Pangkalan Militer AS Di Dunia
Menurut laporan AS tahun 2013, dikawasan Asia-Pasifik ada hampir 600 pangkalan di lebih dari 30 negara. Ada tigajenis pangkalan: Salah satu jenis adalah pangkalan permanen, yang memilikifasilitas yang cukup lengkap, termasuk fasilitas pendukung, personil, gudangsenjata dan amunisi, pokoknya lengkap. Sebagai contoh, Pangkalan Kadena,Okinawa, Yosuka, dan Pangkalan Guam semua ini sebagai pangkalan inti.
Jenis kedua, pangkalan tempur garisdepan, terutama harus memiliki sejumlah personel, termasuk orang-orang yangsecara permanen diasramakan di sana dan cukup logistik secara skala kecil dankekuatan dukungan teknis dan gudang amunisi. Seperti Pangkalan AL Changi diSingapura dan pangkalan masa depan yang akan digunakan di Filipina.
Jenis yang ketiga, yang bisa menjadi sebagai titik kooperatif keamanan, dimana mereka bisa bekerjasama. Artinya tidak ada kekuatan aktif di daerah itu, tapi mungkin mengirimkan beberapa senjata dengan kontraktor lokal untuk mengelolanya.
Di masa yang akan datang AS akan mencari di negara-negara Asteng, termasuk Malaysia, Indonesia dan Brunei untuk menemukan beberapa poin keamanan kooperasi yang kooperatif.
Perwujudan umum dari ini adalah setelah Perang Dingin, terutama dalam bebebrapa tahun terakhir ini, militer AS tidak ingin berinvestasi terlalu banyak energi dalam mempertahankan pangkalan militer di luar negeri.
Dalam rangka menerapkan strategi untuk menyeimbangkan kemabli Asia-Pasifik, pemerintah Obama telah mempercepat penanaman “lily pads” di kawasan tersebut untuk menggeser kops laut, pasukankhusus, jet tempur dan kapal perang yang awalnya ditempatkan di Eropa untukkawasan Asia-Pasifik.
Militer AS juga mencari lebih banyak lagi “lily pads” sepanjang Laut Jepang, Semenanjung Korea, Kepulauan Liuqiu,Guam, Filipina, Timor Leste, Australia, Selandia Baru, Vietnam, Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar dan India.
Pada 9 Maret situs “Diplomat” yang berbasis di Jepang melaporkan bahwa AS dan Australia sedang melakukan negosiasi mengenai penyebaran pesawat pembom B-1B dan Jet pengisian bahan bakar udara ke pangkalan utara Australia, negosiasi ini terutama diskusi tentang pesawat pembom AS yang akan dirotasikan di Pangkalan RAAF Darwin dan Pangkalan RAAF Tindal diAustralia Utara.
Secara geografis, pangkalan Darwin dan Tindal di Australia Utara yang berjarak 4.500 km dengan daratan Tiongkok, dan sekitar 3.000 km dengan Laut Tiongkok Selatan. Berdasarkan kecepatan penerbangan 1 Mach (1ma=1224kph) maka B-1B ketika mencapai kecepatan menembus pertahanan (barrier suara) di tinggian rendah, akan mampu mencapai LautTiongkok Selatan sekitar 3 jam dan bisa mendekati Asia Timur tidak lebih dari 4jam.
Ini jauh lebih dekat daripada dibandingkanjika terbang dari AS. Tapi tidak semua semua militer AS dikerahkan keAustralia.
Pada 15 Maret 2011, Presiden Obama mengumumkan ketika melakukan kunjungan ke Australia yang dimulai pada tahun 2012, AS akan mengerahkan 200-250 prajurit korps marinir di Australia Utara, dan 2016 akan membangun pusat komando korpsmarinir 2.500 orang.
Pada bulan Agustus 2014, kemudian Menhan AS Chuck Hagel dan Menlu AS John Kerry bersama-sama mengunjungi Australia, dimana mereka menandatangani serangkaian perjanjian kerjasama militer dengan Australia.
Apa yang paling menarik perhatian adalah militer AS merencanakan untuk mendirikan pangkalan Darwin sebagai pangkalan iter AS permanen, dan berusaha untuk meningkatkan skala tentara korps laut untuk digunakan pada rotasi (diasramakan) disana.
Teluk Darwin terletak di utara Australia, berada sekitar 2.500 km dari Laut Tiongkok Selatan. Dalam hal inibisa mengontrol Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Makssar, dan Selat Sunda,sedang di selatan, itu bisa masuk ke jantung Australia.
Jika jet tempur AS terbang dari sekitar Darwin, jangkauannya akan lebih dari cukup untuk mencapai Laut Tiongkok Selatan. Selama P.D. II Darwin merupakan pangkalan militer penting bagi sekutu. Selama perang dingin, Australia dielu-elukan oleh Barat sebagai “jangkarselatan” yang mendukung eksistensi AS ke kawasan Pasifik Barat. Saat ini, nilai“jangkar” ini sedang digunakan sekali lagi oleh AS.
Uraian Berdasarkan Ahli Strategi Militer Dunia Luar
Jepang, Guam dan cluster pangkalan Selandia Baru menjadi yang cukup penting, kerena tata-letak dari medan tempur,dapat dianggap sebagai tiga “jangkar”. Untuk menstabilkan medan Asia-Pasifik,dapat dipercaya bahwa Guam adalah jangkar utama.
Kemudian pangkalan Jepang utara,dipercaya ini adalah “jangkar” untuk menstabilkan medan tempur di utara. Dan ada satu sisi yang bebas. Dalam rangka menstabilkan medan tempur Asia-Pasifik, maka hal itu tergantung Australia ke selatan.
Militer AS selalu menggunakan sistemrotasi ubtuk garnisun di utara Australia bukannya menempatkan jangka panjang,seperti yang dilakukan di Jepang. Rotasi maksudnya setiap kekuatan pasukan ataukapal yang diasramakan di daerah tententu selama tiga sampai enam bulan dipindahkan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari serangkaian masalah biaya, seperti keluarga personil yang dikerahkan, dan dapatmembuat lebih banyak pasukan jadi akrab dengan situasi setempat. Jika AS dengan proposal dari pangkalan militer baru di Filipina karena mencari “rute lebihdekat,” untuk “taruhan lebih aman” makapangkalan di Darwin Australia, justru karena jauh.
Dalam beberapa tahun terkahir, AS merasa menyebaran dan mengerahan jarak jauh telah secara bertahap tertembus dengan kemampuan rudal jarakan jauh Tiongkok pada mata rantai pulau pertama,dan menimbulkan ancaman terhadap pangkalan militer AS di pulau mata rantaipertama.
Maka, AS mulai memperkuat pembentukkanmatai rantai pulau kedua, dan Australia menjadi target ideal bagi AS untukpasukan garnisun di garis depan baru ini.
AS mengeluarkan laporan tentang “Militer Kekuatan RRT” setiap tahun, dan hal yang paling sangat disebutkan dalam laporan ini adalah Rudal Dong Feng 21D, serta Dong Feng 26 yang memilikijangkau lebih jauh dari Dong Feng 21D.
Pada titik ini, AS merasa bahwa ketikakapal induk atau seluruh gugus tugasnya lebih mendekat ke pantai Tiongkok, maka mereka merasa lebih berbahaya, sehingga mereka labih baik menarik mereka lebih jauh.
Pangkalan militer AS di mata rantai pulau pertama, terkonsentrasi di Jepang, dan pangkalan di Jepang terkonsentrasidi Okinawa. Berdasarkan rencana militer AS untuk mengatur ulang garnisun dikawasan Asia-Pasifik, 12.000 dari 18.000 tentara yang ditempatkan di Okinawaakan ditarik keluar, dan didistribusikan ke Hawaii, Guam dan Darwin.
Di masa depan, jumlah tentara AS yangditempatkan di Okinawa mungkin jauh lebih sedikit hingga pada jumlah ribuansaja. Relatif, jumlah marinir AS yang ditempatkan di bagian utara Australiaakan mencapai hampir 3.000, dan ketika mempertimbangkan personil untuk pembomstrategis dan kapal perang, jumlah personel militer AS yang ditempatkanditempatkan di bagian utara Australia mungkin akan menyamai atau mendekatidengan jumlah yang ditempatkan di Okinawa.
Jadi, apakah Australia akan menjadiJepang kedua diagram militer AS untuk menyesuaikan pangkalan militer diAsia-Pasifik? Banyak analis yang tidak percaya bahwa Australia akan dibentukoleh AS seperti Jepang.
Satu hal adalah militer AS tidakmemiliki kebutuhan besar seperti itu, dan kondisinya sudah lain, yang pentingmeskipun Asutralia memungkin marinir AS berada di sana, tapi Australia tidakingin menjadi begitu ketat terikat dengan militer AS, situasi Australia mungkin sangat baik menjadi sedikit berbeda dari Jepang.
Tiongkok dan Australia mempunyai hubung dan Tiongkok atas pertimbangan yang cukup realistis. JadiAustralia tidak akan mengikuti seperti sedekat Jepang dengan AS.
Jepang berperilaku sangat positif, dansangat bersedia untuk menjadi pion AS untuk menekan Tiongkok, tetapi sebagai sekutu AS juga telah mengambil beberapa sikap, dan AS telah berulang kali memintaagar meningkatkan anggaran pertahanan dalam rangka untuk mengambil beberapabeban pertahanan mereka, dan tidak lagi menebeng terus secara gratis kepada AS.
Jadi saat ini, untuk isu-isu pangkalan militer AS di Australia, kedua belah pihak AS-Australia ada sisi kerjasama dan ada sisi memperjuangkan kepentingannya sendiri.
Pada kenyataannya, dalam bebebrapatahun terkahir, AS telah mempromosikan situasi Asia Timur Laut, danmensensasioninilkan isu Laut Tiongkok Selatan agar mendapat sekutu dan mitra diAsia-Pasifik dan memperluas kehadiran militernya di kawasan tersebut, namunbelum memperoleh banyak pendukung.
“Reformasi lily pads” telahdipromosikan AS di pangkalan militer di Asia-Pasifik juga memiliki beberapavariabel.
Pada 9 Mei 2016, hasil pemilu Filipinatelah dimenangkan oleh Rogdrigno Duterte sebagai Presiden, yang sebelumnyatelah 25 tahun menjadi mayor di kota Davao di Pulau Mindanao, Selatan Filipina,dia akan menjabat sebagai presiden Filipina selama periode untuk 6 tahun(pemilu diadakan setiap 6 tahunan).
Jadi apakah Filipian akan terusmembuka pangkalan militernya untuk militer AS dan apakah “EDCA” akan dilaksanakan, itu tergantung pada keputusan presiden baru.
Richard Javad Heydarian, AsistenProfessor dari De La Salle University mengatakan: “Ini karena Aquino segeraakan berakhir (sudah berakahir 31 Juni 2106 lalu), dan karena ini (EDCA) adalahkesepakatan eksekutif, maka itu diserahkan kepada presiden baru untuk bernegosiasi tentang hal itu, dan ini adalah hak prerogatif dari siapapun yangmenjadi presiden baru...”
Tetapi begitu situasi keamanan baik, mereka tidak merasa seperti ada kebutuhan. Meskipun AS telah membangun begitu banyak pangkalan di Jepang dan Filipina, dalam kenyataannya, negara-negara ini selalau memiliki oposisi utama terhadap pangkalan militer AS.
Setelah Perang Dingin, banyak protes dari warga negara dimana pangkalan AS berada untuk minta AS keluar dari negara-negara mereka, masyarakat umum turun ke jalan dengan spanduk, protes keras. Selama latihan bersama AS-Filipina Balikatan baru-baru ini, juga banyak demo protes minta AS keluar dari negaranya.
Bagi mereka ini adalah bentuk pemikiran Perang Dingin dan menginginkan menggunakan pangkalan di negara-negara ini sebagai basis di waktu perang, sebab jika memang terjadi perang yang diserang pasti mereka. Masalahnya jika kapal perang atau pesawat tempur AS berpusat di pangkalan ini untuk menyerang suatu negara lain, negara yang diserang pasti akan menyerang balik pangkalan udara atau laut tersebut untuk menjadi target. Sedang AS akan sangat terhindar dari serangan balasan tersebut karena jaraknya yang jauh.
Selain dipengaruhi oleh pemerintah mereka sendiri dan opini publik, banyak negara Asia-Pasifik yang membuka pangkalan militer dengan AS tidak senang dengan permintaan AS untuk menanggung biaya operasi sendiri, dan telah menyatakan ragu bahwa itu kemungkinannya akan berpengaruh terhadap perdagangan dan kemitraan hubungan dengan Tiongkok.
AS telah secara aktif berusaha agar negara-negara Asia-Pasifik untuk mengambil bagian dari “rencana lily pads” dalam rangka untuk menyebarkan pangkalan militer di seluruh dunia, tapi tampaknya lily pads ini tidak stabil, akar mereka tidak ada, dan berresiko bergerak dan terbalik setiap saat. ( Habis)
Sucahya Tjoa
8 Juli 2016
Sumber; Media TV Dan Tulisan DAaam & Luar Negeri
http://www.naval-technology.com/projects/la/
http://www.navy.mil/submit/display.asp?story_id=79065
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H