Pada tahun 1969, ketika LB Moerdani mengadakan lobi-lobi di Malaysia, perwira andalan Soeharto Ali Murtopo melanjutkan jalur lobi yang sudah dibentuk sejak 1967, lobi LB Moerdani ini meluas ke berbagai negara yang ditanggapi secara positif permintaan Soeharto untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai zona aman.
Maka permintaan AS untuk membuka fasilitas dan pangkalan militer di wilayah Indonesia akan tidak mudah. Lebih lagi pada era reformasi kini, dengan munculnya garis Soekarno dalam perpolotikan Indonesia hal ini bahkan akan mempersulit lagi bagi AS.
Dengan munculnya kekuatan garis Sukarnois dalam menentukan keputusan konsesi-konsesi atas kontrak pertambangan sudah muncul berbagai gerakan politik, ormas dan masuk ke dalam jaringan kekuatan oposisi, pembicaraan-pembicaraan soal perebutan konsesi yang merugikan Indonesia dalam kontrak-kontrak energi seperti minyak dan gas telah menjadi permainan politik penting di Indonesia selama ini dengan “mafia minyak Petralnya” yang akhirnya juga bisa dibubarkan, bahkan dua stasiun berita besar di Indonesia : TV One dan Metro TV secara lugas menyampaikan debat-debat soal perebutan konsesi kontrak energi yang dinilai merugikan dan mencaplok kedaulatan bangsa Indonesia. Basis pemikiran mereka adalah keputusan Presiden Sukarno tahun 1960, usulan Chaerul Saleh Juni 1960 dan Keputusan MPRS soal kontrak energi tahun 1960.
Bila garis Sukarno memenangkan politik di Indonesia bukan tak mungkin garis Sukarno akan menghidupkan kembali – garis geopolitik : Jakarta-Beijing mengingat bahwa dalam cakupan wilayah garis ini tersimpan kekayaan alam dan kekayaan jumlah manusia yang amat luar biasa, dua kekayaan inilah yang membentuk : Pasar.
Amerika Serikat akan keblingsatan bila garis Sukarno mengajukan usulan penghapusan konsesi padahal sudah berapa trilyun USD, AS menikmati kekayaan alam Indonesia seperti ucapan Nixon saat menggambarkan kejatuhan Soekarno dan hancurnya komunisme di Indonesia “Indonesia adalah hadiah terbesar (the greatest prize) di kawasan Asia Tenggara.
Apakah hadiah itu harus lepas? – maka pendirian pangkalan militer Amerika Serikat di ASEAN untuk mengontrol agar jangan sampai terbentuk poros ekonomi ASEAN-Tiongkok adalah perlu, agar dominasi AS di ASEAN tidak lepas dari tangannya. Maka perlu untuk membuat suasana kawasan Asteng dan Laut Tiongkok Selatan gojang-gajing.
Persoalan pangkalan militer di ASEAN ini juga harus menjadi bahan perhatian serius anggota DPR Komisi I DPR dan jangan hanya memperhatikan soal jual beli senjata saja yang rawan fee makelar, persoalan-persoalan strategis menjadi sangat penting dalam memahami perkembangan geopolitik di Asia Tenggara seiring memanasnya persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok dalam lomba kekuatan pengaruh di Asia Tenggara ini.
Selain itu, AS berharap untuk mendapatkan hak untuk menggunakan pangkalan AL Cam Ranh Bay di Vietnam. Pemerintah Obama telah berputar strategi global ke Asia, Pentagon berupaya untuk menyebarkan “bantalan lily atau lily pads” di seluruh kawasan Asia-Pasifik.
(Bersambung......... )
Sumber: Media TV dan Tulisan Dalam & Luar Negeri
http://www.naval-technology.com/projects/la/