Hun Sen mengatakan, lebih satu bulan lalu, duta besar negara tertentu untuk Kamboja mengunjungi rumah saya, dan mengatakan mereka berharap bahwa Kamboja bisa memberi suara dukungan untuk ASEAN setelah putusan arbitrase dirilis. Saya terus bertanya apa itu yang dimaksud “suara”?
Dubes itu mengatakan kepada saya bahwa itu akan berarti dukungan untuk tribunal internasional.
Saya lalu bertanya, apakah dia sudah tahu hasil dari kasus arbitrase LTS, dan dia mengatakan bahwa Tiongkok akan kalah dan Filipina akan menang.
Hun Sen dengan tegas mengatakan : Ini bukan masalah hukum, itu adalah salah satu politik, dan saya tidak mendukung. (Dengan nada berapi-api...)
(berselang tidak lama, media Barat ramai dengan berita kerabat Hun Sen yang menyalahgunakan kekuasaan untuk KKN didalam negeri Kamboja).
Jepang Ingin Menangguk Keuntungan
Pengamat ada yang mengatakan bahwa Jepang telah mengambil pendekatan dua jalur untuk masalah LTS, dengan menggunakan plot rahasia dan terbuka.
Pada 1 Juli 2016, hari pertama mendapat giliran sebagai presiden Dewan Kemanan PBB, Dubes Jepang untuk PBB Korro Bessho mengatakan dalam konferensi pers, dimana ia menyatakan “keprihatinan yang ekstrim” untuk isu LTS, dan mengatakan bahwa jika ada anggota dewan keamanan membuat permintaan, ia akan mempertimbangkan untuk men-listing isu LTS sebagai topik untuk didiskusikan dalam Dewan Kemananan.
Pada 11 Juli 2016, hasil dari pemilu ke-24 House of Councilors diumumkan yang berkuasa adalah Partai Demokrat Liberal dan Partai Komeito memenangkan lebih dari setengah kursi, sehingga memperkuat kekuasaan mereka dalam Diet.
Setelah pemilu ini, kekuatan untuk mendukung amandemen konstitusi menyumbangkan lebih dari dua per tiga dari kursi Diet, yang berarti bahwa Abe telah melampaui “ambang batas” Diet utuk mengamandemen konstitusi.