakhirnya pemikiran Perang Dingin.

Trump memasuki Gedung Putih sebagai “pembaharu/reformer” dan meskipun ia mengatakan selama kampanye bahwa ia akan memperbaiki hubung AS-Rusia, namun ia akan mendapati setelah ia terpilih bahwa dia menghadapi banyak halangan untuk melakukan hal ini.

Jadi mengapa hubungan hubungan AS-Rusia menjadi mendingin, dan mengapa konflik mereka begitu mendalam bahkan presidenpun tidak bisa menyelesaikannya?

Untuk meng- “Reset” hubungan AS-Rusia tampaknya telah menjadi sesuatu yang setiap Presiden AS harapkan ketika sebelum mereka resmi menjabat.

Kita dapat melihat selama pemerintahan Clinton, di awal pemerintahannya hubungan AS-Rusia cukup baik, tapi pada saat pemerintahan berakhir, sikap Boris Yeltsin terhadap AS berubah, dan kemudian untuk masalah NATO yang mengembom Yugoslavia, Yeltsin marah dan mengirim pasukan payung dan militer untuk menduduki bandara dan menantang militer AS. Ini merupakan contoh dari hubungan kedua negara ini dimulai dengan baik hingga akhirnya menjadi buruk.

Selama pemerintahan George W. Bush juga sama. Pada awalnya pemerintahan Bush, hubungan AS- Rusia baik juga, kita masih ingat selama peringatn ke-60 tahun kemengangan melawan fasisme pada P.D. II pada tahun 2005, pada saat itu, pemimpin negara-negara utama berkumpul di Moskow, dan Bush hadir juga. Ia bahkan berselfie dengan Putin, yang menunjukkan betapa dekatnya mereka, tetapi pada akhir masa jabatan Bush, sekitar diselenggarakannya Olympiade di Beijing, mereka mulai bertengkar tentang Georgia.

Hubungan AS-Rusia memasuki masa stagnasi akibat konflik Georgia. Setelah Obama menjabat pada 2009, ia sunguh-sunguh memencet tombol “Reset” yang menyebabkan hubungan kedua negara ini memasuki masa “hangat’ baru. Namun krisis Ukraina pecah, Rusia mengirim pasukan ke Crimea, ini menyebabkan AS dan Rusia memasuki periode hubungan dingin baru.

Salah satu aspek ini disebabkan karena berkepanjangan dari pemikiran Perang Dingin, karena selama Perang Dingin yang berlangsung beberapa dekade, bagi orang AS telah terjadi pola pemikiran yang mendalam tertanam dalam benaknya. Tantangan kedua adalah adanya tantangan nyata. Misalnya, setelah tahun 2013 krisis Ukraina, ada aneksasi Crimea pada tahun 2014. Jadi AS percaya bahwa meskipun Rusia berharap dan melakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan AS, tapi dianggap oleh orang Amerika itu tidak dapat diandalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun