Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengaruh Harga Minyak Internasional Rendah Bagi Rusia (3)

8 Maret 2016   09:04 Diperbarui: 8 Maret 2016   09:17 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Fakta Rusia Tetap Salah Satu  Kekuatan Utama Dunia

Jelas Rusia adalah kekuatan utama, memiliki wilayah yang besar, senjata nuklir terbanyak, anggota permanen Dewan Keamanan PBB. Walaupun kini daya nasionalnya menurun, tapi simpanan senjata nuklir dan kekuatan militernya masih terbaik kedua di dunia.

Pada Forum Davos Ekonomi Dunia, kita dapat melihat laporan kekuatan nasional, Rusia masih tercatat sebagai yang kedua di dunia. Apakah Rusia itu kekuatan regional atau kekuatan global, itu akan tidak berarti, karena itu hanya label yang diberikan negara-negara Barat. Tapi kita bisa melihat secara internasional  Rusia telah memainkan peran dalam keamanan regional dan internasional dan belum ada negara lain yang menggantikannya.

Pada tahun 2015, Rusia bisa dikatakan telah diserang dari beberapa sisi. Ekonomis, mengalami blokade dari dunia Barat. Secara militer telah mengalami provokasi seperti Turki yang menembak jatuh jet tempur Su-24-nya. Secara politis berada dibawah tekanan dari beberapa negara-negara Barat.

Saat ini, hubungan Rusia dengan Barat bisa dikatakan dalam keadaan terburuk sejak Tembok Berlin runtuh. Walaupun demikian Rusia masih menjadi sorotan AS di panggung internasional pada 2015, yang mengubah global ekonomi, militer dan situasi diplomatik.

Pada 2015, Putin menggunakan “Perjanjian Minsk” untuk sementara menghentikan konflik di timur Ukraina. Rusia menggunakan Eurasian Economic Union untuk mengumpulkan sekelompok kerjasama. Dengan menggunakan parade militer di Lapangan Merah untuk menampilkan karakter kepada “dunia non-Barat”


Rusia juga menggunakan Shanghai Cooperation Organization and KTT BRICS menunjukkan keinginan kuatnya untuk sebuah revolusi dari tantanan internasional. Menggunakan pidato di PBB untuk menekankan kembali keberadaan Rusia dipanggung internasional. Menggunakan serangan udara untuk memulai strategi versi Rusia untuk “menyeimbangkan Timteng,” dan menjadi selebriti “nomor satu” untuk “tahun kontraterorisme internasional” 2015.

Ketika Rusia mendiskusikan apakah Basahar al-Assad harus tetap berkuasa. Putin tampil sangat tenang, ini karenakan Putin telah melancarkan operasi militer dengan kilat-cepat di Syria yang memutarbalikkan situasi perang, dan menggagalkan rencana Barat untuk mengggulingkan pemerintahan al-Assad.

Tidak lama sebelum itu, majalah AS “Forbes” mengeluarkan daftar orang paling berpengaruh di dunia tahun 2015, dan Putin menduduki peringkat pertama untuk ketiga kalinya, “Forbes” mengatakan meskipun Rusia menghadapi sanksi Barat setelah krisis Ukraina, dan ekonominya berada dalam kemunduran. Rating Putin tetap melejit 89%


Selain itu, Putin juga memulihkan kembali pengaruh internasional Rusia dengan melancarkan serangan pengemboman udara terhadap kelompok-kelompok ekstrimis di Syria, yang membuat operasi AS dan NATO di kawasan tersebut tampak lemah.

Peran Rusia tidak seperti negara-negara lain, mereka melakukan “anti-konstruktif” untuk mencapai tujuan yang konstruktif. Lalu apa itu kekuatan “anti-konstruktif”? Itu berarti Rusia tidak membangun sebuah politik internasional, keamanan, dan sistem ekonomi atau mekanisme dengan sendirinya, tetapi dapat menghentikan pihak lain membangun sistem atau mekanisme semacam ini, yang bisa merusak rencana, itulah yang dimaksud dengan kekuatan anti-konstruktif. Demikian menurut analis dan pengamat Rusia

Setelah kekuatan nasional Rusia melemah, Rusia menjadi trampil menggunakan kekuatan anti-konstruktif ini untuk mencapai tujuan yang konstruktif  mereka sendiri, dengan menghentikan pihak lain mencapai tujuannya.

Dari sini bisa melihat bahwa ketika kita membicarakan topik hangat keamanan regional, semua ini bisa kita lihat bayangan Rusia. Dalam hal ini dapat dicapai potensi terbesar dari sumber daya saat ini. Sebagai contoh, ketika membicarakan masalah Syria, dan mengarahkan krisis Syria, maka bayangan kita pertama akan tertuju pada Rusia, dan AS yang kedua.

Karena ada sekelompok pasukan udara di sana (Sysria), dan membentuk aliansi militer dekat dengan Bashar al-Assad, transisi damai masa depan Syria tidak mungkin tanpa Rusia. Kita bisa mengatakan Rusia tidak hanya pihak yang berkepentingan, tapi pihak yang menjadi kunci memutuskan, atau setidaknya itulah yang terjadi di Timteng.

“Adapun bagi Amerika, kita harus membayar pajak energi yang lebih tinggi untuk mempromosikan konservasi, dan memperluas penggunaan gas alam yang lebih ramah lingkungan dan energi terbarukan, yang bersamaan akan menurunkan permintaan minyak di seluruh dunia dan mengurangi uang Putin yang telah dimainkan dia. Kita bisa mengempiskan orang ini untuk kemudian hari tanpa harus menembakan satu peluru,  daripada kita harus minta 1% pada militer untuk melakukan sesuatu.” Demikian menurut Thomas Friedman kolomnis khusus “New York Times”, dia percaya bahwa kunci untuk mengalahkan Putin adalah dengan ekonomi. Tapi benarkah teori ini benar-benar bisa mendatangkan buah hasil?

Dalam kenyataan, sejak Uni Soviet bubar, untuk ekonomi Rusia telah terbiasa dalam krisis dan anti-krisis.

Sering kali, Barat mengatakan bahwa Rusia menurun, dan akan mengalami krisis keuangan. Krisis pada tahun 1999 dan 2008, yang menjadi pukulan berat terhadap Rusia, dan banyak pihak bertanya-tanya apa yang yang dilakukan Rusia atas pemerintahan dan ekonominya. Tapi kita bisa melihat Rusia tumbuh dari krisis satu langkah pada satu waktu.

Pada kenyataannya, Rusia karena merupakan negara dengan perekenomian yang monopoli sepenuhnya milik negara, dan sebagai eksportir energi, sulit untuk mengubah dirinya. Tapi negara memiliki kemampuan yang kuat untuk menyesuaikan pemerintahannya untuk mendapatkan lebih banyak ruang.

Jadi sebagian analis percaya bahwa tahun 2016 ini mungkin akan menjadi tahun penyesuaian untuk Rusia, dan tahun 2017 dan 2018, ekonomi akan naik lagi.

Pada 17 Januari 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan pada pertemuan pengusaha dan keuangan untuk menghadapi situasi saat ini, pemerintah Rusia akan melakukan pemotongan besar anggaran federal 2016, dan membatalkan beberapa seri proyek pembangunan infrastruktur, dan mengurangi biaya administrasi dan jumlah karyawan lembaga nasional.

Pada kenyataannya, di awal tahun 2015, pemerintah meluncurkan 2,3 milyar Rubel, 60 tindakan rencana “anti-krisis”, termasuk serangkaian langkah-langkah yang termasuk meningkatkan dukungan kepada usaha kecil dan menengah, mengurangi anggaran belanja pemerintah, dengan aktif menerapkan rencana pengganti impor, dan bahkan mengurangi gaji pegawai pemerintah.

Seorang ekonom, Andrei Simonov mengatakan, kinerja pemerintah lebih baik dari apa yang banyak pihak berpikir. Meskipun masih banyak mendapat kritikan tapi terus berjalan, dan banyak tindakan pencegahan yang telah dilaksanakan.

Namun bagi rakyat Rusia dan di jalan-jalan Moskow orang-orang tetap tenang dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini. Mereka merasa tidak melihat ada sesuatu yang tidak biasa saat ini, walaupun bagi sebagian keluarga dengan anggota keluarga yang lebih besar mungkin merasa beban meningkat. Tapi mereka melihat situasi politik domestik masih stabil, memang keuangan sedang melemah, tapi itu tidak terlalu terlihat, jadi tampaknya situasi ekonomi masih dalam kontrol.

Sejak awal milenium baru, Rusia telah melakukan upaya-upaya besar dalam mempromosikan “diplomasi elang berkepala dua/double-headed eagle diplomacy”-nya terhadap Timur maupun Barat, dan melakukan perubahan sesuai kebutuhan. Terutama karena Krisis Ukraina, dan menghadapi serangkaian sanksi ekonomi Barat, telah cenderung lebih bersandar ke arah Timur.


Apakah strategi Rusia yang lebih tertuju ke Timur akan meringankan keadaan saat ini?

Pada 31 Desember 2015, Presiden Rusia, Vladimir Putin menandatangani versi baru “Strategi Keamanan nasional Rusia hinga tahun 2020” Niali-nilai straegi keamanan baru ini untuk memperkuat kerjasama dengan organisasi-organisasi multilateral. Strtegi ini telah menujukkan bahwa  Rusia sedang mengembangkan ruang untuk kerjasama antar negara dalam kerangka organisasi BRICS, SCO, APEC dan G20.

Sebenarnya, dari Rusia yang “cendrung ke Timur” dan “Poros Menuju ke Timur”, kemudian lebih lanjut untuk “Menuju ke Timur.”  Banyak ahli dalam negeri dan luar negeri masih memiliki interpretasi yang berbeda bahwa mengira “Strategi Menuju ke Timur” Rusia ini hanyalah perilaku jangka pendek untuk balas dendam terhadap AS dan negara Barat lainnya.

Tetapi beberapa cendikia Rusia juga menekankan bahwa “Menuju ke Timur” tidak mungkin hanya sekedar menjadi “bandage/plester” untuk memperbaiki atau menambal keretakan antara Rusia dan Barat.

“Sueddeutsche Zeitung” harian Jerman percaya Rusia bahkan jika misalnya mereka tidak memiliki ambisi geopolitikpun, masih memiliki alasan untuk poros menuju ke Asia, karena Moskow perlu diversisifikasi sistem kliennya sendiri. Bisa dikatakan bahwa ini adalah pilihan yang diperlukan untuk diplomasi “elang kepala dua” Rusia dengan harapan untuk melayani baik Timur dan Barat.

Analis melihat Poros Menuju ke Timur Rusia bukanlah hanya dilakukan sesekali atau rencana untuk semalam. Sebenarnya, sebelum krisis Ukraina, Rusia telah benar-benar merasa bahwa kawasan Asia-Pasifik akan menjadi mesin pertumbuhan global, sehingga seluruh Asia-Pasifik akan menjadi tempat yang penting bagi fokus kekuatan internasional untuk begeser ke arah ini.

Maka sejak awal sudah mulai mempromosikan strategi semcam ini untuk menuju ke timur, dan secara politik memperkuat kerjasama dengan negara-negara Asia-Pasifik, termasuk dengan Tiongkok, India, Vietnam, Jepang, Indonesia dan banyak lagi. Pada saat yang sama, kerjasama dalam ekonomi, menjadi tuan rumah Konferensi APEC di Vladivostok dalam upaya untuk menunjukkan peran yang dimainkan dalam kerjasama dengan semua negara-negara Asia-Pasifik.

Sejauh dalam pelaksanaannya, Rusia telah memperkuat kerjasama ekonomi dengan negara-negara termasuk Tiongkok, Vietnam, India dan ROK.

Selama kita berdiri dengan Tiongkok, Rusia dapat menaklukkan kesulitan politik dan ekonomi yang dihadapinya. Demikian menurut Putin.

Rusia dan Tiongkok selalu menjadi mitra dagang penting bagi satu sama lain. Selama lima tahun berturut-turut, Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar dengan Rusia, dan Rsuia telah mejadi mitra dagang ke-9 terbesar Tiongkok. Sepuluh tahun terakhir telah menjadi periode terpanjang pertumbuhan perdagangan bilateral terus berlangsung dalam sejarah hubungan Sino-Rusia, dengan aktifitas perdagangan dengan frekuensi tinggi, total perdagangan terbesar, dan pertumbuhan perdagangan tercepat.

Pada tahun 2014, total perdagangan antara Rusia dan Tiongkok tumbuh 6,8% atau 95,28 juta USD.

Pemerintah Tiongkok telah mengusulkan kebijakan “Belt and Road” diharapkan ini dapat memberikan dukungan kuat, efektif bagi Rusia dan Tiongkok untuk mencapai tujuan mereka untuk 200 milyar USD pada tahun 2020.

Dengan Rusia menuju timur dan kebijakan Tiongkok “Belt and Road” (sabuk jalan) kerja strategi bersama yang lebih luas. Memungkinkan Tiongkok lebih menggeser fokus kerjasama ekonomi luar negerinya terhadap Eurasia, Sabuk Ekonomi Jalur Sutra/ Silk Road Economic Belt. 

Kerjasama ini dengan laju Rusia menuju ke timur, pada Mei 2015, Rusia dan Tiongkok menandatatangani perjanjian untuk membangun Belt and Road, Uni Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Union) yang dipromosikan Rusia dan saling alih teknologi untuk integrasi Eurasia.

Untuk komunikasi seputar “Belt and Road”, Rusia dan Tiongkok membuat terobosan dalam kerjasama untuk serangkaian sektor kunci dan proyek-proeyk pada tahun 2105


Rusia bergabung dengan lingkaran sahabat-sahabat dari “AIIB” sebagai investor terbesar ketiga, dan melepaskan sebuah paltform baru untuk investasi dan kerjasama pembiayaan bagi kedua negara di kawasan Asia-Pasifik. Sino-Rusia “Power of Siberia” sudah memulai pembangun bagian yang berada di wilayah Tiongkok, ini suatu proses mula “proyek raksasa abad ini.”


Perusahaan dari kedua negara berhasil bersama-sama memenangkan tender untuk kereta kecepatan tinggi Moskow Kazan, yang berarti “kecepatan Tiongkok” akan membimbing kerjasama antara kedua negara ke jalur cepat baru.


BeiDou Sistem Navigasi satelit (GPS) Tiongkok dan GLONASS mulai bekerjsama, untuk membentuk “tim impian” menggabungankan sistem navigasi satelit Tiongkok dan Rusia.

Misalnya, Rusia ingin mendapatkan pasar baru, memperoleh kemungkinan pembiayaan baru, dan mendapat peluang baru untuk kerjasama. Untuk batas tertentu, termasuk dengan kerjasama ekonomi antara Rusia dan Tiongkok, mereka telah membuat terobosan pada beberapa proyek-proyek besar.

Ada kontrak penandatanganan 30 tahunan untuk “Power of Siberia” pipa gas alam, yang meurpakan kontrak 400 milyar. Ini merupakan prestasi yang sangat penting untuk diversifikasi ekspor gas alam Rusia.


Setelah hampir 20 tahun melihat ke belakang dan seterusnya, strategi kebijakan luar negeri “elang kepala dua” Rusia tumbuh lebih dewasa. Sambil mempertahankan “operasi tingkat tinggi” hubungan Sino-Rusia, Rusia tidak akan lupa untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara lain di Asia-Pasifik, dalam rangka untuk melengkapi rancang bangun “diplomasi jaringan” (network diplomacy) di Asia-Pasifik.

Pada 24 Desember 2015, PM India, Narendra Modi melakukan kunjungan kenegaraan pertama ke Rsuia. Ketika Putin dengan Modi bertemu, Modi mengatakan bahwa Rusia dan India akan mengembangkan kemitraan strategi preferensial yang termasuk pengembangan kerjasama politik, ekonomi dan bidang-bidang lainnya. Putin menyatakan dalam situasi ekonomi saat ini yang rumit, kunjungan Modi sangat tepat waktu.  

Meskipun kunjungan dari PM Modi ini telah direncanakan lama, saya masih merasa kunjungan ini seperti  “hujan yang jatuh pada waktu yang tepat.”  Negara kita perlu “saling mengecek satu sama lain” pada isu-isu utama beberapa kerjasama antara kedua negara. Perjanjian ini terutama mengenai kerjasama di sektor energi dan militer serta sipil. Demikian Putin mengatakan.

“Bloomberg” prers AS, memberi komentar mengatakan bahwa Rusia dan India memiliki kemitraan yang sangat dekat, sesuatu yang tidak bisa diakses untuk perdagangan pertahanan nasional AS, karena antara AS dan India keadaanya naik turun. Namun perdagangan pertahanan nasional antara Rusia dan India selalu dalam keadaan stabil, karena kedua negara memiliki banyak proyek kerjasama yang saat ini sedang berlangsung.

Dengan sanksi-sanksi Barat, kemorosotan ekonomi Rusia telah berlangsung selama dua tahun. Untuk India membeli peralatan militer Rusia saat ini adalah bantuan yang sangat dihargai dan pada waktu yang sangat tepat.

Di Timur, Rusia memiliki kerjasama dengan Tiongkok, India dan dalam beberapa negara ASEAN, untuk batas tertentu semua ini mengurangi tekanan ekonomi Rusia. Namun proses ini cukup lambat. Kerjasama dengan Tiongkok baik-baik saja, tetapi kerjasama dengan India merupakan proses panjang, lambat, sedang kerjasama dengan ASEAN masih sangat panjang dan lambat juga.

Beberapa analis mengira bahwa strategi menuju ke timur akan berkembang positif pada tahun 2016, namun efek substansial mungkin tidak sepenuhnya berkembang, tapi perlu hingga tahun 2017 – 2018. Jadi memerlukan suatu periode waktu.

Sehingga ada yang mengatakan Zaman Batu tidak berakhir karena tidak ada batu, dan Zaman Besi tidak berakhir karena tidak ada besi lagi. Demkian pula walaupun sumber daya minyak tidak mengering, Era Minyak masih mungkin berakhir.

Untuk Rusia, negara yang sangat bergantungan pada minyak yang tinggi, menggunakan kesempatan energi internasional yang sedang menurun untuk menyelesaikan penyesuaian ekonomi adalah pilihan yang diperlukan.

Rakyat Rusia pada umumnya memiliki vitalitas yang ulet, semakin mereka menghadapi masalah didalam negeri dan luar negeri, semakin mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk melawan. Vladimir Putin pernah mengatakan dirinya adalah seekor merpati bersayap besi yang kuat yang akan terbang di panggung internasional untuk memberikan rakyat Rusia martabat mereka kembali sebagai kekuatan utama.

( Habis)

Sumber : Media TV dan Tulisan Luar dan Dalam Negeri

http://www.gazprom.com/about/production/projects/pipelines/ykv/

https://www.rt.com/business/325064-gazprom-cnpc-agreement-gas/

http://tass.ru/en/economy/847697

https://www.rt.com/news/318359-glonass-beidou-navigation-satellite/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun