“Kami tidak akan memulai konflik militer untuk memulihkan pulau-pulau yang secara ilegal diduduki oleh negara-negara lain.” Kata Wu Shiun mantan kepala urusan luar negeri dari Provinsi Hainan. Lebih lanjut dikatakan “Posisi kami adalah mengutamakan negosiasi dengan negara-negara yang terlibat langsung, untuk menyelesaikan sengketa teritorial dan maritim.”
Terakhir Presiden Jokowi dalam KTT ASEAN-AS dalam acara Working Dinner bersama Presiden Barack Obama dan pemimpin negara ASEAN di Sunnylands Historic Home, Amerika Serikat, Selasa, 16 Februari 2016. Jokowi mengusulkan, untuk menyelesaikan konflik di Laut Cina Selatan, rivalitas kekuasaan harus dicegah. Dan menegaskan bahwa Declaration of Conduct harus dilaksanakan secara efektif. Untuk mencegah konflik, Jokowi mengimbau semua pihak yang terlibat konflik menghentikan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan ketegangan. "Sebagai non-claimant state, Presiden menyampaikan bahwa Indonesia ingin memberikan kontribusi bagi perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan."
Provokasi AS Di Laut Tiongkok Selatan
Pada akhir Oktober 2015, kapal perusak kawal rudal USS Lassen telah berlayar melalui perairan dekat Kepulau nansha tanpa otorisasi Tiongkok, sehingga diprotes Tiongkok dengan keras. Sebelum kejadian ini meredah, selang tidak lama Komando Pasifik AS Laksamana Harry Haris mengatakan akan lebih sering lagi kapal perang AS di kirim “berpatroli di Laut Tiongkok Selatan.”
Aksi ini tampaknya merupakan niat AS menggunakan metode yang sama beberapa kali untuk menunjukkan “Kebebasan Navigasi.”
Pada 21 Nopember 2015, selama Halifax Forum Keamanan, di Kanada Komando Pasifik AS Laksamana Harry Harris, mengatakan akan lebih sering kapal perang AS berpatroli di Laut Tiongkok Selatan dalam beberapa minggu lagi. Dengan mengatakan: “AS akan terus terbang, berlayar dan mengoperasikan dimana saja yang memungkinkan berdasarkan hukum internasional, tidak terkecuali di Laut Tiongkok Selatan. Tidak perlu heran tentang hal ini. Kami telah melakukan ini di Laut Tiongkok Selatan sebelumnya, dan kami akan terus melakukan ini.”
Tampaknya AS terus bikin tegang syaraf di Laut Tiongkok Selatan dengan mengatas namakan “Kebebasan Navigasi.” Petagon mengverifikasi dari 8 & 9 Nopember 2015, pesawat pembom strategis AS, B-52 terbang melalui wilayah udara internasional di atas Laut Tiongkok Selatan, dan mendekati pulau dan terumbu karang Nansha, tapi tidak terbang kurang dari 12 mil laut dari pulau dan beting (shoals).
Pada 27 Okotber, kapal perusak AS USS Lassen yang dilengkapi dengan rudal memasuki perairan di sekitar kepulauan Nansha yang diklaim wilayah Tiongkok. Sebuah laporan Reuters mengungkapkan bahwa militer AS juga mengirim sebuah pesawat pengintai P-8A untuk melakukan patroli di perairan ini.
USS Lassen adalah kapal perusak kawal rudal ke-32 Arleigh Burke-class berpeluru kendali, dan masuk dalam gugus tugas AL-AS tahun 2001, berbobot 9,200 ton, kecepatan 30 knot dan dapat membawa helikopter SH-60B atau F LAMPS MK III anti-kapal selam. Dilengkapi dengan sistem tempur Aegis, disebar/ditempatkan di pangkalan AL di Yokosuka, Jepang, dimana dalam gugus operasi Armada Ketujuh AL-AS.
Sejak Agustus 2013, USS Lassen telah berlayar melalui perairan sekitar Laut Tiongkok Selatan, dan mulai pada akhir Mei 2015 melakukan patroli di intermiten Laut Tiongkok Selatan.