Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Upaya Hegemoni Global AS dengan Konsep Pangkalan Militer “Lily Pads” (2)

11 Juli 2016   15:35 Diperbarui: 23 November 2016   09:53 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kenyataannya, dalam bebebrapatahun terkahir, AS telah mempromosikan situasi Asia Timur Laut, danmensensasioninilkan isu Laut Tiongkok Selatan agar mendapat sekutu dan mitra diAsia-Pasifik dan memperluas kehadiran militernya di kawasan tersebut, namunbelum memperoleh banyak pendukung.

“Reformasi lily pads” telahdipromosikan AS di pangkalan militer di Asia-Pasifik juga memiliki beberapavariabel.

Pada 9 Mei 2016, hasil pemilu Filipinatelah dimenangkan oleh Rogdrigno Duterte sebagai Presiden, yang sebelumnyatelah 25 tahun menjadi mayor di kota Davao di Pulau Mindanao, Selatan Filipina,dia akan menjabat sebagai presiden Filipina selama periode untuk 6 tahun(pemilu diadakan setiap 6 tahunan).

Jadi apakah Filipian akan terusmembuka pangkalan militernya untuk militer AS dan apakah “EDCA” akan dilaksanakan, itu tergantung pada keputusan presiden baru.

Richard Javad Heydarian, AsistenProfessor dari De La Salle University mengatakan: “Ini karena Aquino segeraakan berakhir (sudah berakahir 31 Juni 2106 lalu), dan karena ini (EDCA) adalahkesepakatan eksekutif, maka itu diserahkan kepada presiden baru untuk bernegosiasi tentang hal itu, dan ini adalah hak prerogatif dari siapapun yangmenjadi presiden baru...”

richard-javad-heydarian-578357fe8523bdca05715965.png
richard-javad-heydarian-578357fe8523bdca05715965.png
Pada kenyataan di Filipina banyakterjadi demo protes atas “EDCA” ini. Yang menghendaki AS untuk keluar dariFilipiana. Banyak warga Filipina tidak suka kembalinya tentara AS di negaraitu, serta kekejaman yang datang bersama itu. Mereka menyerukan pencabutanperjanjian yang tidak seimbang serupa seperti “Visiting Force Agreement” dan  “Mutual Defense Treaty.”

demo-protes-as-1-578358411d23bd2716c8814e.png
demo-protes-as-1-578358411d23bd2716c8814e.png
Sebenarnya banyak faktor yang menghambat untuk pangkalan militer AS ini. Alasan penting bahwa negara-negara yang memberi pangkalan kepada AS karena berdasarkan penilaian terhadap situasi keamanan, jika situasi menjadi semakin tegang, mereka merasa tidak cukup kuat, sehingga sebagai negara kecil atau bahkan sebagai kekuatan menengah, sering berpikir untuk membiarkan kekuatan utama untuk datang masuk untuk “melindungi” mereka.

Tetapi begitu situasi keamanan baik, mereka tidak merasa seperti ada kebutuhan. Meskipun AS telah membangun begitu banyak pangkalan di Jepang dan Filipina, dalam kenyataannya, negara-negara ini selalau memiliki oposisi utama terhadap pangkalan militer AS.

Setelah Perang Dingin, banyak protes dari warga negara dimana pangkalan AS berada untuk minta AS keluar dari negara-negara mereka, masyarakat umum turun ke jalan dengan spanduk, protes keras. Selama latihan bersama AS-Filipina Balikatan baru-baru ini, juga banyak demo protes minta AS keluar dari negaranya.

Bagi mereka ini adalah bentuk pemikiran Perang Dingin dan menginginkan menggunakan pangkalan di negara-negara ini sebagai basis di waktu perang, sebab jika memang terjadi perang yang diserang pasti mereka. Masalahnya jika kapal perang atau pesawat tempur AS berpusat di pangkalan ini untuk menyerang suatu negara lain, negara yang diserang pasti akan menyerang balik pangkalan udara atau laut tersebut untuk menjadi target. Sedang AS akan sangat terhindar dari serangan balasan tersebut karena jaraknya yang jauh.

Selain dipengaruhi  oleh pemerintah mereka sendiri dan opini publik, banyak negara Asia-Pasifik yang membuka pangkalan militer dengan AS tidak senang dengan permintaan AS untuk menanggung biaya operasi sendiri, dan telah menyatakan ragu bahwa itu kemungkinannya akan berpengaruh terhadap perdagangan dan kemitraan hubungan dengan Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun